Partager:

JAKARTA - Lagu berjudul “Rindu Muhammadku” dari Haddad Alwi begitu dikenal oleh masyarakat Indonesia, khususnya umat muslim. Belum lagi ketika momen Ramadan tiba, lagu ini kembali viral di media sosial dalam beberapa tahun terakhir.

Bercerita mengenai bagaimana lagu “Rindu Muhammadku” ditulis dan dirilis pada tahun 2010, Haddad Alwi menyebut dirinya ingin menghadirkan lagu religi yang bisa didengar dan dinyanyikan anak-anak Indonesia.

“Proses saya membuat lagu ‘Rindu Muhammadku’ itu karena keprihatinan saya atas minimnya lagu buat anak-anak di Indonesia,” kata Haddad Alwi kepada awak media di Blok M, Jakarta Selatan baru-baru ini.

Haddad menuturkan, harapannya saat itu agar lagu “Rindu Muhammadku” dinyanyikan oleh anak-anak di Indonesia. Tidak ada pikiran lain ketika ingin merilis lagu tersebut, terlebih bicara mengenai royalti atau keuntungan finansial.

"Ketika di proses itu, saya bilang dengan teman-teman di studio, ‘Aku buat (lagu) ini sama sekali di pikiranku enggak ingin royalti’," tutur Haddad.

"'Tapi aku membayangkan kalau anak-anak Indonesia di jalan-jalan itu seperti dulu, (menyanyikan) 'Muhammadku, Muhammadku'. Itu sudah cukup membuat saya bahagia, dan Allah wujudkan,” sambungnya.

Haddad melanjutkan, dirinya tidak pernah secara serius menghitung royalti yang didapat dari lagu “Rindu Muhammadku”. Sadar bahwa royalti merupakan hak ekonominya sebagai penulis lagu, ia tetap memilih agar anak-anak menyanyikan lagunya.

“Tapi enggak apa-apa. Kalau aku suruh milih, pilih royalti atau itu (dinyanyikan anak-anak), demi Allah, aku jawab 10 kali bahwa aku memilih itu (dinyanyikan anak-anak),” ujarnya.

Haddad juga merasa bersyukur ketika lagu “Rindu Muhammadku” masih didengarkan sampai saat ini. Melihat anak-anak yang tumbuh dan besar dengan mendengarkan lagu-lagu ciptaannya merupakan capaian tersendiri.

“Anak-anak sekarang siapa yang nggak hafal? Ternyata kalau kita buat (musik) buat anak anak yang menarik, musiknya mudik kekinian, seluruh usia menikmatinya, bukan cuma anak-anak,” pungkasnya.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)