Bagikan:

JAKARTA - Goddess menjadi pembuktian yang tepat atas ekspektasi penggemar terhadap Laufey. Setelah kesuksesan album Bewitched (2023) dan kemenangan perdana di Grammy pada Februari lalu, penyanyi asal Islandia itu hadir dengan kesakitan yang mendalam di single barunya.

“Laufey, apakah kamu menginginkan pelukan?” tulis seorang penggemar di kolom komentar akun TikTok Laufey.

Komentar tersebut dengan jelas menggambarkan apa yang akan dirasa ketika mendengar Goddess, balada seorang wanita muda yang tersakiti karena cinta. Laufey menampilkan kekecewaannya sejak awal lagu.

“It always goes like this/Could’ve predicted it/I’m so naïve to think you loved me for me (Selalu seperti ini/Bisa diprediksi/Aku sangat naif mengira kamu mencintaiku demi aku).”

Goddess dimulai dengan lambat dan lirih. Vokal Laufey yang dalam diiringi permainan piano yang sederhana.

Perlahan, tensi lagu meningkat ketika menuju chorus. Memasuki bagian baru, permainan arpeggio yang indah berpadu dengan melodi lagu.

Rasa sakit dan kemarahan tidak berhenti sampai bagian terakhir lagu. Tensi terus meningkat dengan tambahan strings.

Laufey memanfaatkan empat setengah menit durasi lagu dengan sempurna. Struktur lagu yang dinamis dan permainan emosi yang ditampilkan lewat pilihan kata dalam lirik, jauh dari kesan membosankan.

Cerita lagu juga disampaikan dengan baik. Tidak ada jarak antara vokal dan musik, yang merupakan kelebihan Laufey sebagai penyanyi sekaligus multi-instrumentalist.

Goddess adalah cara berbeda untuk menikmati Laufey. Meski tidak mudah mengesampingkan From The Start, menikmati Laufey lewat Goddess yang penuh dengan emosi layak dicoba.

Mengutip judul artikel yang ditulis Kristin Robinson, “Selamat datang di Laufey Land - Ketika Gen Z Bertemu Jazz”.

Sebagai informasi, Goddess menjadi pembuka untuk album terbaru Laufey, Bewitched: The Goddess Edition, yang akan dirilis pada 26 April mendatang. Masih ada tiga lagu lain yang layak untuk dinantikan.

Laufey (Instagram @laufey)