Partager:

JAKARATA - Platform e-commerce Shopee, baru-baru ini meluncurkan program Garansi Bebas Pengembalian, yang memungkinkan pembeli untuk mengembalikan produk dengan lebih mudah.

Program ini tidak hanya berlaku ketika pesanan tidak sesuai, tetapi juga ketika pembeli berubah pikiran saat pesanan tiba, selama memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku.

Program ini sempat menuai pro dan kontra di media sosial. Dilansir dari salah satu unggahan Instagram Shopee Indonesia, salah satu penjual mengeluhkan program ini karena dinilai sangat merugikan mereka.

"Ini bener-bener gak masuk akal. Bagaimana kalau barang udah dibuka dicoba. Lalu barang kualitas jadi rusak packing rusak lakban bubble wrap buang-buang budget seenaknya dibalikin, mending ga usah order sejak awal. Biaya admin naik terus jualan ga gratis tiba-tiba bikin begini merugikan penjual" katanya.

Menanggapi program ini, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo), Edy Misero, mengatakan bahwa ini adalah layanan baru yang diberikan oleh Shopee.

Edy menjelaskan hal ini tentunya juga menuntut penjual untuk lebih selektif dalam menyiapkan produknya.

"Ini karena jika produk yang dikirim tidak sesuai, penjual yang akan mengalami kerugian karena bisa jadi harus menanggung ongkos kirim," tambah Edy.

Dia menekankan, pentingnya informasi yang jelas dari penjual kepada pembeli, terutama dalam hal visualisasi dan spesifikasi produk.

Hal ini bertujuan agar transaksi dapat selesai dengan baik dan produk dapat diterima dengan baik oleh konsumen.

Selain itu, Edy juga menegaskan perlunya peningkatan kualitas produk oleh penjual UMKM untuk menghindari risiko pengembalian barang yang dapat merugikan mereka.

"UMKM itu juga perlu perlindungan, makanya harus selektif di dalam waktu pemesanan. Informasinya harus jelas. Visualisasinya jelas, spesifikasinya jelas, sehingga pada saat terjadi transaksi kita berharap bahwa transaksi itu close, terus transaksi itu berhasil diterima dengan baik," tutur Edy.

Untuk mengetahui dampak program ini secara keseluruhan, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

Jika dampaknya signifikan, para penjual UMKM kemungkinan akan mengeluarkan keluhan. Hal ini terkait dengan risiko yang ditanggung oleh penjual, karena barang yang sudah digunakan oleh pembeli tidak mungkin dikembalikan lagi.

"Untuk dampaknya, kita perlu meneliti dulu perkembangannya bagaimana. Pasti kalau dampaknya banyak, para reseller akan berteriak," kata dia.

Edy juga menyampaikan harapannya terkait platform penjualan online ke depan, yaitu agar tidak ada pihak yang merugi baik penjual maupun konsumen.

Semangatnya adalah agar kedua belah pihak saling mendukung untuk mengembangkan perekonomian bangsa.

Oleh karena itu, UMKM perlu bersiap untuk menjadi penjual yang sukses dengan mempersiapkan produk terbaik mereka.

"Dari sisi platform-nya, sebagai pasar yang mempertemukan penjual dan pembeli, sejak awal juga harus memberikan warning kepada reseller 'eh siapin barang-barangnya yang bagus ya, jangan sampai kita sudah capek ini ternyata diretur. Jadi ada pembinaan di situ," tutup Edy.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)