JAKARTA - Gangguan penglihatan bisa terjadi oleh siapa saja tanpa mengenal usia. International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB) mencatat terdapat 90 juta anak dan remaja di seluruh dunia (usia 0-19 tahun) hidup dengan gangguan penglihatan.
Di Indonesia menurut Kementerian Kesehatan RI, prevalensi gangguan penglihatan pada anak usia sekolah 5-19 tahun diperkirakan mencapai 10 persen. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mendapati 0,6 persen anak Indonesia berusia di atas 1 tahun mengidap disabilitas penglihatan.
Penyebab utama gangguan penglihatan terjadi pada anak ini mencakup kelainan fraksi yang tidak dikoreksi, retinopati prematuritas, katarak, kelainan okular bawaan, jaringan parut pada kornea, dan gangguan penglihatan serebal.
Kondisi-kondisi tersebut jika tidak ditangani dengan baik dapat menghambat tumbuh kembang anak secara signifikan. Penanganan juga harus dilakukan dengan cepat, sehingga sangat penting dilakukan deteksi dini.
“Perawatan kesehatan mata sejak dini merupakan investasi untuk masa depan anak. Gangguan penglihatan tidak terdeteksi dan tertangani dengan tepat pada masa balita dapat berdampak jangka panjang,” tutur Dr. Gusti G Suardana, SpM (K), Ketua Servis Pediatric Ophthalmology and Strabismus JEC Eye Hospitals & Clinic, di acara perkenalan Children’s Eye & Strabismus Center (CESC) di RS Mata JEC Kedoya, pada Selasa, 15 April 2025.
BACA JUGA:
Masalah penglihatan pada anak yang tidak diatasi dengan baik dapat mengganggu pertumbuhan mereka hingga dewasa. Termasuk kemampuan belajar hingga kualitas hidupnya.
“Tidak hanya pada perkembangan penglihatan, tetapi juga pada kemampuan belajar, sosialisasi, dan kualitas hidup anak hingga dewasa,” tambahnya.
Salah satu tempat yang direkomendasikan untuk pemeriksaan mata pada anak adalah di RS Mata JEC Kedoya, yang memiliki fasilitas Children’s Eye & Strabismus Center (CESC). CESC memungkinkan anak menerima pemeriksaan mata secara komprehensif.
“Proses pemeriksaan, diagnosis hingga terapi pada anak tidak bisa disamakan dengan pasien dewasa. Banyak aspek yang perlu diperhatikan, mulai dari kenyamanan anak, keterlibatan orang tua, hingga kesiapan fasilitas medis dan tenaga profesional yang terlatih khusus,” jelasnya.
“Karenanya, JEC CESC kini hadir sebagai one-stop service, yang memungkinkan pasien anak mendapatkan penanganan mata secara komprehensif, mulai dari pemeriksaan awal, diagnosis, hingga terapi lanjutan semua dalam satu tempat,” pungkas Dokter Gusti.