Partager:

JAKARTA - Dunia sepak bola tengah berduka. Salah satu legenda, Franz Beckenbauer, meninggal dunia pada usia 78 tahun.

Kabar duka itu disampaikan pihak keluarga pada Senin, 8 Januari 2024, waktu setempat atau Selasa (9/1/2024) WIB.

Perjalanan sepak bola Beckenbauer sangat menjadi sorotan. Kariernya penuh akan gelar.

Berawal dari masa kecil Franz Beckenbauer yang lahir di reruntuhan Munchen setelah Perang Dunia II. Dia merupakan putra kedua dari pekerja pos Franz Beckenbauer Sr. dan Antonie serta dibesarkan di distrik kelas pekerja Giesing, Munchen.

Franz Beckenbauer memulai karier legendarisnya saat berusia sembilan tahun dengan bergabung tim junior SC Munchen '06 pada 1954 meski tak mendapat dukungan dari sang ayah, Franz Beckenbauer Sr.

Awalnya dia seorang penyerang tengah karena mengidolakan pemain Timnas Jerman Barat yang memenangi Piala Dunia FIFA 1954, Fritz Walter.

Dia juga mengidolai tim lokal TSV 1860 Munchen yang kemudian menjadi klub unggulan di kota tersebut, meskipun mereka terdegradasi dari liga teratas, Oberliga Sud, pada 1950-an.

Beckenbauer menarik lantas perhatian Bayern Munchen pada usia 14 tahun ketika ia tampil di sebuah turnamen U-14. Kala itu timnya, SC Munchen '06, tampil melawan 1860 Munchen di laga final.

Franz Beckenbauer mendapat kesan buruk di partai itu karena konfrontasi fisik dari tim lawan. Alih-alih bergabung klub idolanya TSV 1860 Munchen, dia malah mengurungkan niat.

Bayern Munchen kemudian merekrutnya pada 1959 setelah Beckenbauer menyadari bahwa SC Munchen '06 kekurangan dana untuk menjalankan tim mudanya.

Perjalanan sang legenda terbilang cepat. Pada usia 18 tahun, Die Bayern memberi kesempatan debut di tim utama pada 1964.

Dia sudah bermain lebih dari 500 kali untuk raksasa Bundelisga itu dan memenangi banyak gelar dalam rentang 1964-1977.

Tak hanya itu, baru empat tahun membela FC Hollywood, Beckenbauer langsung mendapatkan julukan Der Kaiser dari fans dan media saat usianya baru menginjak 22 tahun.

beckenbauer
Raihan gelar Franz Beckenbauer selama menjadi pemain (dok. Sky Sports).

Bayern Munchen dibawanya meraih empat gelar Bundesliga, empat trofi Piala Jerman (DFB Pokal), tiga gelar Piala Eropa (sekarang Liga Champions), satu Piala Winners, dan juara Piala Interkontinental.

Setelah 18 tahun bersama Bayern Munchen, Beckenbauer pindah ke Amerika Serikat untuk bergabung New York Cosmos pada 1977.

Ia bergabung bersama bintang lain, seperti Pele dan Carlos Alberto. Komposisi itu membuat New York Cosmos memenangi Liga Sepak Bola Amerika Utara tiga kali (1977, 1978, dan 1980).

Selepas berkontribusi untuk New York Cosmos, Beckenbauer kembali ke Jerman pada 1980 untuk bergabung Hamburg SV. Ia berhasil merengkuh juara Bundesliga 1981/1982.

Selain karier klub yang sensasional, Der Kaiser juga berkontribusi besar terhadap kejayaan Jerman Barat (yang kemudian menjadi Jerman). Total, dia sudah bermain 103 kali dan mencetak 14 gol untuk tim nasional.

Sebetulnya, dia sudah dipanggil ke tim nasional muda saat usianya 18 tahun. Namun, dia dilanda kontroversi terkait pacarnya sehingga urung membela timnas muda.

Dettmar Cramer, asisten pelatih Timnas Jerman Barat, kemudian menyelamatkan kariernya. Dia bisa kembali masuk timnas muda pada 1964 dan mendapat panggilan di level senior dua tahun berselang.

Debut internasionalnya dimulai saat melawan Belanda pada 1966 di Rotterdam. Dia mencetak dua gol dalam kemenangan 4-2.

Masih pada tahun yang sama, dia akhirnya tampil pada Piala Dunia pertamanya di Inggris. Beckenbauer tampil di setiap pertandingan Piala Dunia 1966.

Gol pertamanya di Piala Dunia dicetak saat melawan Swiss di fase grup. Total dia mengemas dua gol di laga itu dalam kemenangan 5-0.

Jerman Barat tampil sebagai juara grup dan melangkah mulus sampai partai puncak. Uruguay ditekuk 0-4 di perempat final yang mana Beckenbauer mencetak gol kedua tim.

Pada semifinal, Jerman Barat menghentikan langkah Uni Soviet dengan kemenangan tipis 2-1. Beckenbauer mencetak gol kedua timnya sekaligus gol keempat dalam Piala Dunia 1966.

Sayang, langkah manis itu tak berlanjut di partai final. Jerman Barat kalah dari tuan rumah Inggris 2-4 di Stadion Wembley setelah melewati babak perpanjangan.

Pada final Piala Dunia 1966 itu, Beckenbauer pertama kali berjumpa Bobby Charlton. Masing-masing pelatih menginstruksikan kedua pemain untuk saling menjaga.

Penampilan perdana Beckenbauer di Piala Dunia langsung mencuri perhatian. Dia finis di urutan ketiga daftar pencetak gol terbanyak meski posisinya bukan penyerang.

Berlanjut ke kiprah di Piala Dunia 1970, Beckenbauer kembali gagal membawa negaranya juara.

Jerman Barat melangkah apik dengan menjadi juara grup. Mereka kemudian sukses membalaskan dendam terhadap Inggris saat bertemu di perempat final.

Dalam kemenangan 3-2 itu, Beckenbauer menyumbang satu gol yang menjadi gol pembuka tim.

Namun, pada semifinal mereka takluk dari Italia 3-4 setelah melalui babak perpanjangan. Alhasil, Jerman Barat cuma bisa meraih peringkat ketiga Piala Dunia 1970 setelah mengalahkan Uruguay 1-0 dalam perebutan tempat ketiga.

Franz Beckenbauer mulai mendapat tempat penting. Pada 1971 dia dipercaya menjadi kapten Jerman Barat untuk menghadapi Euro 1972.

Kepemimpinan Der Kaiser sukses membawa pulang trofi Euro 1972 usai mengandaskan Uni Soviet 3-0. Itulah gelar perdana Beckenbauer bersama tim nasional.

Kejayaan di Piala Dunia akhirnya tiba pada 1974. Sebagai tuan rumah, Beckenbauer memimpin tim merengkuh trofi Jules Rimet. Trofi Piala Dunia pertama buat Der Kaiser.

Jerman Barat sukses mengunci kemenangan di laga puncak melawan Belanda yang kala itu punya bintang Johan Cruyff.

Belanda saat itu menjadi favorit dengan permainan Total Football yang memukau. Namun, Beckenbauer mampu menghentikan laju Cruyff sehingga filosofi sepak bola Belanda itu tak bisa berjalan.

Beckenbauer menjadi kapten pertama yang mengangkat trofi Jules Rimet setelah terakhir Jerman Barat melakukan pada 1954.

Sekaligus, tambahan gelar itu membuat Jerman Barat sebagai tim Eropa pertama yang memenangi Euro dan Piala Dunia secara berturut-turut.

Pencapaian itu baru bisa disamakan Perancis pada 2000 dan Spanyol pada 2010.

Kontribusi terakhir Beckenbauer di Timnas Jerman Barat terjadi pada Euro 1976. Kala itu, dia cuma bisa membawa tim sebagai runner-up turnamen.

Setahun setelah itu, Franz Beckenbauer menyatakan pensiun dari Timnas Jerman Barat saat dirinya pindah ke New York Cosmos. Saat itu, dirinya sudah berusia 31 tahun.

Dia kemudian benar-benar gantung sepatu dari sepak bola usai membela New York Cosmos pada 1983.

Sepak bola memang tak bisa dilepaskan dari sosok Franz Beckenbauer. Dia kembali ke Jerman untuk menukangi Timnas Jerman Barat pada 1984 menggantikan Jupp Derwall.

Der Kaiser membawa Jerman Barat menjadi runner-up pada Piala Dunia 1986 di Meksiko. Mereka kalah 2-3 dari Argentina yang kala itu dibela Diego Maradona.

Baru pada Piala Dunia 1990, tepat sebelum Jerman Barat dan Timur menjadi satu, Beckenbauer membawa Jerman Barat juara, kali ini sebagai manajer.

Jerman Barat sukses membalas dendam terhadap Argentina yang dijumpai di final dengan kemenangan tipis 1-0 melalui gol Andreas Brehme.

Kiprah Beckenbauer sebagai manajer juga tak kalah mengilap dibanding ketika masih menjadi pemain. Marseille yang ia tukangi pada 1990/1991 meraih gelar Ligue 1.

Selanjutnya, dia meraih dua trofi saat mengarsiteki Bayern Munchen dua kali. Pada periode pertama musim 1993/1994, Beckenbauer mengantar Die Bayern menjuarai Bundesliga.

Lalu, periode kedua pada 1995/1996 dia memimpin klub yang pernah dibelanya sebagai pemain itu menjuarai Piala UEFA (sekarang Liga Europa).

Perjalanan Franz Beckenbauer selaku manajer tak begitu panjang. Kariernya kemudian berlanjut ke FIFA dengan menduduki beberapa jabatan.

Misalnya saja Beckenbauer pernah menjabat anggota berbagai komite FIFA antara tahun 1999 dan 2016, termasuk Komite Eksekutif FIFA (sekarang Dewan FIFA), Komite Sepak Bola, Komite Strategi, Satgas Sepak Bola 2014, dan Panitia Penyelenggara Piala Dunia Wanita FIFA U-20 dan U-17.

Khusus pencapaian pribadi, Franz Beckenbauer memenangi Ballon d'Or dua kali dan Pemain Terbaik Jerman Setahun empat kali, masuk dalam Tim Dunia FIFA Abad ke-20, serta menerima Order of Merit FIFA dan Penghargaan Presiden FIFA.

Republik Federal Jerman menobatkannya sebagai Pemain Terbaik Abad Ini dan memberinya tiga penghargaan tertinggi Order of Merit.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)