JAKARTA - Diplomat Success Challenge (DSC), kompetisi kewirausahaan terkemuka di Indonesia, kembali menegaskan pentingnya ekosistem yang kuat dalam mendorong pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Dengan lebih dari 36.000 peserta tahun ini, DSC telah membuktikan dirinya sebagai katalisator dalam melahirkan generasi baru wirausahawan.
Dalam sebuah diskusi media di Uncle Z, pada Rabu 11 Desember, bertajuk "Fostering A Sustainable Entrepreneurship Ecosystem in Indonesia", Edric Chandra, Program Initiator DSC, menekankan perlunya pergeseran dari ego-sistem ke eko-sistem.
"Sejak 2018, kami telah mengadopsi metodologi berbasis ekosistem, Dengan memupuk lingkungan kolaboratif, wirausahawan dapat belajar satu sama lain dan mengatasi tantangan bersama," ujarnya.
Dengan menciptakan lingkungan yang suportif, DSC memberdayakan para wirausahawan untuk mengambil keputusan yang tepat dan mengembangkan bisnis mereka.
"Kami memilih calon wirausahawan yang menjanjikan dan memberikan mereka alat serta sumber daya yang mereka butuhkan untuk sukses. Namun, pertumbuhan akhir tergantung pada komitmen individu. Kami menawarkan berbagai jalur, tetapi merekalah yang memilih jalur mana yang paling sesuai dengan tujuan mereka," ujar Edric.
Ria Andriana, pendiri Street Sushi dan penerima hibah DSC Season 14, merasakan langsung dampak transformatif dari program ini.
"DSC tidak hanya membantu saya mengembangkan bisnis saya, tetapi juga mengubah pola pikir saya. Saya telah belajar pentingnya mempertimbangkan dampak sosial dari bisnis saya, di luar keuntungan semata," ungkapnya.
VOIR éGALEMENT:
Andanu Prasetyo, pendiri Kopi Tuku dan coach DSC, menggemakan sentimen yang sama.
"Saya pribadi telah mendapat manfaat dari proses pembelajaran ini. Ekosistem DSC telah memupuk budaya kolaborasi dan pembelajaran berkelanjutan, yang sangat penting untuk pertumbuhan kewirausahaan di Indonesia," ujarnya.
DSC telah menunjukkan bahwa dengan menciptakan ekosistem yang suportif, wirausahawan dapat mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)