JAKARTA - Biasanya robot dilatih untuk membantu meringankan pekerjaan manusia, seperti mengangkat berat dan memasak, tapi kini robot dibuat bisa menghibur dengan tertawa.
Para ilmuwan asal Universiras Kyoto Jepang sekarang sedang mengembangkan sistem Artificial Intelligence (AI) agar sebuah robot dapat tertawa dan membantu membuat percakapan dengan manusia menjadi lebih alami.
Robot itu dinamai Erica. Dia adalah robot berbasis Android yang diluncurkan pada 2015 lalu. Erica tidak hanya dijuluki sebagai robot Android tercantik tetapi juga pintar.
Erica dianggap oleh beberapa orang sebagai robot paling realistis dan terlihat harmonis.
Dengan sistem AI tersebut, Erica akan memiliki tiga pertanyaan dasar berturut-turut mengenai apakah manusia itu tertawa, apakah Erica harus tertawa sebagai tanggapan, dan jika jawabannya "ya" untuk keduanya, jenis tawa apa yang harus dipilih Erica sebagai tanggapan.
Tanggapan tersebut berkisar dari tawa kecil hingga tertawa gembira. Tawa manusia sangat beragam, dan masih banyak lagi jenis tawa yang harus bisa dipahami Erica untuk merespon agar tampak sealami mungkin. Ini merupakan pencapaian yang luar biasa untuk sebuah Android.
“Kami pikir salah satu fungsi penting dari AI percakapan adalah empati. Jadi kami memutuskan bahwa salah satu cara robot dapat berempati dengan pengguna adalah dengan berbagi tawa mereka," ungkap penulis utama penelitian yang diterbitkan dalam Frontiers in Robotics and AI, Dr Koji Inoue.
Melansir The Guardian, Minggu, 18 September, agar tawa Erica terlihat alami, Inoue dan rekan-rekannya juga mengumpulkan data pelatihan lebih dari 80 dialog kencan kilat antara mahasiswa laki-laki dan robot, yang awalnya dioperasikan oleh empat aktor amatir wanita.
BACA JUGA:
Data dialog tersebut dianotasi untuk tawa solo, tawa sosial di mana humor tidak terlibat, seperti dalam tawa sopan atau malu dan tawa kegembiraan.
Kemudian data itu digunakan untuk melatih sistem pembelajaran mesin guna memutuskan apakah akan tertawa, dan memilih jenis yang sesuai.
Berdasarkan file audio, algoritme akan mempelajari karakteristik dasar tawa sosial, yang cenderung lebih tenang dan tawa riang, dengan tujuan mencerminkannya dalam situasi yang sesuai.
“Kami harus dengan hati-hati mengkategorikan tawa mana yang dapat kami gunakan untuk analisis kami dan tidak hanya berasumsi bahwa tawa apa pun dapat ditanggapi," ujar Inoue.
Selanjutnya masuk ketahap pengujian, di mana para ilmuwan membuat empat dialog pendek untuk dibagikan dengan seseorang, mengintegrasikan algoritme tawa bersama yang baru ke dalam perangkat lunak percakapan yang ada.
Itu akan dibandingkan dengan skenario di mana Erica tidak tertawa sama sekali atau mengeluarkan tawa sosial setiap kali dia mendeteksi tawa.
Para ilmuwan mengklaim, tawa dapat membantu menciptakan robot dengan karakter mereka sendiri yang berbeda.
“Kami pikir mereka dapat menunjukkan ini melalui perilaku percakapan mereka, seperti tertawa, tatapan mata, gerak tubuh, dan gaya berbicara,” tutur Inoue.