JAKARTA - Oxford University Press menetapkan istilah "brain rot" atau "pembusukan otak" sebagai Kata Tahun Ini 2024. Istilah ini bukan berarti pembusukan otak yang sebenarnya, tapi mencerminkan kekhawatiran tentang penurunan fungsi otak akibat konsumsi berlebihan konten receh atau dangkal di media sosial.
Fenomena ini telah memicu perbincangan global tentang dampak gaya hidup digital terhadap kesehatan mental. menurut Laporan yang dikutip dari India Today, penggunaan istilah "brain rot" meningkat hingga 230 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Dr. Narendra Kinger, Psikolog Klinis di Holy Family Hospital, Mumbai, menjelaskan istilah ini menggambarkan penurunan kemampuan mental yang sering kali disebabkan oleh konsumsi layar berlebihan, kurangnya stimulasi mental, serta kebiasaan tidak sehat.
"Brain rot" didefinisikan sebagai penurunan kondisi kesehatan mental atau intelektual akibat paparan konten yang dangkal atau tidak menantang secara intelektual. Hal ini kerap terjadi pada pengguna media sosial yang menghabiskan waktu berjam-jam untuk scrolling tanpa tujuan.
Paparan terus-menerus terhadap konten yang dangkal berpotensi mengurangi rentang perhatian, melemahkan kemampuan berpikir kritis, dan menyebabkan kelelahan mental.
Dampaknya tidak terbatas pada kelompok usia tertentu. Pada anak-anak misalnya, gejalanya dapat berupa penurunan konsentrasi, rentang perhatian yang pendek, dan prestasi akademik yang merosot.
Sedangkan pada orang dewasa, hal ini terlihat dari kebiasaan lupa, motivasi yang rendah, ketergantungan berlebih pada perangkat digital, dan perubahan suasana hati seperti mudah marah.
Menurut Dr. Kinger, penyebab utama "brain rot" adalah waktu layar yang berlebihan. Paparan tanpa henti terhadap konten berkualitas rendah menekan kemampuan otak untuk terlibat dalam aktivitas yang membutuhkan pemikiran mendalam. Selain itu, pola tidur yang buruk, kurangnya olahraga, dan pola makan yang tidak seimbang turut memperburuk kondisi ini.
Kemudian pola makan yang rendah nutrisi penting seperti omega-3 dan antioksidan dapat memengaruhi fungsi otak dalam jangka panjang. Gaya hidup yang minim aktivitas fisik juga mempercepat penurunan kesehatan kognitif. Kombinasi ini menciptakan siklus kebiasaan buruk yang semakin memperburuk kondisi "brain rot."
BACA JUGA:
Untuk mengatasi dampak tersebut, Dr. Kinger merekomendasikan pengaturan keseimbangan antara konsumsi konten digital dan aktivitas yang merangsang pikiran. Ia menyarankan orangtua untuk menetapkan batasan waktu layar bagi anak-anak dan mendorong mereka terlibat dalam aktivitas fisik di luar ruangan. Hobi seperti membaca, seni, atau musik juga dapat membantu meningkatkan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis.
Bagi orang dewasa, langkah pencegahan mencakup melakukan aktivitas yang merangsang mental, seperti memecahkan teka-teki atau berdiskusi mendalam. Tidur yang cukup, olahraga teratur, dan asupan makanan sehat juga penting untuk menjaga kesehatan otak.
Dr. Kinger juga menegaskan pentingnya menyadari bahaya "brain rot" dan dampaknya terhadap kualitas hidup.
"Otak adalah aset paling berharga Anda. Menjaganya tetap sehat berarti menjaga kesejahteraan Anda secara keseluruhan," tutupnya.