JAKARTA - Pasukan khusus Afghanistan didikan Amerika Serikat ditawari bergabung dengan Rusia untuk berperang di Ukraina, dengan iming-iming gaji, visa hingga perlindungan, saat mereka tidak bisa pulang ke negaranya dan mantan panglima militer menyebut meninggalkan mereka suatu kesalahan, saat Barat angkat kaki dari Kabul.
Mengutip Arab News 1 November, tiga orang jenderal Afghanistan yang mengetahui mengatakan hal ini kepada The Associated Press, Rusia ingin menarik ribuan mantan pasukan komando elit Afghanistan ke dalam "legiun asing".
Mereka ditawari gaji 1.500 dolar AS atau sekitar Rp23.456.925 per bulan, hingga janji tempat berlindung yang aman untuk diri mereka sendiri dan keluarga, sehingga terhindar dari deportasi pulang ke apa yang diasumsikan banyak orang akan menjadi kematian di tangan Taliban.
"Mereka tidak ingin pergi berperang, tetapi mereka tidak punya pilihan," kata salah satu jenderal, Abdul Raof Arghandiwal, menambahkan bahwa selusin atau lebih pasukan komando di Iran telah mengirim pesan paling takut akan deportasi.
"Mereka bertanya kepada saya, ‘Beri saya solusi. Apa yang harus kita lakukan? Jika kami kembali ke Afghanistan, Taliban akan membunuh kami,'" ungkapnya.
Arghandiwal mengatakan, perekrutan dipimpin oleh pasukan bayaran Rusia Wagner Group. Jenderal lain, Hibatullah Alizai, panglima militer Afghanistan terakhir sebelum Taliban mengambil alih, mengatakan upaya itu juga dibantu oleh mantan komandan pasukan khusus Afghanistan yang tinggal di Rusia dan berbicara bahasa tersebut.
Sebuah laporan kongres GOP pada bulan Agustus secara khusus memperingatkan, bahaya pasukan komando Afghanistan yang dilatih oleh US Navy SEAL dan Army Green Baret, dapat memberikan informasi tentang taktik AS kepada kelompok ISIS, Iran atau Rusia, atau berjuang untuk mereka.
Jenderal Alizai mengatakan, sebagian besar upaya perekrutan Rusia difokuskan di Teheran dan Mashhad, sebuah kota dekat perbatasan Afghanistan di mana banyak orang telah melarikan diri.
Tak satu pun dari jenderal yang berbicara dengan AP, termasuk yang ketiga, Abdul Jabar Wafa, mengatakan kontak mereka di Iran tahu berapa banyak yang menerima tawaran itu.
"Anda mendapatkan pelatihan militer di Rusia selama dua bulan dan kemudian Anda pergi ke garis pertempuran," membaca satu pesan teks seorang mantan tentara Afghanistan di Iran yang dikirim ke Arghandiwal.
"Sejumlah personel telah pergi, tetapi mereka sama sekali kehilangan kontak dengan keluarga dan teman-teman mereka. Statistik pastinya tidak jelas," sambungnya.
Diperkirakan 20.000 hingga 30.000 pasukan khusus Afghanistan bertempur dengan Amerika selama perang dua dekade, dan hanya beberapa ratus perwira senior yang diterbangkan keluar negara itu, ketika militer AS mundur dari Afghanistan.
また読む:
Terpisah, Kementerian Pertahanan Rusia tidak menanggapi permintaan komentar. Seorang juru bicara Yevgeny Prigozhin, yang baru-baru ini mengakui sebagai pendiri Grup Wagner, menolak gagasan upaya berkelanjutan untuk merekrut mantan tentara Afghanistan sebagai "omong kosong gila."
Departemen Pertahanan AS juga tidak menjawab permintaan komentar, tetapi seorang pejabat senior menilai perekrutan itu tidak mengejutkan, mengingat Wagner telah mencoba untuk mendaftarkan tentara di beberapa negara lain.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)