Peringati Hari Pahlawan, Masyarakat dan Diaspora Indonesia Ziarah ke Makam Pejuang Kemerdekaan Indonesia di Australia
JAKARTA - Hujan dan angin kencang tidak menghalangi puluhan masyarakat dan diaspora Indonesia di Australia, untuk melakukan ziarah ke makam para pejuang kemerdekaan Indonesia.
Ziarah dalam rangka Hari Pahlawan ini dilakukan di kompleks pemakaman tawanan perang di Cowra, 307 kilometer barat Sydney. Ziarah ini merupakn inisiasi KJRI Sydney dan relawan diaspora Indonesia.
Di antara para peserta ziarah nampak Walikota Cowra Bill West, Wakil Walikota Judi Smith, Atase Pertahanan KBRI Canbera Laksma TNI Agus Rustandi bersama sejumlah pejabat KBRI, serta masyarakat dan diaspora Indonesia, termasuk di antaranya perwakilan dari Indonesia Diaspora Network Australia dan beberapa organisasi lainnya.
Dalam sambutannya, Walikota Bill West menyampaikan penghormatan kepada para pejuang kemerdekaan Indonesia yang disemayamkan di Cowra. Walikota West menekankan, keberadaan pemakaman Indonesia di Cowra merupakan penanda hubungan yang istimewa antara komunitas Indonesia dengan masyarakat di Cowra.
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu mengingat jasa para pahlawannya," demikian ditekankan Konsul Jenderal RI Sydney, Vedi Kurnia Buana, selaku pimpinan rombongan ziarah dalam sambutannya, mengutip keterangan tertulis KJRI Sydney 17 November.
Konjen Vedi Buana berharap agar melalui kunjungan ziarah kali ini, semakin banyak masyarakat dan diaspora Indonesia, khususnya generasi muda, di Australia yang mengetahui keberadaan pemakaman Indonesia di Cowra.
"Kita semua perlu menjadikan semangat Hari Pahlawan untuk mengisi kembali energi kita dalam rangka pulih bersama dan pulih menjadi lebih kuat," pesan Konjen Vedi terkait dengan kondisi pandemi COVID-19.
Sementara itu, Matthew Hasjim, salah seorang diaspora muda Indonesia, mengungkapkan kesan yang dirasakan dari kunjungan ziarah ke Cowra.
"Sebagai seorang yang lahir di Australia, kunjungan kali ini merupakan kunjungan yang membuka mata dan memperkaya wawasan tentang sejarah Indonesia di Australia," ungkap Matthew.
Pria yang juga merupakan Presiden Australia Indonesia Youth Association (AIYA) New South Wales ini juga mengajak para generasi muda Indonesia di Australia untuk berziarah ke Cowra, tidak hanya dalam rangka kunjungan pengenalan sejarah, tetapi juga sebagai bentuk refleksi atas pengorbanan para pejuang kemerdekaan Indonesia dan pentingnya upaya menjaga perdamaian.
Ziarah kali ini diikuti dengan peletakan karangan bunga di atas 14 makam Indonesia, diiringi dengan alunan biola lagu 'Gugur Bunga' yang dimainkan oleh anak muda Indonesi Chrissia Monica.
Selain kunjungan ziarah, para peserta juga berkesempatan untuk mengunjungi lokasi kamp tawanan perang di Cowra dan Lonceng Perdamaian Dunia (World Peace Bell). Walikota Bill West, Konjen Vedi Buana,dan Atase Pertahanan Laksma TNI Agus Rustandi secara bersamaan turut membunyikan Lonceng Perdamaian Dunia sebagai pesan pentingnya upaya pemeliharaan perdamaian.
Baca juga:
- Sebut Bisa Salah Perhitungan Terkait 'Konflik' Barat dengan Rusia, Panglima Milier Inggris: Kita Harus Berhati-hati
- Sukses Gelar Uji Coba Pesaing S-400 Rusia, Turki Bakal Miliki Enam Sistem Pertahanan Udara Berbeda
- Enggan Tanggapi Latihan Militer NATO di Laut Hitam Berlebihan, Presiden Putin: Tidak Perlu
- Kabar Baik, Sempat Dinyatakan Mati Secara Biologis, Sungai Thames London Kini Dihuni Hiu Tope hingga Spurdog
Untuk diketahui, pemakaman Indonesia di Cowra merupakan bagian dari kompleks pemakaman tawanan perang di Cowra. Orang Indonesia yang disemayamkan di pemakaman ini di antaranya merupakan tahanan politik pemerintah kolonial Belanda di tahun 1920-1930-an yang dibuang ke Boven Digul, Papua.
Karena adanya kekhawatiran tahanan politik tersebut akan melawan Belanda dengan memanfaatkan kedatangan Jepang di Indonesia ketika itu, pemerintah kolonial Belanda memutuskan untuk membawa sekitar 500 orang tahanan ke Australia. Selama kurun waktu 1942-1943, terdapat sekitar 1.200 orang yang ditahan di Cowra. Banyak di antara mereka yang meninggal dunia karena ketidaksiapan dalam menghadapi cuaca Australia di bulan Juni yang merupakan awal musim dingin.