Curah Hujan di Indonesia Tinggi, BRIN dan BMKG Menunggu Permintaan Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca
JAKARTA - Pemerintah belum berencana melaksanakan Teknonologi Modifikasi Cuaca (TMC) terkait cuaca ekstrem lantaran aktifnya fenomena La Nina yang terjadi di Indonesia.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) selaku pelaksana mendukung adanya TMC ini, namun masih menunggu permintaan dari Badan Meteorologi, Klimatologi (BMKG).
"Untuk modifikasi cuaca kami menunggu permintaan dari BMKG sebagai otoritas. BRIN selalu siap untuk melakukan dukungan terkait hal tersebut," kata Ketua BRIN Laksana Tri Handoko dihubungi VOI, Selasa, 16 November.
Baca juga:
- Menko Airlangga Hartarto: Saatnya Petani Milenial Terapkan Pertanian Cerdas
- KLHK Waspadai Potensi Karhutla saat Siklus Puncak Musim Kemarau
- Bahas Teknologi Modifikasi Cuaca dengan Rumania, Gubernur Kalteng: Kita Kan ada Musim Hujan dan Kemarau, Ini Bisa Diatur
- Antisipasi Hujan Ekstrem di Jabodetabek, Modifikasi Cuaca Kembali Dilakukan
Sementara itu, Kepala Pusat Meteorologi Publik, Badan Pusat Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Fachri Radjab mengatakan, Indonesia memiliki pengalaman melaksanakan TMC.
Tapi, Pelaksana TMC di Indonesia adalah BRIN (BPPT). Sementara, BMKG bertugas untuk memberi informasi potensi awan-awan yang bisa disemai untuk TMC ini.
"BMKG memberikan informasi potensi awan-awan hujan yang bisa disemai," kata Fachri dihubungi VOI.
Fachri menjelaskan, saat ini sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan. Musim hujan tahun ini bersamaan dengan aktifnya fenomena La Nina. Aktifnya La Nina berpotensi meningkatkan intensitas curah hujan.
"Dan, puncak musim hujan diperkirakan akan berlangsung pada bulan Januari-Februari 2022," kata dia.