Partager:

JAKARTA - Hatna Danarda atau yang lebih dikenal sebagai Arda Naff mendapat gelar Suami Masa Kini dari warganet. Arda dianggap suami yang baik untuk Tantri Syalindri atau Tantri ‘Kotak’ dan untuk kedua anaknya, Karanada Medina Tanarda dan Arkhairan Cadenza Tanarda melalui unggahan di akun media sosial instagram pribadinya.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan VOI, Arda mengatakan kalau figur itu sebenarnya tidak ia sengaja buat agar bisa mendapatkan gelar sebagai suami dan juga ayah yang baik. Ia merasa kalau apa yang ia unggah dan ceritakan di media sosial pribadinya merupakan jati dirinya yang apa adanya saja.

Malahan pada awalnya, Arda sempat kebingungan harus memperlakukan seperti akun media sosial yang ia miliki. Karena sejauh yang ia ketahui, sosial media biasanya diisi dengan kata-kata bijak dan dituntut harus terus terlihat sempurna bagi pengikutnya.

“Begini saya main sosial media pas awal muncul sosial media saya jadi orang lain. Saya nggak ngerti metodenya, ‘oh kalau sosial media harus quotes ya?’, ‘oh harus yang tidak boleh cacat ya?’, tapi ‘lama-lama kok capek ya main sosial media?’, karena hal yang melelahkan di diri sendiri di dunia ini. Nah terus menemukan formula bahwa karena viewers, likes itu nggak itu bukan kuasa saya, itu kayak jalan tol nggak ada ujungnya terus saya pengen bikin sosial media-sosial media yang apa mau saya bikin, apa saja, yang ngomongin apapun yang selama saya tidak ada niatan dalam tanda kutip tadi saya tidak ada niatan menyakiti orang, memang cuma pengen cerita tentang pribadi, cerita tentang se real mungkin,” kata Arda di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jumat, 22 Maret.

Arda Naff (Foto: Bambang E Ros, DI: Raga/VOI)

“Kalau dipikir orang bahwa, ‘apakah sebuah pencitraan?’, justru saya sangat menjadi diri sendiri, tapi saya mesti bilang bahwa pujian baik itu sama beratnya dibilang pujian jahat, karena itu bisa jadi pukulan juga, bisa jadi pisau bermata dua. Cuma apa yang pengen saya share memang tujuannya pengen ya memang cerita saja bahwa manusia itu tidak ada yang sempurna, terus saya cerita bahwa itu adalah untuk bilang saya nggak sempurna. Makanya saya di antara kesibukan saya harus main sama anak, di antara yang harus saya kejar saya punya keluarga yang harus saya pelihara, saya pupuk, karena ya didunia ini dikejar nggak ada habisnya, makanya saya mungkin banyak cerita tentang hal-hal yang membumi,” sambung Arda.

Namun tak disangka cerita Arda itu bisa menjadi inspirasi bagi para pengikutnya di instagram. Ia menceritakan kalau beberapa pengikutnya ada yang membagikan kisah sehari-hari mereka kepada a melalui sebuah pesan singkat di akun instagramnya. Bahkan Arda mengakui kalau ada salah satu unggahan video miliknya mengenai kepergian sang ibu yang akhirnya membuat salah satu pengikutnya memutuskan pulang untuk memperbaiki komunikasi dengan orangtuanya.

Arda Naff (Foto: Bambang E Ros, DI: Raga/VOI)

“Kemarin saya cerita tentang perantau, tentang cerita saya di buku Pelabuhan Terakhir yang saya ketemu ibu sudah dikafani. Nah itu pulang mengejar karir, tapi pas pulang ke ibu saya dikafani dan nggak menemani saat sakaratul maut. Nah itu saya cerita apa adanya bahwa 'oh iyaya orangtua itu kadang betul memang nggak mau merepotkan anak dan anak selalu merasa tidak pernah berhasil membahagiakan orangtua', point of view itu ya memang dari dalam hati, dari hati dan orang-orang pun, ‘wah mas ini saya’ dan orang tumpah semua di situ,” imbuhnya.

“Dan ramai kan postingannya sampai hari ini sudah berapa juta yang nonton dan itu lagi-lagi senangnya saya itu sampai ada orang yang bilang ada yang DM-DM, saya capture tapi saya belum berani share ya, saya harus izin. Dia beli tiket untuk pulang, itukan sebuah postingan aja ya saya pikir cuma postingan tapi dia beli tiket pulang, dia merencanakan ‘saya nggak mudik sebenarnya, saya nabung tapi lihat postingan ini langsung saya beli tiket untuk pulang, saya mau sungkem sama orangtua, ada gep saya sama orangtua mungkin tidak baik’,” cerita Arda.

Laki-laki berusia 35 tahun ini tidak memiliki cara tersendiri agar ceritanya bisa diterima oleh orang-orang. Yang terpenting bagi Arda ialah apa adanya saja. Ia berusaha menceritakan setiap peristiwa di dalam hidupnya dengan apa adanya dan dengan berhati-hati.

“Semakin saya niat, ‘wah saya ingin menginspirasi orang’, ‘wah kayaknya ketulusannya hilang’. Oke saya mengajarkan keikhlasan, waduh makin nggak ikhlas, saya mau bikin konten yang bikin ramai wah malah nggak ramai, saya mau sharing hal yang menurut saya baik aja deh gitu, diniati itu. Saya percaya di dunia energi itu yang diucap, energi buat kelanjutan bahkan komen hal buruk aja ada energi kelanjutannya, yang bikin apes, yang bikin orang stress, yang bikin ini nyakitin orang dan segala macemnya gitu, saya lebih berhati-hati gitu,” paparnya.

“Saya nggak berani bilang tulus yah semakin saya cerita arti tulus saya semakin nggak tulus jadi yah apa yang saya pengen aja saya pengen apa adanya aja,” ucapnya.

Buktikan Cinta Lewat Cerita

Arda Naff (Foto: Bambang E Ros, DI: Raga/VOI)

Mendapatkan apresiasi yang cukup besar atas cerita-cerita sederhana di akun media sosial membuat Arda akhirnya tergerak untuk membuat sebuah buku yang khusus menceritakan perjalanan cintanya dengan sang istri, Tantri Syalindri. Perjalanan buku ini berawal dari masa covid 2 tahun lalu yang di mana Tantri sendiri tidak tahu perjalanan penulisan buku ini.

Sebagai seseorang yang baru pertama kali menulis buku, Arda mengaku bukan menjadi sebuah perkara mudah. Pasalnya ia sampai harus berkonsultasi ke psikolog demi bisa menyelesaikan buku ini yang memaksa dirinya kembali membuka memori-memori kelam dalam hidup yang sudah tidak ingin ia ungkit kembali.

“Terus 2 tahun yang lalu pas covid itu saya kan sering nulis orang sering bilang ‘Mas bikin buku’, ‘Mas karyamu cepet mempengaruhi orang lain’, terus, ‘Oh iya ya bikin deh’, ‘mau nulis ah’, kan menulis merefleksikan diri kan, nulis-nulis, saya nulis dong saya nggak tahu bukunya mau ke mana, saya nulis aja dan Tantri pun nggak tahu proses nulisnya,” tutur Arda.

“Saya menulis pas di tengah-tengah saya berhenti, ‘Astagfirullah berat banget ya’, oh hidupku yang sudah saya lalui saya sampai berhenti, sampai saya ke psikolog terus terang karena rak-rak memori yang sudah saya simpan di memori-memori, saya udah nggak mau deh, saya bangkitkan lagi dan itu menyakitkan ternyata. Saya berhenti sampai berapa bulan terus baru Tantri bilang ‘kamu tulis hal yang buruk, yang terjadi di hidupmu mungkin jadi hal baik buat orang lain’. Wah saya langsung ‘iya ya, kenapa saya harus mengalami hal yang mungkin dulu terburuk dan segala macam ya mungkin untuk share ke orang biar kita saling sama-sama menguatkan’,” lanjutnya.

Arda Naff (Foto: Bambang E Ros, DI: Raga/VOI)

Akhirnya, Arda memutuskan untuk membuat sebuah buku yang menjadi perjalanan cintanya dengan Tantri Syalindri yang akan segera memasuki usia pernikahan ke-10. Di mana awal perjalanan cinta dimulai dengan keragu-raguan seorang laki-laki yang belum mapan kepada seorang wanita yang sudah menjadi seorang rockstar dan dikenal seluruh Indonesia.

“Waktu pas pacaran itu saya bilang, pas dia udah jadi rockstar saya masih bocah, bingung mau kerja apa, dia ulang tahun, oh kadonya sudah banyak, karena udah jadi artis, ada handphone, cincin, segala macam, wah menarik semua orang bisa beli. Jadi aku mau menghadiahkan lagu aja, saya bikinkan lagu judulnya Pelabuhan Terakhir. Liriknya bilang ada kata-kata ‘ku sadar ku tak punya apa-apa selain berbenah karena rasa cinta’ patokannya hanya gini, ‘Oke kalau cincin bisa dibuang, mungkin diberikan handphone mungkin nggak up to date tapi kalau lagu kan pasti dikenal’, kayak gitu,” serunya.

“Nah terus saya dengarkan lagu itu ke dia, waktu itu baru 2010 saya ingat banget rambutnya terjuntai kayak gitu terus dia pakai headset terus dia dengerin terus dia menangis dia bilang, ‘Kalau kita jodoh lagu ini kita rekam ya berdua’. Nah 2014 akhirnya kita mau married, nah 10 hari sebelumnya kita janji ‘eh lagu itu janji lho dulu’, ‘ya udah yuk kita rekam yuk’, akhirnya lagu itu kita rekam itu awal mula akhirnya naik ini pernikahan yang ke-10 tahun ini,” beber Arda.

Arda Naff (Foto: Bambang E Ros, DI: Raga/VOI)

Menurut Arda, perjalanan pernikahan selama 10 tahun bukan menjadi sebuah hal mudah dilewati oleh Arda dan Tantri, munculnya pertengkaran, rasa bosan, emosi dan segala macam sudah dirasakan oleh pasangan yang menikah tahun 2014 ini. Sehingga salah satu cara untuk meminimalisir kebosanan dan pertengkaran dengan sang istri adalah dengan menulis sebuah buku yang dijadikan refleksi diri.

“Jatuh cinta berkali-kali iya sih pasti sih tapi ada nggak sih momen yang cemburu tiba-tiba momen yang ini kan soal rasa ya, rasa bisa berubah-ubah apalagi manusia ya gitu kan, jadi Allah yang maha membolak balikan perasaan kan gitu, tiba-tiba bisa marah, tiba-tiba bisa bertengkar, tiba-tiba bisa benci. Nah ini upaya-upaya saya untuk bikin percikan-percikan api lagi gitu termasuk di sosial media, termasuk untuk kejutan, termasuk refleksi bikin buku dan segala macem itu untuk upaya-upaya cinta itu hadir lagi, kalau nggak akan flat,” lanjutnya.

“Kan ujian orang mencintai itu adalah kebosanan, kita akan diuji sama hal yang membosankan. Nah ternyata ketika sudah mendapatkan, ternyata lebih sulit menjaga dan merawatnya jauh lebih sulit daripada mendapatkan jadi bagaimana caranya supaya jatuh cinta, kan itu masing-masing sih, sampai sekarang pernikahan 10 tahun buat kita bukan cara ya ada impian yang ingin kita capai, ada kita ke depan ada ini, ‘kita capai yuk’, nanti ada sebuah tujuan terus nanti ada karya-karya juga yang bikin kita terpelihara gitu karena ibaratnya sebuah gelas nggak akan bisa diisi air kalau airnya sudah penuh, jadi harus dituang di tempat lain,” pungkas Arda menutup wawancara dengan VOI.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)