Elon Musk Gunakan X untuk Dorong Kandidat Pilihan Trump, Tapi Tak Selalu Berhasil
JAKARTA – Elon Musk, miliarder sekaligus pemilik platform media sosial X, kembali menjadi sorotan publik atas perannya yang aktif dalam mendukung kandidat pilihan Presiden terpilih Donald Trump. Melalui platform miliknya, Musk mendorong sejumlah nama yang ia anggap sebagai agen perubahan untuk mengisi posisi penting di kabinet Trump.
Sayang, meski memiliki pengaruh besar di dunia bisnis dan media sosial, dukungan Musk tidak selalu menghasilkan kemenangan bagi kandidat pilihannya.
Selama periode 7 hingga 20 November, Musk memposting lebih dari 70 kali terkait kandidat kabinet Trump di X. Beberapa nama yang mendapat perhatian khusus dari Musk adalah Tulsi Gabbard, mantan anggota kongres dari Partai Demokrat, yang diusulkan sebagai Kepala Intelijen AS, dan Robert F. Kennedy Jr., seorang aktivis lingkungan, yang diusulkan untuk memimpin lembaga kesehatan tertinggi AS.
Namun, dukungan Musk paling menonjol pada Matt Gaetz, mantan anggota kongres yang diajukan sebagai Jaksa Agung. Musk memposting 37 kali tentang Gaetz dan istrinya, Ginger, dalam nada positif. Sayangnya, Gaetz mengundurkan diri pada 21 November setelah munculnya tuduhan terkait pelecehan seksual dan penggunaan narkoba, yang telah ia bantah.
Kegagalan Mendukung Howard Lutnick
Dalam proses pemilihan Menteri Keuangan, Musk mendorong Howard Lutnick, seorang eksekutif Wall Street, untuk mengisi posisi tersebut. Musk secara terbuka menyebut Lutnick sebagai kandidat yang mampu membawa perubahan, sementara Scott Bessent, kandidat lain, dianggap sebagai pilihan "biasa saja." Namun, Trump akhirnya memilih Bessent.
“Dukungan Musk di X tidak selalu berbuah manis,” ujar seorang sekutu Trump. “Meski memiliki jangkauan luas, itu tidak berarti dia efektif dalam memengaruhi keputusan politik.”
また読む:
Musk telah menggelontorkan dana setidaknya 119 juta dolar AS (Rp1,8 triliun) untuk membantu kampanye Trump dan sering terlihat di acara-acara penting bersama presiden terpilih tersebut, termasuk di Mar-a-Lago dan peluncuran SpaceX di Texas. Dia juga diundang untuk memimpin panel efisiensi pemerintah bersama pengusaha Vivek Ramaswamy.
Namun, kehadiran Musk yang intens di lingkaran Trump memicu keluhan dari beberapa staf. Meski demikian, Musk menegaskan bahwa keputusan akhir tetap berada di tangan Trump. “Banyak keputusan dibuat tanpa sepengetahuan saya, dan semua keputusan adalah hak prerogatif Presiden,” tulis Musk di X pada 20 November.
Fokus pada Reformasi dan Dukungan untuk Kash Patel
Saat ini, Musk mengalihkan dukungannya kepada Kash Patel untuk posisi Direktur FBI. Patel dikenal dengan sikapnya yang vokal dalam mendukung Trump dan janji untuk mereformasi biro tersebut. Musk secara konsisten memposting dukungannya untuk Patel, termasuk menyatakan “100%” setuju dengan ide Patel untuk mengubah markas FBI menjadi “Museum Deep State.”
Meski beberapa kali mengalami kegagalan dalam mendukung kandidat pilihannya, Musk tetap berkomitmen pada visi perubahan dan efisiensi yang diusung oleh Trump. Seorang sumber dekat Musk mengatakan, “Dia benar-benar fokus pada tujuan reformasi dan tidak akan menyerah meski beberapa kali ditolak.”
Elon Musk tampaknya siap menghadapi tantangan politik ke depan, dengan tetap mempertahankan perannya sebagai sekutu penting Trump dalam membentuk pemerintahan baru yang diharapkan lebih efisien dan progresif.