JAKARTA - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar memberikan ceramah inspiratif di Masjid Al Markaz Al Islami, Makassar pada Kamis, 13 Maret.
Ceramah ini disampaikan kepada jamaah Salat Isya dan Tarawih serta dihadiri oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan, Prof. Nadjamuddin Abd. Safa.
Taruna Ikrar membahas manfaat puasa dari sudut pandang kesehatan dan neurosains. Pembahasan ini selaras dengan komitmen BPOM dalam mengedukasi masyarakat mengenai pola konsumsi obat dan makanan sehat selama bulan Ramadan.
Taruna Ikrar menekankan di balik perintah berpuasa, terdapat hikmah besar yang berdampak positif pada kesehatan tubuh dan otak manusia. Selain itu, puasa juga merupakan sarana bagi umat Muslim untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
Dari segi kesehatan, puasa terbukti memiliki banyak manfaat. Menurut Taruna Ikrar, puasa membantu tubuh menjadi lebih muda, sehat, serta mencegah berbagai penyakit berbahaya.
"Banyak ahli gizi yang menyarankan kita berpuasa, walaupun semangatnya hanya untuk menjadikan tubuh lebih sehat. Ini dikarenakan pada saat berpuasa selama lebih kurang 16 jam, ada 3 proses fisiologis yang terjadi di dalam tubuh kita," jelas Taruna, dikutip dari laman BPOM pada Sabtu, 15 Maret.
Pada 8 jam pertama puasa, tubuh menggunakan energi dari makanan yang dikonsumsi saat sahur. Proses ini disebut glikolisis, yaitu pemecahan glukosa menjadi energi yang diperlukan tubuh.
"Pada 8 jam berikutnya, karena tidak ada lagi asupan makanan ke dalam tubuh, maka tubuh akan menggunakan 'deposit' lemak di dalam tubuh, yang sudah tersimpan sebagai hasil pola makan kita selama 11 bulan sebelumnya, untuk menjadi sumber energi. Proses ini bisa membersihkan 'simpanan' yang dapat menjadi sumber penyakit dari pembuluh darah kita,” jelas Taruna Ikrar.
Proses berikutnya yang terjadi selama puasa adalah autofagi, yaitu mekanisme alami tubuh untuk mendaur ulang sel-sel yang rusak atau tidak berfungsi. Sel-sel tua ini kemudian digantikan dengan sel baru melalui proses regenerasi.
Dengan berjalannya autofagi, tubuh dapat membersihkan diri dari zat-zat beracun, sehingga risiko penyakit metabolisme seperti obesitas, diabetes melitus, penyakit jantung koroner, dan kanker dapat dikurangi.
Dengan terbentuknya sel-sel baru yang lebih sehat, tubuh menjadi lebih muda dan bugar. Proses ini juga meningkatkan daya tahan tubuh, sehingga seseorang lebih jarang terserang penyakit.
Karena itu, puasa dapat dianggap sebagai cara alami bagi tubuh untuk melakukan detoksifikasi dan peremajaan secara berkala. Selain berdampak positif pada kesehatan fisik, puasa juga memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan otak dan sistem saraf.
"Puasa dapat membantu mencegah penyakit neurodegeneratif, seperti Alzheimer dan Parkinson. Selain itu, puasa berperan dalam menyeimbangkan hormon, meningkatkan daya ingat, dan mengendalikan emosi," ucap Taruna Ikrar.
Dalam bidang neurosains, ada tiga proses utama yang terjadi di dalam otak selama berpuasa, yakni neuroplastisitas, neurogenesis, dan neurokompensasi.
Neuroplastisitas adalah kemampuan otak untuk berubah dan beradaptasi. Sementara itu, neurogenesis yakni pembentukan sel saraf baru dan neurokompensasi merupakan penguatan fungsi otak.
"Jadi, kalau sebelum Ramadan pikiran kita seringkali dipenuhi dengan pikiran yang negatif, maka setelah berpuasa 1 bulan dengan diisi kegiatan ibadah dan hal-hal positif lainnya. Kita jadi manusia yang berpikiran positif, optimis, lebih semangat,” lanjut Taruna Ikrar.
Dari pemaparan Taruna Ikrar, dapat disimpulkan bahwa puasa memberikan banyak manfaat, baik dari segi kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Puasa tidak hanya membantu tubuh membuang zat berbahaya dan memperbaharui sel, tetapi juga meningkatkan fungsi otak, menjaga keseimbangan emosi, dan memperkuat ketakwaan seseorang kepada Allah SWT.
Sebagai penutup, Taruna Ikrar mengajak seluruh jamaah untuk terus bersemangat dalam menjalankan ibadah puasa. Selain itu, ia juga mengingatkan pentingnya menjaga pola makan sehat selama Ramadan dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, mengurangi asupan garam, gula, dan lemak, serta memilih obat-obatan yang memenuhi standar keamanan.
"Kalau mau jadi manusia yang sehat, berbahagia, punya pemikiran yang bagus, maka berpuasalah. Semoga kita menjadi hamba-hamba yang bertakwa dan nantinya kembali menjadi manusia yang fitri di akhir bulan Ramadan." tutupnya.