Bingung Pilih Mobil Hybrid atau Listrik? Kenali Dulu PHEV!
Prius Prime PHEV untuk pasar Jepang. (Dok. Toyota)

Bagikan:

JAKARTA - Banyak orang sudah familiar dengan mobil hybrid, sementara mobil listrik murni (EV) pun konsepnya sederhana: diisi daya listrik dan bisa melaju ratusan kilometer. Tapi bagaimana jika mobil hybrid bisa diisi daya listrik (PHEV)?

Mobil plug-in hybrid (PHEV) memang membingungkan bagi sebagian orang. PHEV bisa beroperasi sebagai mobil listrik sejauh 20-50 km, cukup untuk penggunaan harian rata-rata (sekitar 30 km).  Namun, PHEV juga punya mesin bensin dan tangki bahan bakar untuk ratusan kilometer perjalanan jauh, tanpa perlu menunggu diisi daya lama seperti mobil listrik murni.

Baterai PHEV lebih kecil dan murah dibanding mobil listrik murni, sehingga pengisiannya lebih cepat, sekitar 2-3 jam di stasiun pengisian 240 volt. Bahkan, beberapa PHEV bisa diisi di rumah semalam dengan colokan listrik biasa.

Banyak PHEV diadaptasi dari mobil hybrid biasa. Contohnya, Toyota Prius adalah hybrid biasa, sedangkan Prius Prime (dengan tampilan nyaris sama) adalah PHEV dengan jangkauan listrik hingga 70 km.

5

PHEV Tak Perlu Dicolok?  Tidak Masalah!

Melansir Car and Driver, 12 April, merupakan majalah pecinta otomotif Amerika yang terbit pertama kali pada tahun 1955, PHEV tetap bisa berjalan meski tak diisi listrik. Baterainya akan diisi ulang melalui pengereman regeneratif atau mesin bensin.  Bahkan beberapa PHEV bisa mengisi baterainya lebih banyak dari hybrid biasa saat menuruni jalan curam.

Namun secara keseluruhan, PHEV yang tak diisi listrik  berfungsi seperti hybrid biasa.  Meski mungkin lebih irit dibanding mobil bensin, konsumsi bahan bakarnya  biasanya lebih boros dibanding hybrid standar.

Banyak pemilik PHEV menyukai senyapnya kabin saat mode listrik dan iritnya bahan bakar.  Namun, sebagian merasa repot dengan kebiasaan mengisi daya.  Bahkan, ada pembeli yang tak sadar mobil mereka bisa diisi listrik karena dijual sebagai "hybrid" dan penjualnya tak menjelaskan.

PHEV Menjanjikan?  Belum Tentu.

Kemampuan PHEV berjalan tanpa mengisi daya listrik, meski tetap irit, menguntungkan pemilik tapi merugikan lingkungan.  Mengapa tidak membeli hybrid biasa saja?  Selain itu, teknologi PHEV yang rumit membuatnya kurang diandalkan dibanding hybrid atau mobil bensin.  Masalahnya pun sering terkait fitur PHEV seperti penjadwalan pengisian daya atau pendingin kabin lewat aplikasi.

Jadi, mengapa PHEV ada?  Penggemarnya menyukai PHEV setelah mengerti cara kerjanya.  Produsen mobil pun menyukainya karena menjadi solusi yang lebih murah dan mudah untuk memenuhi regulasi emisi dibanding mobil listrik murni.  Lagipula, mereka tak perlu pusing apakah konsumen mengisi daya atau tidak.