Masyarakat Perlu Tahu, Ada Bahaya Main Layang-Layang di Sekitar Bandara
Bandara Soekarno-Hatta (ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan (Perum LPPNPI) atau AirNav Indonesia mengingatkan masyarakat untuk tidak menerbangkan layang-layang di sekitar kawasan bandara.

Hal ini sehubungan dengan kasus tersangkutnya layang-layang berukuruan 50 cm pada pesawat Citilink QZ 1107 rute Halim Perdanakusuma (HLP) menuju Bandara Adi Sutjipto (JOG) pada jumat, 23 Oktober lalu. 

"Layang-layang yang diterbangkan di sekitar area bandara dapat membahayakan pesawat udara yang lepas landas dan mendarat di bandara tersebut," kata Direktur Utama AirNav Indonesia, M. Pramintohadi Sukarno, dalam keterangan tertulis, Senin, 26 Oktober.

Pramintohadi menjelaskan, bahayanya jika layang-layang terisap mesin pesawat udara, maka dapat membuat gangguan mesin. Bahkan, hal itu bisa membuat mesin pesawat udara mati. 

Menurut Pramintohadi, jika layang-layang tersangkut pada aileron atau sirip pesawat, maka dapat menyebabkan gangguan pada kemudi pesawat udara. 

"Jika tersangkut pada kokpit pesawat, maka dapat mengganggu sensor-sensor pada pesawat udara seperti sensor ketinggian dan sensor cuaca, serta mengakibatkan pesawat udara tidak dapat mendarat," ujar dia.

Seperti diketahui, pesawat Citilink nomor penerbangan QZ 1107 jenis ATR 72-600 dengan rute penerbangan Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta-Bandara Adisutjipto, Yogyakarta sempat mengalami gangguan penerbangan karena layang-layang pada Jumat lalu.

Pada saat kejadian, ATC yang bertugas di menara pemandu lalu lintas Bandara Adi Sutjipto sebelumnya telah memperingatkan pesawat yang akan mendarat untuk waspada terhadap layang-layang yang diterbangkan di sekitar area bandara.

"Saat ada pilot report yang melaporkan melihat layang-layang di sekitar bandara, prosedurnya kami memberikan peringatan kepada pilot lain, terutama yang akan mendarat di area bandara tersebut. Beruntung pesawat berjenis ATR tersebut masih bisa mendarat dengan selamat," jelas Pramintohadi.