JAKARTA - Manchester United segera menentukan nasib manajer Ruben Amorim usai final Liga Europa melawan Tottenham Hotspur.
Amorim gagal mengangkat prestasi dan performa MU di Premier League Inggris. Menggantikan Erik ten Hag yang diberhentikan pada November 2024, Amorim sesungguhnya menjadi harapan MU bakal bangkit. Apalagi, dirinya memiliki prestasi mengesankan saat menangani Sporting Lisbon.
Hanya harapan itu tak kesampaian. Bahkan MU kian terpuruk dan kemungkinan besar mengakhiri kompetisi dengan menduduki posisi di papan bawah.
Sebuah pencapaian yang memalukan mengingat The Red Devils merupakan tim elite pernah menguasai Premier League dan memegang rekor juara 20 kali. Rekor itu baru bisa disamai Liverpool setelah menjadi juara Liga Premier musim ini. Tim tersebut juga masih disebut sebagai anggota 'big six' selain Liverpool, Arsenal, Manchester City, Chelsea, dan Tottenham Hotspur.
Hanya saja, MU tampaknya masih terlalu berat menyandang beban sebagai anggota enam besar di liga. Pada laga terakhir di kompetisi domestik, MU kembali menelan kekalahan di kandang sendiri.
Kali ini, West Ham United yang mempermalukan MU 2-0 di Old Trafford. Ini kekalahan ke-17 kali yang dialami MU musim ini.
Tak hanya itu, West Ham pun mencatat rekor memenangkan dua pertandingan home and away melawan MU. Pada laga pertama di kandang sendiri, The Hammers unggul 2-1. Kekalahan yang berujung pemecatan Ten Hag.
Usai kekalahan di Old Trafford, Amorim menyatakan siap meletakkan jabatan bila MU kembali menuai hasil buruk. Bahkan bila akhirnya kalah di laga final sesama tim Liga Premier di Liga Europa, tekad Amorim untuk mundur sudah bulat.
Hanya keinginan mundur Amorim kemungkinan ditolak manajemen. Petinggi klub, menurut The Guardian, tetap menaruh kepercayaan kepada manajer asal Portugal ini.
Meski gagal di liga, namun Amorim sukses membawa MU ke final Liga Europa. Bahkan bila akhirnya MU gagal juara di Liga Europa, manajemen tetap berharap Amorim melanjutkan tugasnya menghadapi kompetisi musim depan.
Pihak petinggi klub menilai kegagalan MU tidak sepenuhnya dibebankan kepada Amorim yang datang ke Old Trafford di tengah kompetisi.
Apalagi, dia mewarisi tim yang compang-camping menyusul kegagalan Ten Hag membangun skuad yang solid meski sudah mendapatkan sejumlah pemain baru.
Selain itu tidak semua pemain bisa beradaptasi dengan gaya bermain ala Amorim. Baik pemain maupun manajer sama-sama butuh waktu untuk menjadikan MU sebagai tim yang solid.
Di sisi lain, sikap ragu sang pemilik saham minoritas Sir Jim Ratcliffe berdampak pada performa MU di kompetisi. Semula, Ratcliffe berniat memberhentikan Ten Hag.
Hanya setelah MU bermain cemerlang saat menghajar rival satu kota Manchester City di final Piala FA. Ratcliffe akhirnya mempertahankan Ten Hag. Bahkan eks pelatih Ajax Amsterdam ini mendapat dana yang digunakan untuk membeli pemain.
Persoalannya, Ten Hag hanya boleh mendatangkan pemain muda. Bahkan MU gagal memboyong pemain depan sehingga masih mengandalkan Rasmus Hojlund yang tak kunjung menunjukkan ketajaman secara maksimal.
MU akhirnya gagal bersaing di Premier League dan Ten Hag pun diberhentikan. Saat Amorim datang, dia tak mendapat kesempatan membeli pemain meski akhirnya MU merekrut bek sayap Patrick Dorgu. Namun MU kehilangan Antony dan Marcus Rashford yang ironisnya menunjukkan performa mengesankan di klub yang meminjamnya.
BACA JUGA:
Bila mempertahankan Amorim di MU, Ratcliffe diharapkan tak mengulangi kesalahan dengan membeli pemain baru tetapi kemudian memberhentikan sang manajer di tengah kompetisi.
Sebaliknya, bila tak yakin dengan kinerja Amorim, dia bisa memberhentikan usai kompetisi. Persoalannya Amorim dinilai masih menjadi pilihan terbaik dan tepat untuk MU. Ini yang menjadikan keputusan petinggi klub kemungkinan tetap mempertahankan Amorim.