Bubble IBF 2021, Ketat tapi Bikin Nyaman Atlet
JAKARTA - Bulu tangkis sebagai salah satu cabang olahraga prestasi kebanggaan Indonesia kembali menggeliat di Tanah Air setelah hampir dua tahun mati suri tanpa kompetisi akibat pandemi.
Pengujung 2021 menjadi titik balik bulu tangkis nasional untuk kembali menunjukkan eksistensinya di pagelaran ajang berkelas dunia, yaitu melalui Indonesia Badminton Festival (IBF).
Tak tanggung-tanggung, acara yang berlangsung sejak 16 November hingga 5 Desember ini diklaim menjadi hajatan bulu tangkis terbesar yang pernah digelar Indonesia selama ini.
Tidak hanya dari panjangnya waktu pelaksanaan, tapi juga turnamen yang digelar mencapai tiga kali secara beruntun. Diawali dengan Indonesia Masters (Super 750) pada 16-21 November, Indonesia Open (Super 1000) 23-28 November, dan ditutup dengan turnamen akhir musim BWF World Tour Finals pada 1-5 Desember.
Melansir Antara, jumlah atlet yang bergabung pun mencapai 256 orang yang datang dari 26 negara termasuk Indonesia.
Tidak hanya meriah dan megah, ia juga menjamin pelaksanaan IBF 2021 akan berlangsung aman karena menerapkan sistem "bubble" yang diawasi oleh 930 tenaga keamanan dan kesehatan.
Pranata gelembung merupakan sebuah area ketat dan terkendali yang dipakai dalam sebuah kegiatan besar agar tak terjadi penularan virus antara peserta dan pihak luar, yang kini jamak digunakan dalam agenda olahraga berskala tinggi di masa pandemi.
Meski ketat, namun PBSI menjamin seluruh penghuni gelembung di Westin Resort Nusa Dua tak akan tertekan dan jenuh karena panitia menyajikan sejumlah hiburan dan fasilitas penunjang bagi seluruh orang di dalam area.
Ketua Bidang Humas PP PBSI Broto Happy pun membandingkan situasi gelembung di IBF dengan turnamen sebelumnya di Eropa yang tidak terlalu nyaman.
Saat menemani timnas bulu tangkis di Piala Sudirman dan Thomas bulan September, Broto ingat betul prokes di area gelembung di sana tidak terlalu ketat karena atlet masih dibolehkan keluar kamar untuk membeli makanan.
"Di sana memang bisa keluar cari makan, tapi ya suasananya membosankan dan itu mempengaruhi mental pemain. Beda sekali dengan acara kita di Bali, semua merasa nyaman dan senang meski di dalam gelembung," kata Broto mengutip Antara.
Baca juga:
- Target Tahun 2021 Sudah Dilalui, Greysia/Apriyani Tanpa Beban di Indonesia Badminton Festival
- Jajal Lapangan Utama IBF 2021, Greysia Polii: Masih Penyesuaian, Kondisi Anginnya Sangat Berbeda dengan di Istora
- Jelang Indonesia Masters 2021, Hendra Setiawan Dapat Kejutan Kado dari Fans Spesial
- Juara di Hylo Open 2021, Minions: Masih Belum Puas, Target Kami Tidak di Sini
Masa isolasi
Sebelum mengawali laga Indonesia Masters, seluruh peserta dan pihak yang berkepentingan dalam IBF 2021 diwajibkan untuk menjalani isolasi selama lima hari di lokasi penginapan.
Kegiatan IBF 2021 berpusat di Westin Resort Nusa Dua, yang di dalamnya terdapat kompleks penginapan dan Bali International Convention Center (BICC) yang menjadi arena pertandingan. Di luar Westin Resort, panitia juga menyediakan satu hotel yang letaknya sekitar satu kilometer dari zona pusat.
Penginapan di Hotel Ibis ini dihuni oleh tenaga pendukung acara, pihak keamanan, hingga awak media yang meliput agenda IBF 2021. Seperti Westin Resort, hotel ini juga memakai pranata gelembung ketat dan semua penghuninya tidak dibolehkan keluar area.
Untuk menyambungkan kedua lokasi, panitia mengerahkan armada transportasi steril, yang seluruh pengemudi dan koordinatornya pun menjadi bagian dari penghuni gelembung sehingga tidak ada interaksi dengan lingkungan luar.
Meski mewajibkan protokol ketat, namun panitia juga menyediakan kebutuhan pokok dan hiburan bagi seluruh peserta gelembung.
Di dalam Westin Resort, paket hiburan seperti studio film, kolam renang, sarana olahraga, kegiatan prakarya, hingga rekreasi pantai menjadi fasilitas yang bisa dinikmati penghuni sebagai pelepas penat dalam masa isolasi.
Pada IBF 2021, panitia tak ingin hanya menuntut peserta untuk patuh aturan, tapi juga berusaha memanjakan agar semua orang di dalam gelembung bisa merasa nyaman.
Bahkan panitia juga membebaskan atlet untuk membawa keluarga mereka menginap dan berlibur, asalkan ikut dalam pranata gelembung sejak awal hingga turnamen usai.
Menikmati hiburan
Kesempatan ini pun tak disia-siakan atlet untuk memboyong keluarga mereka ke Pulau Dewata sebagai sarana berlibur dan melepas rindu setelah berbulan-bulan berpisah karena menjalani turnamen di negara lain.
Misalnya saja Hendra Setiawan, yang mengajak tiga anak dan istrinya ke Westin Nusa Dua untuk melepas kangen setelah sibuk membela Merah Putih di Eropa.
Atlet spesialis ganda putra ini mengapresiasi panitia yang ikut memikirkan kondisi mental pemain dengan memberikan akses hiburan dan dibolehkan membawa keluarga.
"Meski tinggal bareng di 'bubble', tapi sejauh ini mereka tidak bosan ya karena bisa tetap main dan fasilitasnya banyak," ucap peraih medali emas Olimpiade Beijing 2008 ini.
Peluang liburan dalam gelembung ini juga dimanfaatkan atlet asing, seperti Viktor Axelsen dari Denmark dan Yuta Watanabe dari Jepang yang baru pertama kali singgah di Bali.
Viktor, yang baru saja menyabet medali emas Olimpiade Tokyo, ditemani putri dan pasangannya yang datang bersama tim Denmark.
Berdasarkan pantauan Antara di lokasi, Viktor kerap menghabiskan waktu senggangnya bersama putrinya untuk bermain atau berenang.
"Vega (putri Viktor) sangat suka berenang dan main air, tapi saya tidak ingin terlalu sering berenang. Tidak banyak celana yang saya bawa ke sini, jadi saya harus berhemat," kata Viktor saat berbincang di pinggir kolam.
Berbeda dengan pemain lain yang sengaja mengajak keluarga, Yuta justru datang ke Bali dengan kedua orang tuanya karena unsur ketidaksengajaan.
Pebulu tangkis berusia 24 tahun menjelaskan bahwa orang tuanya merupakan bagian dari sponsor penyelenggaraan IBF 2021, sehingga mendapat undangan untuk datang ke Bali.
Ia pun baru mengetahui hal ini sesaat sebelum ia berangkat ke Bali, sehingga tidak menyusun agenda liburan bersama keluarga sebelumnya.
"Sebenarnya saya tidak tahu orang tua berencana ke sini. Mereka memang sering menjadi sponsor untuk turnamen atau kejuaraan, dan kali ini ternyata diundang oleh (panitia) Indonesia ke sini," ungkapnya.
Meski ia belum bisa menikmati pariwisata Bali sebagaimana impiannya selama ini, namun ia bersyukur orang tuanya bisa menikmati hidup di dalam gelembung dan berkomitmen untuk kembali datang lain kali.
"Bali, sebenarnya saya ingin sekali datang ke sini bukan untuk bertanding. Ya inginnya bisa jalan-jalan. Kalau misalkan ada waktu, ingin ke sini lagi untuk berwisata," pungkasnya.