Hal ini disampaikan dalam acara Pengumuman Pemenang Karya Cipta Lagu Pembelajaran Anak Usia Dini (Kicau) pada Minggu, 2 Februari.
Abdul Mu'ti menyatakan bahwa perubahan dalam genre lagu anak menjadi salah satu alasan pentingnya pembaharuan dalam lagu-lagu yang dikonsumsi anak-anak Indonesia.
"Kami sering bercanda, anak-anak itu dulu nyanyinya 'balonku ada lima', sekarang nyanyinya 'menghitung hari'. Dulu nyanyinya 'pelangi-pelangi alangkah indahmu', sekarang nyanyinya 'ada pelangi di matamu'," ujarnya.
Sebagai bagian dari upaya ini, Mendikdasmen mengungkapkan bahwa pihaknya menyelenggarakan lomba Kicau untuk menghasilkan lagu-lagu yang dapat menanamkan nilai karakter, rasa cinta tanah air, cinta alam, serta karakter mulia lainnya pada anak-anak.
Dalam acara tersebut, diumumkan 10 lagu anak sebagai pemenang dari sekitar 400 lagu yang telah dilombakan. Lagu-lagu pemenang akan dikompilasi dalam satu album.
"Kemudian saya juga sudah minta panitia untuk yang tidak menang pun nanti dilihat lagi, dan bisa kita kompilasi lagi supaya lagunya tidak hanya 10, tapi mudah-mudahan bisa 20 atau lebih dari itu," tambahnya.
Abdul Mu'ti juga menyampaikan bahwa lagu-lagu pemenang akan ditayangkan di YouTube dan laman web Kemendikdasmen. Selain itu, lagu-lagu tersebut akan disebarluaskan dalam bentuk yang mudah diakses, agar sosialisasi kepada TK, PAUD, dan layanan pendidikan anak usia dini lainnya bisa dilakukan lebih mudah dan efisien.
BACA JUGA:
Nunuk juga menambahkan bahwa pemenang lomba akan mendapatkan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) sebagai penghargaan atas karya lagu yang diciptakan.
Melalui kegiatan ini, Nunuk berharap lagu-lagu yang dihasilkan dapat membawa dampak positif bagi perkembangan anak-anak Indonesia.