JAKARTA - DP World Australia, salah satu operator pelabuhan terbesar di negara itu, mengumumkan pada Selasa 28 November bahwa peretas telah mengakses file yang berisi rincian pribadi karyawan setelah insiden siber awal bulan ini yang memaksa perusahaan untuk menghentikan operasinya selama tiga hari.
Pelanggaran keamanan yang terdeteksi pada 10 November tersebut melumpuhkan operasi perusahaan, yang mengelola sekitar 40% barang yang masuk dan keluar dari Australia, serta memengaruhi terminal kontainer di Melbourne, Sydney, Brisbane, dan Fremantle, Australia Barat.
"Meskipun penyelidikan telah menunjukkan bahwa data pelanggan tidak terkena dampak, sebagian data yang terpengaruh termasuk informasi pribadi karyawan saat ini dan sebelumnya," demikian disampaikan oleh perusahaan tersebut, yang merupakan bagian dari DP World yang dimiliki oleh pemerintah Dubai.
Grup siber yang didukung oleh negara dan peretas telah meningkatkan serangan mereka terhadap infrastruktur kritis, bisnis, dan rumah di Australia, seperti yang ditunjukkan dalam laporan pemerintah yang baru-baru ini dirilis, di mana satu serangan terjadi setiap enam menit.
BACA JUGA:
DP World tidak memberikan rincian tentang pelaku, tetapi mengatakan bahwa penyelidikannya menegaskan bahwa insiden tersebut terbatas pada operasinya di Australia dan tidak mempengaruhi pasar lain tempat perusahaan beroperasi.
Tidak ditemukan atau digunakan ransomware di jaringan DP World Australia, demikian pernyataan perusahaan tersebut.
Setelah mendeteksi pelanggaran tersebut, DP World, salah satu dari sedikit pemain industri stevedore di Australia, memutuskan koneksi dari internet, yang signifikan mempengaruhi pergerakan barang.
Perusahaan mengatakan bahwa mereka telah menyelesaikan backlog lebih dari 30.000 kontainer pada 20 November.