Partager:

Setelah tiga periode, Afnan Hadikusumo menyudahi pengabdiannya sebagai senator asal Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). “Ternyata menurut teman-teman, pengabdian saya di DPD RI itu belum paripurna. Mereka lalu mengusung saya menjadi calon Wali Kota Yogyakarta. Bagi saya, ini adalah pelayanan pada masyarakat untuk membawa kota ini ke arah yang lebih baik,” tegasnya.

***

Melaju ke Pilkada Kota Yogyakarta ini bagi pria bernama lengkap Muhammad Afnan Hadikusumo ini, adalah “kecelakaan sejarah.” Soalnya, dia sama sekali tidak punya cita-cita untuk menjadi orang nomor satu di kota Gudeg itu. “Teman-teman mengusulkan saya untuk maju di Pilkada Kota Yogyakarta. Menurut mereka, Yogyakarta butuh pelayan yang memiliki wawasan pengabdian. Saya dinilai pas untuk posisi ini,” ujarnya.

Untuk Pilkada 2024 ini, Kang Afnan —begitu dia biasa disapa— berpasangan dengan Singgih Raharjo (nomor urut 3) didukung oleh koalisi Partai Golkar, Partai Gerindra, PPP, PKB, Partai Buruh, PSI, dan Partai Ummat. Sedangkan paslon nomor urut 2 adalah Hasto Wardoyo dan Wawan Harmawan yang didukung oleh PDIP. Sementara itu, pasangan nomor urut 1, Heroe Poerwadi dan Sri Widya Supena, didukung oleh PAN, NasDem, Partai Demokrat, PKN, Gelora, dan Perindo.

Menurut Afnan Hadikusumo, ia dan Singgih Raharjo akan fokus memajukan pendidikan, pariwisata, dan budaya di Kota Yogyakarta. “Sejak dulu, pendidikan, pariwisata, dan budaya adalah tiga hal yang menjadi napas Kota Yogyakarta. Selama ini, perekonomian masyarakat banyak berputar pada tiga sektor ini,” ujarnya.

Afnan juga berharap kepada Laskar Mataram dan penggemar sepak bola untuk membantu menciptakan situasi yang kondusif dan ketenteraman kota. “Ini adalah tugas kita semua, Laskar Mataram dan pegiat sepak bola, untuk menanamkan kesadaran agar usai laga apa pun hasilnya (menang atau kalah), tetap harus menjaga situasi yang kondusif,” ujarnya kepada Edy Suherli, Bambang Eros, Irfan Meidianto, dan Handi Januar saat singgah di kantor VOI di bilangan Tanah Abang III, Jakarta Pusat, belum lama berselang. Inilah petikan selengkapnya.

Afnan Hadikusumo selalu bersemangat menjaga dan melestarikan budaya Jawa, di kota Yogyakarta. (Foto Bambang Eros, DI: Raga Granada VOI)

Afnan Hadikusumo selalu bersemangat menjaga dan melestarikan budaya Jawa, di kota Yogyakarta. (Foto Bambang Eros, DI: Raga Granada VOI)

Anda adalah anggota DPD RI asal DIY. Bagaimana ceritanya Anda sekarang ikut di kancah Pilkada Kota Yogyakarta? Apa yang membuat Anda mau maju di Pilkada 2024?

Saya tidak punya cita-cita menjadi calon Wali Kota Yogyakarta, ini adalah "kecelakaan sejarah". Saya sudah tiga periode menjadi anggota DPD, dan saya kira ini pengabdian yang tidak sebentar. Saya sudah memberikan waktu dan pikiran untuk rakyat melalui lembaga DPD RI. Kita butuh regenerasi, jadi saya persilakan yang muda dan segar untuk melanjutkan perjuangan saya di DPD RI. Jadi, saya memang sudah tidak maju lagi untuk kontestasi DPD RI periode 2024-2029.

Teman-teman di Yogyakarta melihat saya. Mereka menilai pengabdian saya ini belum paripurna, lalu mengusulkan saya untuk maju di Pilkada Kota Yogyakarta. Yogyakarta butuh pelayan yang memiliki wawasan pengabdian. Saya dinilai pas untuk posisi ini.

Bagaimana kisahnya bisa berpasangan dengan Singgih Raharjo untuk kontestasi Pilkada Kota Yogyakarta ini?

Untuk sampai pada keputusan berpasangan dengan Pak Singgih Raharjo itu prosesnya cukup panjang. Sebelum itu, kami sudah membentuk koalisi empat partai: Golkar, PKS, Gerindra, dan PPP. Untuk calon wali kota, sudah sepakat mengusung saya. Sedangkan untuk calon wakil wali kota masih terbuka. Beberapa nama muncul, ada politisi, pengusaha, dan lain-lain. Karena untuk posisi wakil ini jatahnya Partai Gerindra, kami serahkan mekanismenya kepada mereka. Lalu muncullah nama Singgih Raharjo, yang pernah menjadi Pj. Wali Kota periode 2022-2023. Sebelum itu, dia pernah menjadi Kadinas Pariwisata Provinsi DIY dan pensiun pada tahun 2024. Belakangan, PKB, Partai Buruh, PSI, dan Partai Ummat juga ikut bergabung memberikan dukungan pada kami.

Yogyakarta dikenal sebagai kota budaya dan kota pendidikan. Jika dipercaya oleh rakyat, apa yang akan Anda perbuat?

Pendidikan dan pariwisata adalah sektor yang amat penting. Keduanya akan kami angkat agar sektor ini bisa lebih baik lagi. Sudah sejak lama, orang-orang datang ke Yogyakarta untuk menempuh pendidikan. Banyak juga wisatawan yang datang ke kota ini untuk berlibur. Implikasinya, kondisi ini menghidupkan perekonomian masyarakat. Muncul kos-kosan, penginapan, hotel, warung makan, toko oleh-oleh, dan bentuk jasa lain seperti laundry dan fotokopi. Tantangan ke depan untuk dunia pendidikan semakin berat. Misalnya, perguruan tinggi di satu negara bisa membuka kelas jauhnya di sini dengan UU Cipta Kerja. Target kami adalah bagaimana perguruan tinggi dari Yogyakarta bisa go internasional sehingga dapat bersaing di kancah internasional.

Untuk bidang pariwisata seperti apa?

Pariwisata Yogyakarta itu nomor dua setelah Bali. Target kami, lama tinggal wisatawan bisa meningkat. Wisatawan dapat menyambangi wisata alam, wisata sejarah, wisata pendidikan, wisata budaya, dan lain-lain. Selama ini, rata-rata lama tinggal wisatawan hanya satu hari satu malam. Kita memang harus menyuguhkan ragam wisata yang baru, atau yang sudah ada harus diperbarui agar wisatawan betah.

Saat ini, apa saja masalah krusial masyarakat Yogyakarta yang harus Anda entaskan jika terpilih?

Ada disparitas ekonomi antara yang kaya dengan kelas menengah ke bawah. Angka kematian ibu hamil juga harus menjadi perhatian walaupun kita berada di tengah angka nasional. Ini harus menjadi perhatian kita semua. Selain itu, angka stunting juga harus diturunkan. Lalu soal kenakalan remaja di jalanan juga harus kita atasi. Syarat kota wisata itu harus aman, nyaman, dan tertib. Saya pernah berkunjung ke Ceko, Italia, dan Korea; kota-kota wisata di sana juga sangat menjaga keamanan, kenyamanan, dan ketertiban agar wisatawan betah.

Menurut Afnan Hadikusumo pembinaan dan pendampingan pada UMKM harus dilakukan agar mereka bisa bersaing.  (Foto Bambang Eros, DI: Raga Granada VOI)

Menurut Afnan Hadikusumo pembinaan dan pendampingan pada UMKM harus dilakukan agar mereka bisa bersaing.  (Foto Bambang Eros, DI: Raga Granada VOI)

Bagaimana dengan persoalan lingkungan hidup dan sampah? Sampah bisa jadi problem, apa solusi untuk hal ini?

Kita masih dalam kondisi darurat sampah, jadi penyelesaiannya juga harus dengan cara darurat. Cara normal itu dengan pemilahan sampah. Tapi karena volumenya sudah sangat banyak, harus ditangani dengan pembakaran. Setelah masa darurat terlewati, kita akan melakukan pengolahan sampah dengan cara normal serta mengikutsertakan masyarakat untuk mengolah sampah menjadi pupuk.

Bagaimana akulturasi pendatang dengan masyarakat di kota ini agar suasana aman, tenteram, dan nyaman?

Dulu, di tahun 1970-an saat kampus UGM masih berada di daerah Kauman, orang tua yang anaknya akan kuliah di Yogyakarta biasanya datang dan menitipkan putra/putrinya kepada ibu kos. Suasananya sangat kekeluargaan; antara anak kos dengan ibu kos sudah seperti keluarga. Malah ada anak kos yang berjodoh dengan anak dari ibu kos tersebut. Tapi sekarang keadaan itu sudah tidak terjadi lagi. Anak kos dengan ibu kos memiliki pola hubungan yang berbeda; sekarang lebih ke urusan bisnis. Interaksi sosial antara anak kos dengan warga kampung juga minim. Kami ingin menyatukan anak kos dengan masyarakat melalui program Jogja Rembug. Jika kami terpilih, akan ada bantuan Rp 100 juta per kelurahan untuk menyelesaikan persoalan ini.

Apa yang akan Anda lakukan agar budaya Yogyakarta yang adiluhung ini tetap lestari?

Kami akan bekerja sama dengan Pemprov dan Pemerintah Pusat, melalui dana keistimewaan, untuk melakukan pembinaan kebudayaan. Ini cakupannya luas, mulai dari budaya masa lalu, masa kini, dan yang akan datang. Dengan pola ini, diharapkan budaya Jawa di Kota Yogyakarta akan tetap lestari.

Selama ini ada beberapa lokasi wisata, seperti kawasan Malioboro, yang over kapasitas. Ada juga pedagang asongan yang memasang tarif mahal sekali. Ini bisa bikin kapok wisatawan, bagaimana mengatasinya?

Kita perlu menciptakan lokasi wisata baru agar tidak hanya Malioboro yang menjadi tujuan. Di Korea, mereka mengoptimalkan tepi sungai sebagai area publik dan bisa menjadi lokasi wisata. Kita akan mengembangkan pinggir kali atau sungai di Yogyakarta agar bisa menambah area publik. Untuk sungai yang sudah memiliki fasilitas publik yang layak baru Sungai Code. Sungai lainnya, seperti Gajah Wong dan Winongo, akan kita optimalkan.

Apa lagi yang akan Anda upayakan agar Yogyakarta bisa lebih baik?

UMKM, menurut saya, harus dibina dan didorong agar mereka bisa mandiri dan bersaing. Kita harus belajar dari China, di mana UMKM di sana sudah bisa membuat sepeda motor dan televisi, yang menjadi bisnis rumahan. Kemudian, mereka memasarkannya di negara-negara dunia ketiga. Mimpi saya adalah UMKM Yogyakarta bisa go international, tapi syaratnya adalah menjaga kualitas. Tugas pemerintah adalah menyiapkan standar produk agar bisa bersaing di pasar internasional, serta meningkatkan keterampilan SDM.

Seperti apa sinergi Kota Yogyakarta dengan daerah sekitar; Sleman dan Bantul?

Selama ini antara Kota Yogyakarta dengan daerah sekitar sudah ada kerja sama. Namanya Kartomantul, yaitu Yogyakarta, Sleman, dan Bantul. Kalau Kulon Progo dan Gunung Kidul tidak berbatasan langsung. Kerja samanya mencakup bidang pengairan dan persampahan. Melalui Sekretariat Kartomantul, kedua bidang itu dikelola bersama. Ke depan, bisa dijalin kerja sama juga dengan Pemda Kulon Progo dan Gunung Kidul dalam menangani persoalan sampah dengan asas saling menguntungkan.

Mayoritas pemilih kita adalah kaum muda, bagaimana Anda mendekatinya?

Kami akan memfasilitasi kaum muda agar bisa menyalurkan hobinya. Kaum muda juga butuh sosok panutan untuk mereka beraktivitas. Selama ini, jika ada persoalan, mereka lebih sering bertanya ke internet daripada ke orang tuanya. Pemerintah kota bisa memfasilitasi anak muda dan sekaligus berperan sebagai ayah bagi anak-anak muda.

Pemerintah yang baik harus berfungsi sebagai katalis, ketika masyarakat punya inisiatif, pemerintah menjadi fasilitatornya. Pemerintah juga harus memfasilitasi masyarakat yang gemar bermain bola. Di Kota Yogyakarta ada klub sepak bola profesional; PSIM. Cita-cita kami adalah mencarikan home untuk PSIM dan mendukung PSIM untuk naik dari Liga 2 saat ini ke Liga 1 di masa depan. Selama ini, pemerintah kota tidak bisa langsung membantu, jadi pola kerja samanya melalui BUMD yang dimiliki pemerintah kota.

Apa saran Anda untuk para pendukung atau suporter PSIM?

Kepada para Laskar Mataram; Brajamusti dan The Maident, saya harapkan agar mereka menjaga ketertiban jelang dan pasca pertandingan. Yogyakarta adalah kota wisata, jadi jika ada kerusuhan, hal tersebut akan berpengaruh pada tingkat kunjungan wisata.

Suporter kita masih belum dewasa; kalau klubnya menang heboh, tapi kalau kalah bikin rusuh. Apa yang bisa Anda lakukan agar ini tidak terjadi? Bagaimana agar usai menonton tetap tertib meski klubnya tidak menang?

Memang perlu kesadaran bersama agar bisa tertib usai menonton, meski klub kebanggaannya belum menang. Persoalan seperti ini tidak hanya ada di Yogyakarta, tetapi juga di kota-kota lain bahkan di luar negeri. Kita harus membangun kesadaran teman-teman untuk menjaga kota ini. Tidak akan ada wisatawan yang mau datang jika kota ini sering rusuh, dan tidak akan ada orang tua yang mau menyekolahkan anaknya di kota yang sering rusuh. Ini harus menjadi kesadaran semua pihak.

Selain sepak bola, olahraga apa lagi yang menjadi prioritas?                                                                       

Karena saya juga sebagai ketua perguruan silat Tapak Suci Putra Muhammadiyah, saya akan memperhatikan soal bela diri untuk anak muda. Ini penting agar mereka punya bekal ilmu bela diri. Kami akan mendukung perkembangan seni bela diri yang ada dan berkembang di masyarakat.

 

 

 

Takut Perundungan, Afnan Hadikusumo Ikut Bela Diri Tapak Suci

Meski terpaksa karena takut perundungan, Afnan Hadikusumo merasakan manfaat ikut pencak silat Tapak Suci.  (Foto Bambang Eros, DI: Raga Granada VOI)

Meski terpaksa karena takut perundungan, Afnan Hadikusumo merasakan manfaat ikut pencak silat Tapak Suci.  (Foto Bambang Eros, DI: Raga Granada VOI)

Dibesarkan di Kampung Kauman, Yogyakarta, Afnan Hadikusumo kecil hidup dalam lingkungan anak-anak yang kreatif. “Kalau ada yang tak bisa bela diri, maka dia akan dirundung. Ya, tak ada pilihan bagi saya selain belajar Tapak Suci. Soalnya mayoritas anak-anak sebaya saya belajar silat di perguruan Tapak Suci,” katanya.

Meski terpaksa, Afnan merasakan manfaat yang besar dari kegiatan bela diri ini. Pengalaman lain yang tak ternilai bagi Afnan selama digembleng di perguruan silat Tapak Suci adalah pembentukan karakter. “Sebelum masuk Tapak Suci, saya sempat belajar karate. Tapi tidak tuntas, akhirnya bergabung dengan Tapak Suci,” ungkap pria kelahiran Yogyakarta, 6 Februari 1967.

Terpilih menjadi Ketua Umum Perguruan Silat Tapak Suci pun bukan karena ambisinya untuk menjadi orang nomor satu di sana. Namun, Ketua sebelumnya, Afnan Jamhari, memintanya menjadi ketua setelah ia tak lagi menjabat.

“Saya memang hadir di Muktamar ke-15 Tapak Suci di Makassar, Sulawesi Selatan, tapi hanya untuk mempromosikan pembangunan padepokan Tapak Suci. Ketika mau presentasi, saya dikasih tahu panitia bahwa waktunya sudah tidak ada. Akhirnya, tak jadi presentasi dan saya pun pulang ke Yogyakarta. Dalam perjalanan pulang, ternyata pemilihan ketua berlangsung. Mayoritas peserta memilih saya. Padahal saya tidak berada di tempat pemilihan. Saya bilang saya tidak bisa karena banyak kegiatan di DPD RI,” kata anggota DPD RI asal DIY 2014-2024.

“Enggak bisa, soalnya mayoritas peserta sudah memilih. Kalau tetap menolak, nanti saya primpeni, artinya didatangi lewat mimpi. Waduh, serius sekali, akhirnya saya menerima tugas itu,” kata Kang Afnan menirukan pernyataan Afnan Jamhari.

Ternyata, tak lama setelah mengatakan itu, Afnan Jamhari benar-benar pergi untuk selamanya. “Untungnya saya mau dan menerima pemilihan itu meski setengah dipaksa. Coba kalau saya tetap menolak, saya mungkin akan benar-benar didatangi dalam mimpi, hehehe,” lanjutnya sambil terkekeh.

 

Tapak Suci Melanglang Buana

Afnan Hadikusumo bangga kini pencak silat khususnya Tapak Suci sudah melanglang buana. (Foto Bambang Eros, DI: Raga Granada VOI)

Afnan Hadikusumo bangga kini pencak silat khususnya Tapak Suci sudah melanglang buana. (Foto Bambang Eros, DI: Raga Granada VOI)

Afnan Hadikusumo bersyukur kini Tapak Suci bukan hanya berkembang di seluruh Indonesia, tetapi juga telah melanglang buana ke berbagai belahan dunia. “Sekarang ini Tapak Suci sudah menyebar ke Asia Tenggara, Asia Timur, Timur Tengah, Eropa, dan sebagainya. Tercatat saat ini sudah berkembang di 22 negara,” katanya.

Di Asia, Tapak Suci memiliki cabang di Taiwan, Jepang, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura. Sedangkan di Eropa ada di Jerman, Belanda, dan Prancis. Untuk negara Timur Tengah, Tapak Suci hadir di Arab Saudi, Mesir, Lebanon, Yordania, Turki, Yaman, dan Suriah.

Karena Tapak Suci adalah organisasi nirlaba, perkembangannya amat tergantung pada ketersediaan dana. “Alhamdulillah, perkembangan Tapak Suci ini dilakukan oleh kader kita yang melanjutkan kuliah di mancanegara. Jadi, sambil kuliah mereka menyempatkan untuk mengajarkan ilmu bela diri ini. Masyarakat setempat banyak yang tertarik dan belajar,” lanjutnya.

Ada juga yang dibiayai sponsor. “Khusus untuk Suriah, pelatih Tapak Suci dari Indonesia dibiayai oleh sponsor dari negara itu, yaitu KBRI Suriah. Ya, sudah, kita kirim pelatih terbaik ke sana,” katanya.

Menurut Afnan, yang membuat banyak orang dari mancanegara suka dengan pencak silat adalah karena mereka sudah jenuh dengan bela diri yang tidak memiliki unsur seni. “Di pencak silat seperti Tapak Suci, mereka menemukan itu. Selain itu, mereka memiliki insecurity yang tinggi, sehingga butuh membentengi diri dengan ilmu bela diri,” ungkapnya.

 

Logika Kiai AR Fachruddin

Saat remaja ketika masih menjadi pengurus ranting Muhammadiyah Kauman, Afnan Hadikusumo amat terkesan dengan ceramah mendiang AR Fachruddin, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1968-1990. (Foto Bambang Eros, DI: Raga Granada VOI)

Saat remaja ketika masih menjadi pengurus ranting Muhammadiyah Kauman, Afnan Hadikusumo amat terkesan dengan ceramah mendiang AR Fachruddin, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1968-1990. (Foto Bambang Eros, DI: Raga Granada VOI)

Selain belajar bela diri Tapak Suci, saat remaja Afnan juga masih teringat ketika belajar dengan guru dari PP Muhammadiyah. “Dengan Pak Jindar, saya belajar ilmu hadis dan organisasi. Sedangkan dengan Pak AR Fachruddin, saya belajar tafsir Al-Qur'an dan Islam kontemporer,” ungkapnya.

Saat itu, Afnan masih menjabat sebagai Sekretaris Ranting Muhammadiyah Kauman. “Kami belajar dengan mereka secara bergantian. Penjelasan dari mereka itu teringat terus sampai sekarang,” katanya.

“Soalnya, beliau menjelaskan dengan contoh yang dekat dengan kita. Selain itu, penjelasannya masuk akal,” imbuhnya. “Contohnya soal poligami yang dibolehkan dalam ajaran Islam jika bisa berlaku adil. Kalau tidak bisa adil, ya beristri satu saja,” begitu Afnan menirukan penjelasan mendiang AR Fachruddin mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah 1968-1990.

Lalu dia menambahkan, “Kok nanya soal istri lebih dari satu? Wong sekarang kalian menikah saja belum,” kenangnya sambil tertawa. “Yang bertanya jadi malu sendiri. Jadi penjelasannya itu enak dan mengena,” katanya.

Kepada anak muda, Afnan Hadikusumo berpesan untuk banyak belajar berbagai bidang ilmu. “Dari situlah kita akan mengetahui potensi diri. Dan kita harus inovatif karena tuntutan zaman seperti itu. Misalnya jual bakpia, kalau tidak ada inovasi, tidak menarik. Itulah pentingnya inovasi,” tandasnya.

 

"Teman-teman di Yogyakarta melihat saya. Mereka menilai pengabdian saya ini belum paripurna, lalu mengusulkan saya untuk maju di Pilkada Kota Yogyakarta. Yogyakarta butuh pelayan yang memiliki wawasan pengabdian. Saya dinilai pas untuk posisi ini,"

Afnan Hadikusumo

 


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)