Beberapa Teknik Menciptakan Rumah Anti Tanah Longsor yang Perlu Diketahui
Ilustrasi (Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Fenomena tanah longsor merupakan bencana alam yang kerap terjadi di Indonesia. Tingginya curah hujan di Tanah Air membuat beberapa daerahnya menjadi rawan terkena bencana yang satu ini.

Salah satu daerah yang baru saja tertimpa bencana ini adalah Kota Kupang. Seperti yang dikutip VOI dari Antara, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, melaporkan terjadi peristiwa longsor di Kota Kupang, Senin dini hari, 25 Januari, yang mengakibatkan dua orang warga meninggal dunia.

Selain menelan korban jiwa, bencana tanah longsor tentunya mengakibatkan kerugian materil yang sangat besar. Oleh sebab itu, sebagai negara yang rawan bencana longsor, sudah sewajarnya kita mempersiapkan diri untuk menghadapi masalah ini, dengan membekali diri dengan pemahaman seluk-beluk mengenai tanah longsor.

Secara umum, posisi dan konstruksi rumah juga penting untuk diperhatikan. Hal tersebut  memengaruhi besar kecilnya dampak longsor terhadap hunian kita.

Untuk mencegah potensi tanah longsor, sebaiknya hindari membangun rumah di area bawah atau dekat tebing. Kontur tanah yang labil dan tidak landai menjadikan daerah tersebut rentan terjadi longsor.

Namun, jika hal tersebut tidak dapat dihindari, maka ada pilihan yang dapat disiasati, yaitu membuat rumah anti longsor. Berikut ini teknik-teknik pilihan untuk membuat rumah anti longsor:

Teknik Konstruksi Soil Nailing

Jika posisi lahan rumah kita ada di daerah rawan longsor, maka teknik soil nailing bisa diaplikasikan untuk meminimalisir dan mencegah terjadinya longsor.

Soil nailing merupakan teknik pengokohan tanah untuk menjaga kestabilan galian lahan, caranya dengan memasukkan besi beton ke permukaan tanah. Hal itu akan membuat tanah lebih stabil.

Teknisnya adalah dengan mengebor permukaan tanah ke dalam secara miring, lalu dimasukkan besi beton berukuran kecil, dan terakhir ditambal dengan campuran semen.

Hal ini bertujuan agar besi beton yang telah ditanam akan menahan air yang masuk ke dalam tanah.

Jika daerah kita memiliki curah hujan yang cukup tinggi atau volume airnya terlalu besar, kita perlu menggunakan material besi beton dari plastik, agar besi tidak cepat berkarat.

Teknik Sheet Pile

Berbeda dengan soil nailing, teknik sheet pile biasa digunakan pada konstruksi berat atau bangunan gedung, yang dirancang dengan tulangan untuk menahan beban permanen setelah konstruksi.

Sheet pile atau dinding turap adalah dinding vertikal berdimensi relatif tipis. Fungsinya untuk membendung tanah dan masuknya air ke dalam lubang galian.

Ada tiga jenis turap yang berfungsi sesuai dengan sifatnya masing-masing, yaitu Turap Kayu, Turap Beton, dan Turap Baja. Penggunaan jenis turap tergantung pada lokasi, kontur tanah, dan struktur bangunan. Hal ini dapat didiskusikan dengan ahli konstruksi.

Penggunaan Bronjong

Bronjong atau biasa yang sering disebut gabion, merupakan sebuah konstruksi dasar untuk sebuah bangunan atau tanggul.

Bentuknya berupa anyaman kawat baja yang dibuat dengan teknik lilitan ganda yang membentuk lubang-lubang hingga berbentuk segi enam.

Bagian dalam diisi batuan berukuran besar untuk menghindari erosi tanah. Bronjong sering ditemukan di area tebing atau tepian sungai yang tanahnya relatif labil.

Metode konstruksi anti tanah longsor ini dikenal cukup ampuh karena memiliki sifat yang lebih fleksibel dibandingkan model konstruksi lainnya.

Tanpa harus merusak konstruksi dasar bangunan, hal tersebut membuat bronjong dapat mengikuti pergerakan tanah yang ada di bawahnya. 

Keunggulan lainnya, tumpukan batu di dalam bronjong memungkinkan air untuk dapat mengalir di sela-selanya. Hal ini akan membuat tekanan tanah berkurang dan risiko tanah longsor dapat diminimalisasi.