JAKARTA - Joko Anwar memperkenalkan film terbarunya, Pengepungan di Bukit Duri yang menjadi film ke-11. Film ini merupakan kerjasama Joko dari rumah produksinya Come And See Pictures dan Amazon MGM Studios.

Cerita film ini akhirnya berhasil diwujudkan setelah 17 tahun. Joko Anwar menyimpan naskah ini sejak tahun 2007 dan terus mengupayakan agar cerita ini diproduksi hingga bertemu dengan rumah produksi. Selain itu, ia juga ingin menampilkan sisi lain penyutradaraannya setelah menggarap beberapa film horor.

“Saya percaya sebagai seorang filmmaker dan seniman yang tidak hanya di comfort zone. Banyak orang yang melabel saya sebagai pembuat film horor. Saya herus meninggalkan comfort zone untuk membuat sesuatu yang berbeda,” kata Joko Anwar selaku sutradara dalam konferensi pers pada Senin, 21 Oktober.

“Ini adalah film yang memiliki isu dan tema tentang anti kekerasan. Ada kedekatan Indonesia dengan kekerasan setelah membuat film escapism. Alangkah baiknya setelah 10 film, kami memulai dari awal yang secara tema penting relevan untuk Indonesia dan kami pilih sebagai film Come And See Pictures,” kata Joko Anwar lagi.

Beragam produksi yang dibuat Joko Anwar juga menarik perhatian pihak Amazon MGM Studio, rumah produksi legendaris asal Amerika Serikat. Pengepungan di Bukit Duri menjadi film pertama yang akan diproduksi MGM untuk penayangan di Asia Tenggara.

“Joko adalah seorang filmmaker di Indonesia dari romantic hingga horor dan kami tidak bisa tidak berpkir siapa yang bisa melakukannya. Sesuatu yang stuck dengan kalian bahkan sampai kredit film,” kata Darin Darakananda selaku perwakilan Amazon MGM Studio.

“Saya menunggu 17 tahun menimbang menajamkan skenario, saya rasa saat ini cukup dewasa membuat film ini. Kedua, saya tidak mau di zona nyaman dan terus terang kita mencari pemain berbulan bulan. Bekerja sama dengan mereka membuat saya teirnspirasi dan semangat membuat filmnya jadi tinggi karena mereka memberikan talenta mereka 100%,” jelas Joko Anwar.

Pengepungan di Bukit Duri diperankan Morgan Oey, Hana Malasan, Omara Esteghlal, Fatih Unru, Satine Zaneta, Farandika, Faris Fajar, Dewa Dayana, Florian Rutters, ⁠⁠Sandy Pradana, dan lainnya. Film ini akan tayang di bioskop pada tahun 2025.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)