Komisi Persaingan India Tuduh Google Merugikan Para Pesaingnya, Ini Alasannya
Google, kembali mendapati tuduhan antimonopoli di berbagai negara. (foto: dok. unsplash)

Bagikan:

JAKARTA – Otoritas antimonopoli di India, menuduh Google telah menyalahgunakan posisi dominan dalam sistem operasi Android-nya dengan menggunakan kekuatan uang yang besar untuk merugikan para pesaingnya secara ilegal. Laporan ini muncul setelah adanya penyelidikan selama dua tahun.  

“Google Alphabet Inc telah mengurangi kemampuan dan insentif produsen perangkat untuk mengembangkan dan menjual perangkat yang beroperasi pada versi alternatif Android," kata laporan unit investigasi Komisi Persaingan India (Competition Commission of India/CCI), bulan Juni seperti dikutip oleh Reuters

Raksasa teknologi A.S. mengatakan kepada Reuters dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya berharap dapat bekerja dengan CCI untuk "menunjukkan bagaimana Android telah menyebabkan lebih banyak persaingan dan inovasi, bukan sebaliknya."

“Google belum menerima laporan investigasi itu,” kata seseorang yang mengetahui langsung situasi tersebut kepada Reuters.

CCI tidak menanggapi permintaan komentar atas laporan tersebut. Anggota senior CCI akan meninjau laporan tersebut dan memberi Google kesempatan lain untuk membela diri, sebelum mengeluarkan perintah akhir, yang dapat mencakup hukuman, menurut sumber di CCI lainnya, yang mengetahui kasus tersebut. Google dapat mengajukan banding atas perintah apa pun di pengadilan India.

Temuan CCI adalah kemunduran antitrust terbaru untuk Google di India, di mana mereka juga menghadapi beberapa penyelidikan di pasar aplikasi pembayaran dan televisi pintar. Perusahaan ini juga telah digugat di Eropa, Amerika Serikat dan di tempat lain karena isu yang sama.

Minggu ini, regulator antimonopoli Korea Selatan mendenda Google  180 juta dolar karena memblokir versi Android yang telah disesuaikan.

Google mengajukan setidaknya 24 tanggapan selama penyelidikan, membela diri dan berargumen bahwa hal itu tidak merugikan persaingan.

Microsoft Corp, Amazon.com Inc , Apple Inc, serta pembuat smartphone seperti Samsung dan Xiaomi, termasuk di antara 62 entitas yang menanggapi pertanyaan CCI selama penyelidikan Google, kata laporan itu.

Android mendukung 98% dari 520 juta smartphone India, menurut Counterpoint Research.

Ketika CCI memerintahkan penyelidikan pada tahun 2019, dikatakan bahwa Google tampaknya telah memanfaatkan dominasinya untuk mengurangi kemampuan pembuat perangkat untuk memilih versi alternatif dari sistem operasi selulernya dan memaksa mereka untuk menginstal aplikasi Google terlebih dahulu.

Laporan setebal 750 halaman itu menemukan bahwa pra-pemasangan aplikasi wajib "sama dengan pengenaan kondisi yang tidak adil pada produsen perangkat" telah dianggap melanggar undang-undang persaingan India. Sementara Google sendiri dianggap memanfaatkan posisi toko aplikasi Play Store untuk melindungi dominasinya.

Kebijakan Play Store ini dianggap "sepihak, ambigu, kabur, bias dan sewenang-wenang", sementara Android telah "menikmati posisi dominannya" dalam sistem operasi yang dapat dilisensikan untuk ponsel cerdas dan tablet sejak 2011, kata laporan itu.

Penyelidikan itu dipicu pada 2019 setelah dua rekan peneliti junior antitrust India dan seorang mahasiswa hukum mengajukan pengaduan, lapor Reuters. India selama ini tetap menjadi pasar pertumbuhan utama bagi Google.