Merayakan Natal di Gereja Batak Simalungun

JAKARTA - Musim Natal yang kembali datang menutup tahun selalu membuat kesan tersendiri bagi saya sebagai umat Kristiani. Dimulai dengan undangan acara natal dari gereja lain sudah memenuhi sejak awal bulan Desember berjalan. Tetapi semua itu berbeda dari suasana malam natal dan hari natal sesungguhnya.

Sebagai anak yang lahir dan tumbuh dalam suku Batak terkhusus Simalungun, tentunya beribadah dalam gereja suku sudah menjadi kewajiban setiap tahun. Di saat saya masih kecil, saya tidak sering mengikuti ibadah Natal karena ibadah untuk sekolah minggu tidak diadakan saat malam Natal dan hari Natal. Namun, ketika saya bertumbuh menjadi remaja hingga dewasa, saya lantas mengikuti ibadah utama jemaat GKPS Salemba.

Di malam Natal, kami akan beribadah mulai pukul enam sore. Jalanan yang sudah macet ditambah gereja kami, GKPS Salemba terletak di depan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Layur yang sudah pasti ramai dikunjungi membuat jalanan semakin padat.

Setelah beribadah, kami salam-salaman dengan sesama jemaat ibadah dan keluar menuju antrean makanan. Bakmi Siantar selalu dipilih menjadi makan malam di malam Natal gereja kami. Dengan bakmi yang diisi dengan potongan daging babi dan pangsit kuah, makanan itu selalu nikmat untuk disantap bersama dengan teman-teman.

Suasana Natal di Gereja Simalungun (Tarida Angelina/VOI)

Pada 25 Desember kemarin, kami berangkat lebih pagi untuk beribadah Natal mengingat hanya ada satu jadwal ibadah untuk hari natal yaitu jam 9.30 pagi. Saat kami sampai, beberapa polisi sudah berdiri di depan pagar untuk mengawasi jalannya acara.

Ibadah Natal di gereja sama seperti prosesi ibadah mingguan. Prosesi dimulai dengan pimpinan majelis jemaat yang disebut porhanger bersama dengan pendeta dan pemimpin liturgi memasuki ruang ibadah. Kemudian, pendeta menyalakan lilin sebagai lambang adven untuk menyambut kedatangan Kristus.

Kami juga menyanyikan lagu natal dalam bahasa Batak Simalungun, salah duanya adalah Sonang Ni Borngin Nai yaitu Malam Kudus dan I Betlehem Do Tubuh yaitu Di Betlehem telah lahir. Kebanyakan lagu yang dinyanyikan adalah lagu yang ada di dalam buku Kidung Jemaat.

Topik ibadah pada hari Natal juga mengenai kelahiran Tuhan Yesus yaitu dari ayat Lukas 2:8-14. Kelahiran Tuhan Yesus yang menjadi lambang kedamaian serta pengharapan umat manusia. Diberitakan pertama kali oleh para malaikat, Tuhan Yesus lahir di dalam palungan yang hina. Tetapi, kelahiran Tuhan Yesus bukan tergantung oleh kehendak kita, tetapi kehendak-Nya.

Ayat terakhir dari bahan bacaan itu yaitu Lukas 2:14 menuliskan: Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya. Ayat itu memberitahu kita jika semua ini hanya kembali menurut kehendak Tuhan yang menjadikan kita hidup.

Setelah ibadah, kami menjalani perjamuan kudus dengan memakan roti dan meminum anggur. Hal ini terjadi setiap tiga bulan sekali. Namun, perjamuan kudus selalu diadakan setiap merayakan hari Natal. Semua jemaat bisa mengikuti prosesi perjamuan kudus tetapi hanya yang sudah angkat sidi yang bisa mengonsumsi roti dan anggur. Acara perjamuan kudus menjadi penutup prosesi ibadah hari Natal di GKPS Salemba.

Selesai dari situ, kami berjalan untuk bersalam-salaman dengan pendeta dan jemaat yang bertugas dalam ibadah Natal hari itu. Setelah itu, di luar ruang ibadah, sudah tersaji puluhan piring kecil yang terdiri dari camilan seperti kue, pastel, risol, serta kue-kue rumahan dan donat untuk jemaat yang baru selesai beribadah. Jemaat yang bertugas dalam ibadah natal hari itu membawa berbagai kue untuk dibagi menjadi beberapa bagian sehingga semua jemaat yang datang kebagian.

Meskipun ibadah Natal tidak meriah dan sama seperti ibadah pada umumnya, tetapi ibadah hari Natal ini selalu menorehkan kesan hangat bagi saya pribadi. Dan jelas perayaan ini memaknai kelahiran Tuhan Yesus yang teduh, syahdu, dan menyenangkan.