Partager:

JAKARTA - Mantan Direktur Antinarkoba Bolivia, Maximiliano Dávila, atau dikenal dengan sebutan "Macho" diekstradisi ke Amerika Serikat (AS).

CBN News melaporkan Jumat 13 Desember, Macho bakal digelandang ke kursi pesakitan di Pengadilan New York menghadapi tudingan memfasilitasi penyelundupan kokain ke AS.

Ekstradisinya ke AS dilakukan pada Kamis 12 Desember setelah disetujui oleh Mahkamah Agung Bolivia pada akhir November.

Macho di Bolivia dalam masa hukuman penjara sejak Februari 2022 akibat telibat kasus korupsi.

Pada bulan dan tahun yang sama, AS membuka dakwaan yang menuduh pria berusia 60 tahun itu melakukan perdagangan kokain, dan tudingan terkait kasus senjata.

Departemen Luar Negeri AS menuduh Macho terlibat dalam perdagangan narkotika sebelum dan selama menjabat sebagai direktur Pasukan Khusus Bolivia untuk Melawan Perdagangan Narkoba (FELCN).

Macho memanfaatkan posisinya agar bisa mengendalikan pesawat untuk mengangkut kokain ke negara ketiga, untuk kemudian didistribusikan di AS.

Pada tahun yang sama, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan hadiah mencapai 5 juta dolar AS atau Rp79,9 miliar untuk informasi yang dapat membuat Macho dihukum.

Dalam kasus ini, Macho terancam hukuman minimal 10 tahun penjara dan maksimal seumur hidup.

Mengutip BBC, Macho adalah direktur FELCN di bawah Pemerintahan Presiden Bolovia Evo Morales yang menjabat periode 2006 hingga 2019.

Tak lama setelah ekstradisi Dávila, Morales mengkritik tindakan tersebut dan mengatakan "Bolivia sekali lagi menjadi Koloni AS".

"Orang Bolivia diserahkan ke Kekaisaran Amerika Utara, melanggar perjanjian internasional, tanpa terlebih dahulu diadili di tanah air mereka di mana mereka diduga melakukan kejahatan", kata Morales dalam akun X-nya.

Morales juga mempunyai catatan miring lantaran mengusir duta besar AS dan Badan Penegakan Narkoba (DEA) dari Bolivia atas klaim berkonspirasi melawan pemerintahannya.

Morales saat ini sedang diselidiki atas tuduhan pemerkosaan dan perdagangan manusia. Para pendukungnya baru-baru ini menggelar blokade di banyak titik di Bolivia selama berminggu-minggu menuntut diakhirinya penyelidikan terhadap Morales.

Pada November 2024, Morales membagikan video memperlihatkan mobilnya ditembaki. Ia kemudian menyebutkan, ada upaya "percobaan pembunuhan" terhadap dirinya.

Pemerintah Bolivia yang dituding Morales berada di balik upaya pembunuhan itu telah merespons dengan menampik tuduhan tersebut.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)