YOGYAKARTA – Malam 1 Suro adalah 1 Muharam, yakni awal bulan pertama di tahun baru Jawa. Selayaknya perayaan tahun baru, malam 1 Suro dalam tradisi orang Jawa juga dirayakan. Bahkan momen tersebut disakralkan. Sebagian orang juga membaca doa-doa hingga mengamalkan amalan tertentu di momen tersebut. Hal itu dilakukan karena orang Jawa percaya tentang keistimewaan Malam 1 Suro.
Keistimewaan Malam 1 Suro
Anggapan malam 1 Suro sebagai momen yang istimewa tak lepas dari akulturasi budaya antara Kejawen dan Islam. Lalu apa saja hal yang spesial pada malam tersebut?
- Sultan Agung Perluas Agama Islam
Salah satu keistimewaan malam 1 Suro adalah peristiwa sejarah yang berkaitan dengan Raja Mataram Sultan Agung. Kala itu sang Raja ingin memperluas Islam dengan menggabungkan kalender Saka (warisan Hindu) dengan kalender Hijriah yang kemudian jadi kalender Jawa. Penyatuan tersebut menjadikan malam 1 Suro menjadi hari pertama dalam kalender baru.
- Penyatuan Tanah Jawa
Tak hanya dalam hal agama, Sultan Agung juga berusaha menyatukan kelompk Islam dan Abangan di Pulau Jawa agar tak terjadi perpecahan. Salah satu cara yang dilakukan adalah denganmenggelar berbagai acara pengajian dan laporan pemerintahan setempat. Selain itu digelar pula kegiatan lain yang sampai saat ini menjadi tradisi orang Jawa seperti ziarah kubur.
- Ganjaran Amal Baik Akan Berlipat Ganda
Bagi umat Islam termasuk yang tinggal di Jawa menjadikan malam 1 Suro sebagai momen spesial karena di malam tersebut Allah SWT melipatgandakan segala amal baik. Bahkan umat Islam disunnahkan untuk melakukan puasa sunah Asyura di tanggal 10 Muharram.
- Momen Perenungan Diri
Keistimewaan 1 Suro tidak hanya berlaku bagi umat Islam di Jawa, kaum abangan pun menganggap momen tersebut sangat sakral.
Dijelaskan dalam buku berjudul Sajen dan Ritual Orang Jawa (2010) yang ditulis Wahyana Giri, malam 1 Suro adalah waktu yang suci sekaligus penuh rahmat. Di momen tersebut orang Jawa akan mendekatkan diri kepada Tuhan sekaligus jadi momen membersihkan diri dan melawan hawanfsu.
Doa Malam 1 Suro
Di tanggal 1 Muharam atau malam 1 Suro, umat Islam Jawa dianjurkan membaca doa awal dan akhir tahun. Berikut ini tuntunan doanya, dilansir dari NU Online.
- Doa Akhir Tahun
Doa ini dibaca pada akhir tahun tanggal 29/30 Dzulhijjah atau sebelum salat Maghrib sebanyak 3 kali. Berikut ini bacaannya.
اَللّٰهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هٰذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْهُ وَحَلُمْتَ فِيْها عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِيْ وَدَعَوْتَنِيْ إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِيْ عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي اسْتَغْفَرْتُكَ فَاغْفِرْلِيْ وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَّنِي عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَأَسْئَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِيْ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ
Allâhumma mâ ‘amiltu min ‘amalin fî hâdzihi sanati mâ nahaitanî ‘anhu, wa lam atub minhu, wa hamalta fîhâ ‘alayya bi fadhlika ba‘da qudratika ‘alâ ‘uqûbatî, wa da‘autanî ilat taubati min ba‘di jarâ’atî ‘alâ ma‘shiyatik. Fa innî astaghfiruka, faghfirlî wa mâ ‘amiltu fîhâ mimmâ tardhâ, wa wa‘attanî ‘alaihits tsawâba, fa’as’aluka an tataqabbala minnî wa lâ taqtha‘ rajâ’î minka yâ karîm.
Artinya:
“Tuhanku, aku meminta ampun atas perbuatanku di tahun ini yang termasuk Kau larang-sementara aku belum sempat bertobat, perbuatanku yang Kau maklumi karena kemurahan-Mu-sementara Kau mampu menyiksaku, dan perbuatan (dosa) yang Kau perintahkan untuk tobat-sementara aku menerjangnya yang berarti mendurhakai-Mu. Tuhanku, aku berharap Kau menerima perbuatanku yang Kau ridhai di tahun ini dan perbuatanku yang terjanjikan pahala-Mu. Janganlah kau membuatku putus asa. Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah."
- Doa Awal Tahun
Doa awal tahun dibaca setelah salat Magrib yakni pada 1 Muharram. Doa ini dibaca sebanyak 3 kali. Berikut bacaannya.
اَللّٰهُمَّ أَنْتَ الأَبَدِيُّ القَدِيمُ الأَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ العَظِيْمِ وَكَرِيْمِ جُوْدِكَ المُعَوَّلُ، وَهٰذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ، أَسْأَلُكَ العِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِهِ، وَالعَوْنَ عَلَى هٰذِهِ النَّفْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ، وَالاِشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ
Allâhumma antal abadiyyul qadîmul awwal. Wa ‘alâ fadhlikal ‘azhîmi wa karîmi jûdikal mu‘awwal. Hâdzâ ‘âmun jadîdun qad aqbal. As’alukal ‘ishmata fîhi minas syaithâni wa auliyâ’ih, wal ‘auna ‘alâ hâdzihin nafsil ammârati bis sû’I, wal isytighâla bimâ yuqarribunî ilaika zulfâ, yâ dzal jalâli wal ikrâm.
Artinya:
“Tuhanku, Kau yang Abadi, Qadim, dan Awal. Atas karunia-Mu yang besar dan kemurahan-Mu yang mulia, Kau menjadi pintu harapan. Tahun baru ini sudah tiba. Aku berlindung kepada-Mu dari bujukan Iblis dan para walinya di tahun ini. Aku pun mengharap pertolongan-Mu dalam mengatasi nafsu yang kerap mendorongku berlaku jahat. Kepada-Mu, aku memohon bimbingan agar aktivitas keseharian mendekatkanku pada rahmat-Mu. Wahai Tuhan Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan.”
Amalan Malam 1 Suro
Bagi orang Jawa, ada beberapa amalan malam 1 Suro. Amalan ini dilakukan dengan maksud mendatangkan kebaikan serta sebagai simbol menyucikan diri dari nafsu duniawi. Beberapa amalan tersebut adalah sebagai berikut.
- Puasa
- Sedekah
- Siraman dengan air kembang setaman atau mandi besar
- Tapa bisu
- Ziarah kubur ke orang tua
- Jamasan pusaka atau memandikan pusaka
- Larung sesaji
Itulah beberapa keistimewaan malam 1 Suro. Kunjungi VOI.id untuk mendapatkan informasi menarik lainnya.