BPBD Mengecek Dampak Gempa di Timur Ibu Kota Maluku Barat Daya
JAKARTA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Maluku masih mengecek dampak gempa dengan magnitudo 7,3 yang terjadi pada Kamis pukul 01.25 WIB di sekira 132 km arah timur Kota Tiakur, ibu kota Kabupaten Maluku Barat Daya.
Kepala BPBD Provinsi Maluku Henry Far Far berusaha menghubungi pejabat penanggung jawab upaya penanggulangan bencana di Kabupaten Maluku Barat Baya.
"Namun jaringan telepon sangat terganggu dan tidak bisa terhubung," kata Henry di Ambon, dilansir Antara, Kamis, 30 Desember.
Henry juga menghubungi Camat Damer di Kabupaten Maluku Barat Daya untuk meminta keterangan mengenai dampak gempa di wilayah tersebut.
Menurut dia, Camat Damer John Mose masih mengecek dampak gempa di desa-desa yang ada di wilayahnya.
"Nomor kontak para kepala desa di Pulau Damer juga ada, tetapi sangat sulit menghubungi mereka, tidak bisa terkoneksi," kata Henry.
Baca juga:
- Gempa Magnitudo 7,4 dan Susulannya Terjadi di Maluku Barat Daya, Tak Berpotensi Tsunami
- Menteri ESDM Arifin Tasrif: Perlu Pemutakhiran Alat Pos Pengamatan Gunung Berapi di Seluruh Indonesia
- Tim Trauma Healing Diterjunkan Bantu Warga Selayar Terdampak Gempa NTT
- Kapal TNI AL Angkut Bantuan Presiden untuk Korban Gempa di Selayar
Menurut Jonathan Maalette, seorang warga yang tinggal Pulau Wonreli-Kisar di Kabupaten Maluku Barat Daya, guncangan akibat gempa bumi pada Kamis dinihari terasa sangat kuat di daerah tempat tinggalnya.
"Semua orang yang sementara tertidur dikagetkan dengan guncangan tersebut, sehingga lari berhamburan ke luar rumah dan mencari halaman yang terbuka," kata Jonathan saat dihubungi dari Ambon.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa gempa dengan magnitudo 7,3--dimutakhirkan dari sebelumnya 7,4-- terjadi pada pada Kamis pukul 01.25 WIB di sekira 132 km arah timur Kota Tiakur, Kabupaten Maluku Barat Daya.
Gempa yang pusatnya berada di laut pada kedalaman 182 km itu getarannya dirasakan di Kota Tiakur pada skala intensitas V-VI MMI, Tepa pada skala IV-V, Saumlaki pada skala IV MMI, serta Tual, Kupang, Alor, Rote, Malaka, Atambua, dan Sumba pada Skala III-IV MMI. Dampak gempa juga dirasakan hingga di Raja Ampat dan Kota Sorong, Papua Barat, pada skala II MMI.
Pada skala II MMI getaran akibat gempa hanya dirasakan oleh beberapa orang dan menyebabkan benda-benda ringan yang digantung bergoyang. Pada skala III MMI, getaran dirasakan nyata di dalam rumah, terasa seperti ada truk berlalu.
Getaran pada skala IV MMI pada siang hari dirasakan oleh orang banyak di dalam rumah dan beberapa orang di luar rumah serta bisa menyebabkan gerabah pecah, jendela/pintu berderik, dan dinding berbunyi.
Pada skala V MMI getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, membuat banyak orang terbangun, serta menyebabkan gerabah pecah, barang-barang terpelanting, dan tiang-tiang dan barang besar bergoyang. Getaran pada skala VI MMI dirasakan oleh semua penduduk, membuat kebanyakan orang terkejut dan lari keluar, dan menyebabkan kerusakan ringan pada bangunan.