JAKARTA - Kematian dan takdir akan selalu jadi misteri. Pun bagi orang-orang terdekat Ricky Siahaan yang tutup usia usai manggung dengan Seringai di Tokyo, Jepang Sabtu, 19 April.
Dari kabar lingkup terdekat, sang musisi meninggal karena mengalami serangan jantung. Ia pun meninggalkan keluarga, kerabat dan kolega di usia 48 tahun.
Bagi banyak musisi, pemilik nama asli Ricardo Bisuk Juara Siahaan ini adalah panutan. Sumbangsihnya terhadap perkembangan musik keras di Indonesia tak perlu diragukan.
Sebelum dikenal sebagai penggawa Seringai, Ricky muda sempat beberapa kali tergabung di band-band beraliran keras lainnya. Dua di antaranya adalah Buried Alive dan Stepforward.
Pertemuannya dengan Arian (saat itu vokalis Puppen) di akhir 80an menjadi cikal bakal lahirnya Seringai. Band ikonis itu pun diproklamirkan debut pada 2002, yang saat itu juga diperkuat Edy Khemod dan Toan Sirait. Posisi bassist kemudian digantikan oleh Sammy Bramantyo yang bertahan hingga sekarang.
Sosok Ricky Siahaan tak hanya dikenal dengan kehebatannya dalam bermusik, seperti dijuluki sebagai salah satu master riff gitar Tanah Air. Ia juga memiliki kapasitas di balik layar, mulai dari manajemen hingga produksi rekaman.
BACA JUGA:
Bersama Seringai, Ricky mencatatkan sederet pencapaian membanggakan. Mereka pernah ditunjuk jadi pembuka konser Metallica, meraih AMI Awards hingga tur beberapa negara telah menjadi catatan sejarah yang ia torehkan semasa hidup.
Selain itu, rekam jejak Ricky Siahaan juga tercatat sebagai salah satu pendiri Deadsquad. Ia bersama Stevi Item menggagas band tersebut pada 2006. Kebersamaan singkat dengan Deadsquad tetap membawa pengaruh besar hingga bertahan sampai sekarang.
Akhir tahun lalu, Seringai menggelar salah satu konser terbesarnya di Jakarta. Lalu awal tahun ini mereka tur ke Taiwan hingga Jepang, mengukuhkan reputasi mereka sebagai band metal yang konsisten. Perjalanan panjang itu pun harus berakhir, meski laju karyanya takkan pernah terhenti bagi generasi-generasi penerus.