JAKARTA - Kawasan Tunjungan di Surabaya adalah salah satu lokasi bersejarah yang memadukan nostalgia masa lampau dengan dinamika kota modern. Terletak di jantung kota Surabaya, kawasan ini telah menjadi saksi bisu perkembangan ekonomi, budaya, dan sejarah kota pahlawan sejak masa kolonial hingga era kemerdekaan.
Dengan pesonanya yang unik, Tunjungan menawarkan pengalaman yang tak terlupakan bagi wisatawan lokal maupun internasional. Dalam sebuah wawancara eksklusif, Citra Ajeng yang merupakan seorang tour guide dari Bersukaria membagikan sejarah di sepanjang jalan Tunjungan, Surabaya.
Salah satu tim VOI.id menyusuri kawasan-kawasan bersejarah di Tunjungan Surabaya yang sangat menarik. Berikut 5 tempat bersejarah di Tunjungan Surabaya yang wajib Anda kunjungi.
1. Gedung Siola
Gedung Siola terletak di pusat kota Surabaya. Gedung ini adalah salah satu bangunan bersejarah yang memiliki nilai penting dalam perkembangan kota tersebut. Gedung ini didirikan oleh pemodal asing asal Inggris bernama Robert Laidlaw.
Gedung Siola (Adelia/VOI)
Pada awalnya, Gedung Siola difungsikan sebagai pusat perbelanjaan dan department store, yang pada masa itu cukup modern untuk ukuran Surabaya. Desain bangunan ini mencerminkan gaya arsitektur kolonial Belanda dengan elemen-elemen seperti lengkungan, tiang besar, dan jendela tinggi yang khas.
"Pada 1940 diambil alih oleh pemodal Jepang membuka toko bernama Chiyoda," ucap Citra Ajeng kepada VOI.id di ujung Jalan Tunjungan, Surabaya pada Rabu, 11 Desember 2024.
"Selanjutnya 1950 beberapa pengusaha bernama Soemitro-Ing Wibisono-Ong-Liem-Ang menghidupkan kembali dan dikenal dengan SIOLA yang merupakan kependekan dari huruf depan masing-masing pemilik," lanjutnya.
2. Gedung Loge de Vriendscha
Gedung Loge de Vriendschap adalah sebuah bangunan bersejarah yang terletak di pusat kota Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Bangunan ini memiliki nilai sejarah yang tinggi, terkait dengan perkembangan sosial, politik, dan budaya pada masa kolonial Belanda.
Gedung ini awalnya digunakan sebagai tempat berkumpulnya anggota organisasi Freemasonry bernama Loge de Vriendschap, yang berarti "Persahabatan" dalam bahasa Belanda. Organisasi ini adalah salah satu loge Freemasonry yang paling penting dan berpengaruh di Surabaya pada masa kolonial.
Gedung Loge de Vriendscha (Adelia/VOI)
"Perkumpulan ini memiliki simbol sebuah jangka dan mistar (penggaris lipat) yang dipadupadankan sehingga membentuk sebuah bidang segi empat yang di tengahnya terdapat dua tangan yang sedang bejabatan. Jabatan tangan simbol persahabatan yang dibingkai dalam peralatan kerja (jangka dan mistar) sebagai perlambang pekerjaan, giat bekerja," tutur Citra.
3. Hotel Majapahit
Hotel Majapahit Surabaya awalnya dikenal dengan nama Hotel Oranje. Hotel yang berada di jalan Tunjungan ini adalah salah satu hotel paling bersejarah dan mewah di Indonesia. Terletak di pusat kota Surabaya, hotel ini tidak hanya terkenal karena layanan dan fasilitas bintang lima, tetapi juga karena peran pentingnya dalam sejarah Indonesia, terutama dalam konteks perjuangan kemerdekaan.
Pada 19 September 1945, setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, beberapa pejuang kemerdekaan dan tokoh-tokoh penting yang mendukung perjuangan Indonesia berkumpul di hotel ini. Hotel yang dibangun sejak tahun 1910 ini menjadi tempat bersejarah bagi pertemuan antara para pejuang Indonesia dan pihak Belanda yang berusaha untuk mempertahankan kekuasaannya.
Hotel Majapahit (Adelia/VOI)
"Charlie Chaplin menginap disini, ruangan juga tidak bisa dimasuki atau disewa," ucap Citra.
Aktor yang identik dengan celana baggy, topi bowler kecil, kumis yang unik dan cara berjalan yang diseret dengan bantuan tongkat ini berkunjung ke Surabaya di tahun 1932.
4. Toko Lalwani Surabaya
Toko Lalwani adalah salah satu toko tekstil ternama yang menjual berbagai pernak-pernik khas India dan Timur Tengah, seperti sari, sisha, gorden, dan kain, untuk pria maupun wanita. Pada masanya, harga barang-barang di toko ini tergolong tinggi karena semuanya merupakan produk impor.
Awalnya, Toko Lalwani memang melayani kebutuhan kalangan Eropa dan borjuis lainnya yang tinggal di Surabaya. Selain itu, toko ini juga dikenal dengan layanan penjahitan khusus pria, menawarkan pakaian dengan gaya terbaru yang dijahit oleh para ahli penjahit yang bekerja di sana.
Toko Lalwani Surabaya (Adelia/VOI)
Didirikan pada sekitar tahun 1930-an, Toko Lalwani memiliki ciri khas yang mudah dikenali, yaitu plakat nama berwarna merah yang terpasang di tembok bagian atas gedung dengan tulisan: 'Toko Lalwani Issardas & Sons, Tundjungan 30'. Namun, sejak tahun 1990-an, toko ini mulai tidak lagi beroperasi seperti di masa kejayaannya dan akhirnya ditinggalkan penghuninya.
"Harga-harga yang dijual di Toko Lalwani ini mahal-mahal banget, karena impor dan target pasarnya orang Eropa," kata Citra.
5. Toko Buku Sluyter
Tunjungan juga menjadi salah satu lokasi berdirinya toko J.W.F. Sluyter. toko J.W.F. Sluyter merupakan salah satu toko buku import yang berada di daerah jalan Tunjungan Surabaya pada masa kolonial. Secara historis gedung toko buku Sluyter kemudian diambil alih oleh usaha percetakan Van Dorp & Co.
SEE ALSO:
"Sekarang berubah jadi restoran Locaahands, tapi bentuk tulisannya masih sama kayak sekarang. Sebelumnya, ini tempatnya menjual buku Belanda dan sudah ada tahun 1925." ucap Citra.