Partager:

JAKARTA - Dalam sebuah laporan terbaru Populer yang bertajuk Navigating Economic and Security Challenges in 2025, mengungkapkan adanya kekhawatiran masyarakat Indonesia terhadap keamanan pekerjaan. 

Bila diteliti lebih jauh, sekitar 62 persen responden sepakat bahwa mereka merasa terancam akan kehilangan pekerjaan karena digantikan teknologi Artificial Intelligence (AI). 

“Hal ini disebabkan meningkatnya pekerjaan serabutan, pekerjaan kontrak, dan PHK yang membuat banyak orang merasa kurang kendali. Kemudian diperparah dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang berkembang dengan sangat pesat,” ujar VP of Research Populix, Indah Tanip dalam siaran persnya dikutip Sabtu, 14 Desember. 

Ada lima alasan utama yang mendasari kekhawatiran ini. Dimulai dari ketakutan digantikan dengan mesin yang lebih baik, akurat, dan terjangkau (72 persen), kesulitan bersaing dengan mesin yang mampu bekerja 24/7 tanpa lelah (62 persen), dan perkembangan AI yang terlalu canggih bisa menjadi ancaman bagi manusia (60 persen).

Lebih lanjut, 52 persen responden juga mengaku hadirnya AI dinilai dapat meningkatkan kemiskinan, ketidaksetaraan, dan ketidakstabilan sosial, dan ketidakmampuan untuk bersaing maupun bekerja berdampingan dengan AI karena kurangnya skill (46 persen).

“Faktor kemiskinan didasari oleh ketakutan kehilangan pekerjaan, sedangkan perihal ketidaksetaraan disebabkan hadirnya biaya langganan untuk akses ke versi AI yang lebih mutakhir, yang tentunya tidak dimiliki oleh semua orang. Hal ini ditegaskan oleh alasan terakhir, yaitu ketidakmampuan untuk bersaing maupun bekerja berdampingan dengan AI karena kurangnya skill,” pungkas Indah. 


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)