JAKARTA - Sebuah aksi sosial Stop Bullying dengan cara menyebarkan nilai-nilai perdamaian di kalangan pelajar diinisiasi Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB) berkolaborasi dengan Rumah Guru BK (RGBK) dan Indonesia Student and Youth Forum (ISYF) lewat gerakan #AyoBalasBaik, Stop Bullying.
Program bertema Sekolah Damai Anti Perundungan, Pesantren Balas Baik ini dilaksanakan akhir pekan lalu di Sekolah Borcess Ashokal Hajar (BOASH), Bogor. Program tersebut diikuti 50 Pelajar SMA dan SMK yang terpilih sebagai agen #BalasBaik Stop Bullying.
Founder KGSB Ruth Andriani menyoroti terus meningkatnya angka kasus bullying atau perundungan yang semakin mengkhawatirkan. Sejak beberapa bulan terakhir, banyak sekali kasus perundungan yang terjadi baik di lingkungan sekolah maupun pesantren, yang membuat kita semua prihatin, bisa dikatakan Indonesia ini dalam masa 'darurat’ untuk kasus kekerasan dan perundungan di Satuan Pendidikan.
Kondisi darurat ini menjadi poin perhatian utama KGSB hingga tergerak untuk menjalankan program pencegahan dan penanganan bullying dengan melibatkan peran aktif warga sekolah. Issue ini sudah menjadi perhatian utama sejak KGSB berdiri 2 tahun lalu dengan menggandeng para Psikolog dan Praktisi hukum untuk terus melakukan penyuluhan serta edukasi kepada tenaga pendidik, ortu dan siswa.
Penelitian menunjukkan bahwa bullying dapat meningkatkan resiko gangguan mental, depresi, ansietas, dan bahkan perilaku merusak diri dan bunuh diri pada korban. Mengutip data yang dihimpun oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), per Februari 2023 menunjukkan kenaikan angka kasus perundungan yang mengkhawatirkan. Sebanyak 1.138 kasus perundungan tercatat, dari kasus kekerasan fisik hingga psikis.
Dalam upaya mengambil langkah-langkah preventif yang efektif dan memberikan pemahaman yang mendalam kepada pelajar tentang pentingnya mencegah, menanggulangi bullying, hingga menggalakkan sebuah gerakan, KGSB, RGBK dan ISYF menginisiasi progam Pesantren #BalasBaik di lingkungan Sekolah Borcess Ashokal Hajar, Bogor.
“Dengan melibatkan peserta secara aktif dalam pembelajaran, pelatihan, dan perencanaan tindakan lanjut, kami yakin bahwa pesantren ini dapat menjadi langkah awal dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan bebas dari bullying di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia,” jelas Ruth lagi.
Founder Rumah Guru BK (RGBK), Ana Susanti mengatakan bahwa berbagai aktivitas dirancang khusus untuk menumbuhkan minat siswa dalam memahami dampak dan memerangi perundungan.
"Gerakan #AyoBalasBaik, Stop Bullying kami perkenalkan kepada para Siswa melalui kegiatan-kegiatan Active Learning yang melibatkan peran aktif peserta untuk memahami lebih jauh akan kategori dan dampak dari perundungan. Kami mengarahkan agar semua peserta dapat membuat afirmasi langkah yang akan mereka lakukan untuk memutus mata rantai perundungan di lingkungan sekolahnya", ungkap Ana.
Para siswa peserta tersebut mendapatkan edukasi tentang pentingnya mencegah dan menanggulangi bullying di lingkungan pendidikan. Kepada mereka juga diberikan pelatihan dengan fokus pada pengenalan tanda-tanda bullying, cara mengatasi, dan peran penting dalam mencegahnya.
Direktur Eksekutif Indonesia Student & Youth Forum (ISYF), Rizky Nugraha Putra A menambahkan bahwa pesantren ini merupakan upaya kolaboratif untuk mengatasi masalah bullying di kalangan pelajar SMA dengan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan. Terdapat 50 siswa terpilih sebagai agen perubahan diberikan edukasi dan pelatihan aksi sosial untuk memutus rantai bullying melalui gerakan membalas dengan kebaikan #ayobalasbaik.
“Momen edukasi dilakukan melalui serangkaian kegiatan yang terdiri dari kajian dari perspektif agama, dan coaching agen #AyoBalasBaik. Selain itu, mereka juga dibekali dengan pemahaman serta keterampilan sosial dan emosional untuk menghadapi situasi bullying secara bijaksana dan efektif,” ujar Rizky.
Materi pemahaman isu bullying dari perspektif agama diberikan oleh Irfan Amali – Kyai Perdamaian dan co-fouder Peace Generation. Pembekalan ini diharapkan dapat memperkuat nilai-nilai moral dan etika di kalangan peserta.
Selain edukasi, para agen #BalasBaik Anti Bullying juga didorong untuk merancang dan menerapkan rencana tindak lanjut yang konkrit dan terukur di sekolah masing-masing untuk memerangi bullying. Mereka juga mendapat support untuk memperkuat solidaritas dan kepedulian sosial melalui kegiatan santunan dhuafa dan gerakan sosial lainnya, sebagai wujud nyata dari semangat kebersamaan dan empati.
3 Larangan dalam Penanganan Bullying
Serangkai dengan edukasi untuk para siswa agen #BalasBaik Anti Bullying, KGSB dan ISYF juga mengadakan webinar untuk para guru di sekolah tersebut. Webinar yang mengangkat tema “Pencegahan dan Penanganan Bullying di Lingkungan Sekolah” itu menghadirkan narasumber Unita Werdi Rahajeng, Psikolog dan Dosen Departemen Psikologi Universitas Brawijaya.
Dalam paparannya, Unita membeberkan 4 strategi pencegahan dan penanganan perundungan. Yakni hentikan saat itu juga, selidiki kejadiannya, berikan dukungan dan tindak lanjuti.
Diluar itu, psikolog Unita justru tidak menyarankan adanya mediasi antara pelaku dan korban serta saksi, baik tujuannya untuk menyelidiki detail kejadian maupun mendamaikan keduanya. Hal kedua yang tidak ia sarankan adalah menghukum pelaku di depan umum (group treatment) seperti saat upacara. Selain itu ia tidak berharap penangangan hanya diberikan saat kejadian tanpa ada tindak lanjut.
Lebih dari itu, Unita menyarankan setiap sekolah dibentuk tim TPPK (tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan) yang terdiri dari tim pendidik/tenaga kependidikan dan perwakilan orang tua/komite. Tim ini memiliki tugas untuk membuat sistem/program dan saran untuk pencegahan kekerasan. Selain itu mereka juga dilibatkan dalam pencegahan dan penanganan kasus-kasus bullying yang terjadi serta melakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait.