Sejarah Bakal Terulang saat God Bless dan Soneta Group Tampil Sepanggung di Pagelaran Musik Re:creating
JAKARTA - Salah satu sejarah dalam rekam jejak musik Indonesia bakal terulang. God Bless akan kembali tampil sepanggung dengan Rhoma Irama dan Soneta Group-nya.
Dua ikon musik Tanah Air ini akan tampil bersama dalam pagelaran musik bertajuk "Re:creating Soneta Group - God Bless" yang digagas oleh Boss Creator.
Berdasarkan unggahan di media sosialnya, konser musik elegen ini akan digelar di Bengkel Space pada pada Senin, 20 Desember 2021.
Kali pertama God Bless dan Rhoma Irama tampil sepanggung terjadi pada perayaan malam tahun baru bertajuk "Damai di Ujung Tahun" yang berlangsung di Istora Senayan, Jakarta, pada 31 Desember 1977.
berselang delapan tahun, dua raja musik beda genre ini ini kembali sepanggung dalam acara bertajuk “Apresiasi Musik Anak Muda 1985” yang digelar di Stadion Utama Senayan pada 22 Desember.
Wacana konser bareng God Bless dan Rhoma Irama jilid ketiga sempat tercetus saat Rhoma Irama mengundang vokalis God Bless, Achmad Albar dalam podcast "Bisikan Rhoma" pada Oktober lalu.
Di kanal YouTube-nya, Rhoma mengenang pertikaian yang terjadi antara penggemar musik rock dan penggemar musik dangdut yang dipicu pernyataan kontroversial Benny Soebarja. Kala itu, pentolan band Giant Step menstigmakan dangdut dengan kata-kata kasar.
Perseteruan Rock dan Dangdut yang Berujung Damai
Pada era 1970-an, musik dangdut yang diusung Rhoma Irama berkonfrontasi dengan musik rock yang saat itu tengah mewabah. Rolling Stones, Led Zeppelin, dan Deep Purple menjadi idola remaja dan membuat genre musik lain nyaris mati.
Rhoma Irama pun bersiasat. Demi menyaingi kepopuleran musik rock, orkes Melayu ia tetesi dengan DNA hard rock. Iramanya yang mendayu ia ganti dengan ketukan yang cepat dan bebunyian tabla (instrumen khas India) tidak lagi mendominasi dan digantikan dengan instrumen drum. Hasilnya, publik menyambutnya dengan gegap gempita.
Namun, tidak demikian dengan para musisi rock. Mereka justru mencerca Rhoma Irama. Bahkan, meminta pemerintah untuk memboikot musik dangdut.
“Soneta itu musik perang. Saat itu saya menegaskan, Soneta siap mati! Dulu kalau manggung salah tempat, batu dan sendal melayang ke arah saya. Rocker-rocker kerap naik ke panggung mengganggu konser kami. Kontak fisik juga pernah terjadi," kisah Rhoma Irama, dikutip dari majalah GitarPlus.
"Di Bandung, di tempatnya Giant Step saya juga pernah dilemparin batu. Tapi the show must go on! Begitu juga dengan rock, saat maen disambitin batu sama dangduter (sebutan Rhoma kepada para penggemar musik dangdut).”
Gencatan senjata antara musisi dangdut dan rock baru benar-benar tercapai pada 1977. Pengacara Japto Soerjosoemarno menjadi penengah dengan menantang Rhoma Irama 'berduel' dengan Achmad Albar dan God Bless-nya, dalam sebuah konser di Senayan yang dihiasi dengan pelepasan merpati sebagai simbol perdamaian.
Sejak itu, dangdut dan rock pun berdamai. Pada 1985 konser bersama dangdut dan rock kembali dihelat di tempat yang sama.
Baca juga:
Mengapa Harus God Bless dan Soneta Group?
Banyak orang lupa, pada tahun 1980, jauh sebelum Dream Theater, band panutan anak metal kekinian lahir, God Bless telah mengajarkan khalayak musik Indonesia bagaimana memainkan musik rock progresif yang baik dan benar.
Achmad Albar (vokal), Ian Antono (gitar), Donny Fattah (bass), Abadi Soesman (kibor), dan Teddy Sudjaya (drum) telah berjalan melampaui ruang dan waktu melalui lagu-lagu progresif rock berkualitas bintang lima semisal Musisi, Anak Adam dan tentu saja trek titel Cermin.
Cermin dibalut dalam rumusan rock yang njelimet, namun terstruktur dengan mengutamakan unsur estetika apik dan penuh dinamika di sekujur tekstur lagu.
Jelas sekali, album ini diukir dengan visi totalitas berkarya atas nama idealisme para musisinya yang tidak bisa tergoda begitu saja oleh pundi-pundi uang milik cukong rekaman agar mereka ikut-ikutan menjual diri untuk menodai kebebasan berkaryanya. Sayangnya, master rekaman album ini rusak.
Atas permintaan para penggemar, God Bless merekam ulang dan merilis kembali album ini dengan tajuk Cermin 7 pada tahun 2016. Bersyukurlah wahai para pemuja musik rock Tanah Air, cawan suci rock and roll ini selamat dan hadir lagi dalam versi lebih segar dan nendang plus tambahan tiga lagu anyar.
Sementara itu, pada era yang sama dengan kelahiran album Cermin versi orisinal, musik dangdut yang berasal dari pakem musik Melayu di tangan Rhoma Irama tampil lebih elegan. Dangdut tidak lagi didominasi suara tabla, tetapi raungan gitar ala gitaris Deep Purple, Ritchie Blackmore yang tidak terbantahkan menjadi subgenre musik baru.
Rhoma Irama menampilkan cita rasa gitar rock berdistorsi di nomor-nomor milik Soneta Group, sebut saja Begadang 2, Takwa, Judi dan Kiamat. Pengaruh solo gitar Blackmore atau lengkingan khas vokalis Ian Gillan terpampang nyata dalam karya-karya milik Bang Haji, sapaannya.
So, sudah siap jadi saksi sejarah?