DKP Minta Nelayan Aceh Jaga Kualitas Hasil Tangkapan

BANDA ACEH - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh meminta nelayan setempat tetap menjaga kualitas ikan hasil tangkapan sehingga harga jual tetap tinggi saat tiba di daratan.

“Artinya, penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan harus disesuaikan dengan kemampuan kapal dan daya dukung rantai dingin sehingga ikan yang dihasilkan kualitas tetap terjaga,” kata Kepala DKP Aceh Aliman di Banda Aceh, Sabtu.

Di sela-sela penanaman 10 bibit mangrove oleh PT PNM Cabang Aceh di Mangrove Park Lampulo, kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaraja Banda Aceh, ia menjelaskan kualitas ikan yang terjaga dari proses rantai dingin yakni dari penangkapan, penyimpanan hingga daratan akan menjamin harga.

“Saat ini kita juga sedang fokus melatih para nelayan untuk menjaga mutu hasil tangkapan nelayan sehingga ikan yang dihasilkan memiliki harga yang tinggi,” katanya.

Menurut dia, apabila nelayan mementingkan tangkapan yang tinggi tanpa memperhatikan rantai dingin dan kapasitas ikan yang mampu ditampung, maka akan berdampak terhadap mutu dan berimbas pada harga.

“Ikan yang kita produksi bukan hanya konsumsi lokal, tapi sudah nasional dan ekspor sehingga mutu hasil tangkapan ikan nelayan menjadi sangat penting,” katanya.

Sebelumnya Pemerintah Aceh melalui DKP Aceh memfasilitasi pelatihan penanganan ikan yang baik di atas kapal (handling on board) bagi nelayan atau awak kapal perikanan di PPS Kutaraja Banda Aceh.

"Menyusul adanya hasil tangkapan ikan berlimpah di Banda Aceh, maka KKP RI langsung memberikan pelatihan bagi awak kapal perikanan, dan kita memfasilitasinya," kata Kepala DKP Aceh Aliman.

Pelatihan tersebut diberikan oleh KKP RI melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDMKP), Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Medan diikuti 30 nakhoda kapal perikanan yang berpangkalan di PPS Kutaraja.

Ia mengatakan kegiatan tersebut merupakan respon atas peristiwa busuknya ikan nelayan Banda Aceh beberapa waktu lalu yang diduga akibat kesalahan penanganan di atas kapal, dan tiga ton ikan terpaksa dibuang.