Rupiah Berpotensi Melanjutkan Pelemahan Didorong Pemangkasan Suku Bunga AS

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu, 9 Oktober 2024 diperkirakan akan bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). 

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Selasa, 8 Oktober 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup naik 0,20 persen di level Rp15.655 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup menguat tipis 0,06 persen ke level harga Rp15.671 per dolar AS. 

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan investor mempertimbangkan prospek suku bunga AS setelah laporan pekerjaan yang kuat minggu lalu memupuskan harapan untuk penurunan suku bunga yang besar, sementara meningkatnya ketegangan di Timur Tengah merusak sentimen risiko. 

"Para pedagang telah mengubah secara drastis ekspektasi pelonggaran moneter mereka dari Federal Reserve tahun ini. Pasar tidak lagi sepenuhnya memperkirakan penurunan suku bunga pada bulan November dan memperkirakan peluang 86 persen untuk penurunan 25 basis poin," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Rabu, 9 Oktober.

Menurut alat CME FedWatch hanya 50 bps pelonggaran yang diperkirakan pada bulan Desember, turun dari lebih dari 70 bps seminggu sebelumnya 

Selain itu, Ibrahim menyampaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun acuan tetap berada di atas 4 persen pada jam perdagangan Asia, setelah menyentuh level tersebut pada hari Senin untuk pertama kalinya dalam dua bulan karena para pedagang mengurangi taruhan pada pemotongan suku bunga yang sangat besar.  

Fokus investor minggu ini adalah pada laporan inflasi yang akan dirilis pada hari Kamis serta risalah rapat Fed bulan September yang dijadwalkan akan dirilis pada hari Rabu. 

Dari sisi dalam negeri, Bank Dunia atau World Bank mengerek naik proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2024 dan 2025, yang masing-masing menjadi sebesar 5 persen dan 5,1 persen.  

Sebelumnya, dalam perkiraan Bank Dunia yang rilis pada April lalu, lembaga internasional tersebut memberikan estimasi ekonomi Indonesia di angka 4,9 persen pada 2024 dan 5 persen pada 2025.  

Dalam laporan East Asia and Pacific Economic Update edisi Oktober 2024, Bank Dunia melihat kawasan Asia Timur dan Pasifik yang sedang membangun terus bertumbuh lebih cepat daripada kawasan lain di dunia, meski masih lebih lambat daripada sebelum pandemi Covid-19. 

Wakil Presiden Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik Manuela V. Ferro menyampaikan secara umum proyeksi pertumbuhan di kawasan ini berada pada angka 4,8 persen di tahun 2024, dan melambat ke 4,4 persen di tahun 2025.  

Meski secara umum diproyeksikan melambat, Bank Dunia menyoroti Indonesia akan terus tumbuh yang ditopang oleh meningkatnya konsumsi dalam negeri, pulihnya ekspor barang, dan kembali bergairahnya sektor pariwisata. 

Di antara negara-negara besar, pada tahun 2024 dan 2025 hanya Indonesia yang diperkirakan bertumbuh setara atau di atas tingkat pertumbuhan sebelum pandemi.

Secara umum, proyeksi Bank Dunia terhadap Indonesia tersebut mendekati harapan pemerintah di angka 5,2 persen pada tahun ini dan tahun depan.  

Sementara pada kuartal II/2024, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,05 persen (year on year/YoY) dan 5,08 persen secara tahun berjalan (year to date/YtD).  

Adapun, realisasi produk domestik bruto (PDB) untuk kuartal III/2024 akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 5 November mendatang.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Rabu, 9 Oktober 2024 dalam rentang harga Rp15.640 - Rp15.740 per dolar AS.