Euro 2020, Prancis Vs Jerman: Pentas Ambisi Dua Pelatih Brilian
Didier Deschamps (Twitter @FrenchTeam)

Bagikan:

JAKARTA - Pertemuan Prancis dengan Jerman adalah pertemuan kelas berat yang terjadi terlalu dini. Mereka harus satu saling menghancurkan sejak awal karena berada dalam satu grup yang juga dihuni juara bertahan Piala Eropa Portugal.

Peserta keempat dalam grup ini, Hungaria, juga bukan kontestan sembarangan. Negeri ini sudah dua kali runner-up Piala Dunia dan pada Euro 2016 memuncaki fase grup yang juga dihuni Portugal.

Pertemuan ini juga sarat dengan ambisi pribadi pelatih-pelatihnya di mana pelatih Prancis Didier Deschamps berambisi menjadi orang pertama yang menjadi juara dunia dan juara Eropa baik sebagai pemain maupun sebagai pelatih.

Sedangkan Joachim Low ingin mewariskan lagi landmark bagi Jerman yang spesialis turnamen setelah babak belur dalam Piala Dunia 2018 dan sebelum dia mengakhiri era kepelatihannya yang sekali sukses mengantarkan Jerman juara dunia.

Sekalipun pertandingan pembuka bukan yang paling menentukan, baik Deschamps maupun Low menganggap pertemuan di Stadion Allianz di Muenchen Rabu dini hari pukul 02.00 WIB itu adalah soal martabat.

Prancis melewati pertandingan pertama Piala Dunia 2018 dengan susah payah mengalahkan Australia 2-1 sebelum menjuarai turnamen ini. Itu melawan Australia, tapi yang ini Jerman. Ada ambisi di sana sekalipun Deschamps menyembunyikannya.

"Realita bahwa pertandingan pertama memang penting tapi bukan berarti menentukan," kata Deschamps seperti dikutip Antara dari Reuters. "Kualitas lawan yang kami hadapi besok mengubah pertandingan itu menjadi pertemuan yang fantastis. Kami adalah dua tim terbaik di Eropa, ini soal siapa yang klinis dan memanfaatkan peluang."

Jerman sendiri, yang untuk pertama kali dalam sejarah sepak bolanya tersingkir dalam fase grup turnamen besar pada Piala Dunia 2018 di Rusia, tak mau dianggap sebelah mata.

Jerman yang seperti Prancis menerobos putaran final Euro 2020 dengan status juara grup kualifikasi ini tak mau kegagalan dalam Piala Dunia tiga tahun lalu menjadi barometer untuk timnya saat ini sekalipun masih dilatih Loew.

"Kami tahu Prancis sukses dalam beberapa tahun terakhir. Tapi kami masih merupakan tim yang sangat bagus yang akan tidak nyaman untuk dihadapi," tandas kapten dan penjaga gawang Jerman Manuel Neuer. "Kami menaruh hormat kepada mereka tetapi kami tidak menganggap diri underdog. Kami ingin memenangkan pertandingan ini di sini di Muenchen."

Ya, penonton adalah faktor tambahan yang penting yang tidak dimiliki Prancis walaupun Stadion Allianz hanya membolehkan masuk 14.000 penonton.

Tetapi, kecuali Thomas Mueller dan Mats Hummels serta Neuer, skuat Jerman yang ini memang belum seteruji skuad Prancis yang difavoritkan juara. Skuat Prancis dihuni oleh sebagian besar pemain yang masih segar merasakan trofi Piala Dunia bahkan kini ditambah Karim Benzema yang akan membentuk trisula maut bersama Kylian Mbappe dan Antoine Griezmann.

Jerman sekali lagi menolak pandangan kefamiliaran skuat dengan turnamen besar sebagai faktor besar. “Yang akan menjadi penting esok nanti itu adalah melakukan apa yang sudah ditunjukkan tim dalam 14 hari terakhi,” tandas gelandang Jonas Hofmann.

Statistik penting kedua tim

Ini pertemuan keenam Prancis dan Jerman dalam sebuah turnamen besar, namun yang pertama yang terjadi dalam fase grup. Sejauh ini mereka punya catatan relatif seimbang dengan masing-masing dua kali memenangkan dalam enam pertemuan ini.

Prancis tak terkalahkan dalam lima pertandingan terakhirnya melawan Jerman di bumi Jerman (3 menang, 2 seri). Pertemuan terakhir mereka pada September 2018 yang juga diadakan di Allianz Arena berakhir seri 0-0.

Ini pertandingan ke-18 Joachim Low dalam Piala Eropa. Dia membawa Jerman ke semifinal pada lima dari enam turnamen besar, dan sekali mengantarkan Jerman juara dunia pada 2014.

Didier Deschamps membawa Prancis juara dunia 1998 dan juara Eropa 2000 sebagai pemain, dan juara dunia 2018 sebagai pelatih. Dia kini memburu catatan sukses juara Eropa sebagai manajer setelah nyaris melakukannya pada Euro 2016 ketika Les Bleus menjadi runner-up di bawah Portugal.