Pelecehan Seksual Marak di Gedung Parlemen Australia, PM Morrison: Merusak Kinerja dan Merugikan Negara
JAKARTA - Satu dari tiga orang yang bekerja di gedung Parlemen Australia telah mengalami pelecehan seksual, sebuah laporan yang diterbitkan pada Hari Selasa mengatakan, menyusul penyelidikan independen terhadap budaya tempat kerja parlementer.
Perdana Menteri Scott Morrison, yang memerintahkan peninjauan pada Februari setelah partainya mendapat tekanan atas penanganan dugaan pemerkosaan di dalam gedung parlemen mengatakan, temuan itu 'mengerikan' dan 'mengganggu'.
Tinjauan tersebut merinci perilaku tidak pantas yang tersebar luas, dan menemukan lebih dari separuh orang yang menanggapi telah mengalami setidaknya satu insiden pelecehan seksual, intimidasi, atau serangan seksual aktual atau percobaan.
"Pengalaman seperti itu meninggalkan jejak kehancuran bagi individu dan tim mereka dan merusak kinerja parlemen kami sehingga merugikan negara," ujar PM Morrison mengutip Reuters 30 November.
Lebih jauh PM Morrison menegaskan, parlemen harus membersihkan tindakannya.
"Seperti siapa pun yang bekerja di gedung ini, saya menemukan statistik yang disajikan di sini, tentu saja mengerikan dan mengganggu," ujarnya kepada wartawan di Canberra.
"Saya berharap saya menemukan mereka lebih mengejutkan," tandas PM Morrison.
Laporan tersebut membuat 28 rekomendasi, termasuk keseimbangan gender yang lebih besar di antara anggota parlemen dan staf mereka, kebijakan alkohol baru dan pembentukan kantor sumber daya manusia baru untuk menangani keluhan.
Baca juga:
- Dokter Afrika Selatan Sebut Pasien Varian Omicron Miliki Gejala Sangat Ringan, Dapat Dirawat di Rumah
- Baru 12 Jam Menjabat, PM Wanita Pertama Swedia Magdalena Andersson Mengundurkan Diri
- Tolak Permintaan China Pindahkan Kapal Perang dari Laut China Selatan, Menhan Filipina: Sudah Ada dari 1999
- Selamatkan Pengemudi Wanita yang Pingsan di Jalan Tol dari Kecelakaan Maut, Pria Ini Rela Menabrakkan Mobilnya
Untuk diketahui, PM Morrison berada di bawah tekanan untuk mengatasi budaya parlementer menjelang pemilihan yang dijadwalkan pada paruh pertama tahun depan. Dukungan untuk pemerintah koalisi konservatifnya jatuh setelah tuduhan pemerkosaan, sementara ribuan wanita berbaris di seluruh negeri menyerukan kesetaraan yang lebih besar.