JAKARTA - Studiorama sukses dengan pesta semalam suntuknya, Ornaments 2019. Meski terbilang sederhana, deretan penampil ragam genre berhasil memelihara kemeriahan festival yang digelar dari Jumat sore, 15 November pukul 16.00 WIB hingga menjelang Sabtu pagi, 16 November pukul 04.00 WIB.
Ornaments 2019 adalah salah satu festival musik yang mengusung semangat paling otentik tahun ini. Studiorama memang bukan baru kali ini menggelar pentas musik. Catatan terbaru yang juga paling harum buat Studiorama adalah ketika mereka sukses mendatangkan unit indie rock asal Amerika Serikat, Japanese Breakfast.
Namun, untuk festival musik, Ornaments 2019 adalah debut menjanjikan buat kolektif musik asal Jakarta ini. Ornaments dapat disebut sebagai manifestasi dari ragam acara yang pernah digelar Studiorama selama delapan tahun berdiri. Dan tentu saja, mereka berhasil membuktikan konsistensi dalam memberikan alternatif referensi bagi pecinta musik.
Unit psikedelik rock asal Australia King Gizzard & The Lizard Wizard, kuartet instrumental asal Amerika Serikat BADBADNOTGOOD, hingga pasukan post-punk dari Inggris These New Puritans jadi kombinasi yang mewarnai Ruang Stage Kuningan City Ballroom, Kuningan, Jakarta Selatan.
Selain itu, Ornaments 2019 juga menghadirkan sejumlah DJ internasional. Sebutlah Tzusing, Hyph11e, Meuko! Meuko!, hingga Scintii. Dari dalam negeri, Studiorama menghadirkan peramu musik elektronik jagoan mereka, Jurrasic Phunk dan Gabber Modus Operandi, duo produser musik sekaligus seniman kontemporer asal Bali, Kasimyn dan Ican Harem.
Pecah jelang tengah malam
Jelang tengah malam, BADBADNOTGOOD mengambil alih panggung. Leland Whitty, Matthew A. Tavares, Chester Hansen, dan Alexander Sowinski berhasil menyihir penonton di Ruang Stage. Penampilan mereka jelas memukau.
Usai disihir alunan musik instrumental BADBADNOTGOOD, King Gizzard & The Lizard Wizard membakar lantai Ruang Stage. Stu Mackenzie, Ambrose Kenny Smith, Cook Craig, Eric Moore, Joey Walker, Lucas Skinner, serta Michael Cavanaugh tampil prima.
Dari deretan setlist yang dimainkan, nomor-nomor dari album anyar mereka, "Infest The Rats' Nest" mendominasi. Sebut saja Mars for the Rich, Superbug, Perihelion, hingga Self-Immolate yang membuat para pecandu high-substance music kesetanan.
Tak ketinggalan. Salah satu nomor terpopuler mereka, Crumbling Castle juga dimainkan. Stu dan kawan-kawan tahu betul siapa yang mereka hadapi di bawah panggung. Sayang, penampilan King Gizzard & The Lizard Wizard ditutup dengan kekecewaan.
Bukan karena penampilan yang buruk. Usai King Gizzard & The Lizard Wizard menutup penampilan dengan Crumbling Castle, teriakan "we want more" menyembur deras. Para penonton di bawah panggung belum mereda.
Hampir sepuluh menit teriakan bergemuruh, hingga kru King Gizzard & The Lizard Wizard betul-betul mempereteli alat para personel dari atas panggung. Jujur saja, penonton King Gizzard & The Lizard Wizard kemarin malam adalah salah satu penonton musik paling haus yang pernah ada.
Selanjutnya, lantai yang masih bergetar dijaga tetap bergerak oleh dengung gamelan repetitif yang dimainkan Gabber Modus Operandi. Penampilan duo elektronik asal Bali ini barangkali adalah salah satu penampil yang paling gila. Mereka tampil gahar dengan musik hardcore techno yang diusung.
Di barisan penonton, makhluk rekaan serupa reog berkeliling membelah manusia-manusia yang bergoyang tiada henti. Bagian dari penampilan yang cukup mengejutkan. Laju keliling reog diiringi dengan beat yang berdegup semakin kencang. Distorsi juga semakin memekakan telinga. Gila.
Dengan berbagai pengalaman yang dihadirkan Ornaments 2019, rasanya tak berlebihan jika menyebut musim kedua festival ini sebagai salah satu yang patut dinantikan di masa mendatang.