JAKARTA - Manchester City pernah menolak bekerjasama dengan Premier League terkait investigasi pelanggaran aturan. Kini, Man City mengemis ke Premier League agar menunda jadwal pertandingan mereka di kompetisi domestik musim depan.
Klub-klub Liga Inggris menjalani kompetisi dengan jadwal yang padat musim ini. Apalagi, mereka bertarung di tiga level kompetisi berbeda, Premier Inggris Inggris, Piala FA dan Carabao Cup atau Piala Liga Inggris.
Belum lagi bila mereka tampil di Liga Champions, Liga Europa atau UEFA Conference League. Ini menjadikan tidak hanya klub Liga Premier tetapi juga di liga-liga lain di Eropa bakal melakoni jadwal yang padat.
Meski direpotkan dengan jadwal padat pertandingan, nyaris semua klub elite jarang mengeluh dan komplain. Paling, mereka berusaha mengatur rotasi pemain agar tidak kelelahan dan kehabisan stamina di akhir kompetisi.
Menariknya Man City mengambil langkah berbeda. Manajer Pep Guardiola berulang kali mempersoalkan jadwal padat yang harus dilakoni tim asuhannya. Selain sang manajer, para pemainnya seperti Erling Haaland dan Rodri secara bergantian menyuarakan hal sama.
Man City pantas berkeluh-kesah. Pasalnya, mereka akan melakoni FIFA Club World Cup atau Piala Dunia Antarklub yang digelar di Amerika Serikat. Turnamen yang diikuti 32 klub di seluruh dunia ini merupakan gawean anyar FIFA. Turnamen itu rencananya digelar pada 15 Juni hingga 13 Juli 2025 atau tak lama setelah kompetisi berakhir. Selain Man City, ada Chelsea yang mengikuti turnamen.
Persoalannya usai turnamen, Man City dan Chelsea hanya punya waktu kurang dari satu bulan sebelum kembali berlaga di kompetisi musim 2025/2026. Persiapan itu sudah termasuk masa istirahat pemain dan kemungkinan menjalani tur pramusim.
Ini yang dipermasalahkan Guardiola. Demi mendapatkan masa istirahat yang lebih lama, Man City mengajukan penawaran kepada operator liga agar dua pertandingan pertama mereka diundur.
Sebuah ironi karena Man City pernah menolak bekerja sama saat Premier League melakukan investigasi atas kemungkinan pelanggaran financial fair play (FFP). Meski mendapat penolakan dari klub, Premier League akhirnya menemukan adanya pelanggaran.
Tidak kurang 115 pelanggaran dilakukan Man City. Termasuk di antaranya sikap penolakan mereka untuk bekerja sama juga menjadi catatan bagi Premier League karena dianggap menghalangi upaya investigasi.
Pelanggaran itu bila terbukti menjadikan Man City bakal dijatuhi hukuman berat. Mereka minimal mendapat pengurangan poin atau dicabut gelar juara Premier League. Lebih parah lagi bila Man City sampai dihukum turun kasta sehingga terpaksa berlaga di Championship.
Namun klub sudah pasti membantah semua tuduhan itu. Meski demikian, kasus ini berlanjut dan segera diputuskan. Sembari menunggu hasil keputusan, Man City tetap mengikuti kompetisi.
Dalam kasus pelanggaran FFP, Man City menolak Premier League. Kini, mereka terpaksa mengemis ke operator liga agar dua laga pertama Man City di liga diundur. Man City berharap bisa memiliki waktu istirahat dan persiapan lebih lama sebelum berlaga di liga.
Hanya permintaan Man City ditolak Premier League. Apalagi, klub ternyata tidak mengajukan permohonan secara resmi. Mereka sekadar menyampaikan secara informal dalam sebuah pembicaraan saja. Tidak lebih. Meski demikian sikap penolakan itu ditanggapi Guardiola secara sinis.
VOIR éGALEMENT:
"Klub meminta Premier League menunda satu atau dua pertandingan kami. Paling tidak pertandingan bisa diundur satu, dua atau tiga pekan. Pasalnya pemain hanya mendapat libur satu atau dua pekan saja usai Piala Dunia Antarkub," kata Guardiola seperti dikutip Irish Independent.
"Tetapi itu tidak diizinkan. Apakah Premier League menyetujui permintaan kami? Tentu aja tidak," ujar eks pelatih Barcelona ini menyindir penolakan dari operator liga.
"Premier League tidak mengizinkan kami untuk menunda dua laga pertama kami agar bisa melakukan recovery. Jadi, terima kasih," kata Guardiola.
Karena tidak mendapat izin, Guardiola pun hanya bisa pasrah. Menurut dia turnamen bikinan FIFA hanya membuat pemain kelelahan.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)