JAKARTA - Ekosistem kendaraan listrik di Indonesia saat ini mengalami perkembangan pesat seiring dengan upaya pemerintah dalam mencapai target net zero emisi pada tahun 2060. Hal ini merupakan komitmen jangka panjang yang harus dilakukan secara berkelanjutan.
Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan bahwa pencapaian target ini bukanlah tugas yang dapat diselesaikan hanya dalam satu periode kepemimpinan presiden. Ia menekankan pentingnya menjaga kontinuitas dan kolaborasi antar-pemimpin untuk mencapai visi tersebut.
"Yang penting adalah kemajuan. Ini bukan hanya dapat diselesaikan oleh satu presiden, tetapi mungkin melibatkan beberapa presiden. Yang penting, kita menjaga koordinasi secara bersama. Jangan hanya sekadar mimpi, tetapi lakukan perubahan nyata," tegas Luhut, mengutip pernyataannya yang dilaporkan oleh ANTARA pada Senin, 12 Juni.
Pemerintah Indonesia telah memulai berbagai program elektrifikasi kendaraan dan saat ini sedang meluncurkan program bantuan untuk masyarakat guna mempercepat adopsi kendaraan listrik.
Luhut juga memberikan contoh pentingnya pengembangan kendaraan listrik melalui investasi baru dalam industri aluminium di Jawa Timur yang membutuhkan pasokan energi sebesar 4 gigawatt. Indonesia memiliki potensi energi bersih atau hijau sebesar 437 gigawatt, sementara kelebihan pasokan listrik saat ini mencapai 5,2 gigawatt.
Ditambahkan dia, dengan kelebihan listrik sebesar 5 gigawatt dari PLN (Perusahaan Listrik Negara), hampir seluruhnya dapat terserap sehingga pada tahun depan tidak akan ada kelebihan pasokan listrik lagi. Ini akan memberikan keuntungan finansial bagi PLN.
"Bayangkan, tahun lalu kita mengalami kesulitan karena PLN harus membayar subsidi sebesar 47 triliun rupiah akibat kelebihan pasokan listrik sebesar 5,2 gigawatt. Jika kelebihan ini dapat digunakan dan terserap, maka kita dapat menghemat 47 triliun rupiah," ungkap Luhut.
BACA JUGA:
Luhut juga kembali menegaskan bahwa kendaraan listrik tidak hanya berkaitan dengan kendaraan itu sendiri, tetapi juga melibatkan seluruh ekosistem pendukung yang berperan dalam pengembangan kendaraan listrik. Hal ini dilakukan sebagai upaya mencapai target 10 persen kendaraan listrik dari total populasi yang terwujud pada tahun 2030.
"Jadi, proyek ini berkesinambungan, tidak bisa satu term presiden selesai, tidak akan. Ini jangka panjang, jadi kita semua harus kompak. Bangsa ini maju kalau kita satu. Kalau ada tuding-tuding ini bikin perubahan hal baru, nggak usah aneh-aneh, biasa-biasa saja. Apa yang sudah dibuat anak-anak muda Indonesia sekarang harus jalan, tidak boleh tertunda-tunda," pungkas Luhut dengan tegas.