Partager:

JAKARTA - Pengamat politik Muannas Alaidid menilai sikap Petolan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ahmad Khozinudin menciptakan narasi kebecian terkait seputar royek Strategis Nasional (PSN) PIK2.

Dalam sebuah wawancara dengan media Tempo, Pak Aguan mengklarifikasi pemberitaan negatif seputar Proyek Strategis Nasional (PSN) PIK2. Namun, Khozinudin justru meresponsnya dengan narasi kebencian yang mengarah pada fitnah tanpa bukti.

"Seperti pepatah yang mengatakan, 'Jika ada orang yang terlanjur membencimu, apapun yang kamu lakukan akan terlihat salah.' Inilah yang terjadi pada Khozinudin. Setiap langkah Pak Aguan, sekecil apapun, selalu dilihat sebagai ancaman," ujar Muannas kepada wartawan di Jakarta, Selasa, 10 Desember.

Awalnya, Khozinudin menyerang isu PSN PIK2, namun seiring berjalannya waktu, serangannya mulai beralih ke hal-hal yang jauh lebih spekulatif. Ia mengklaim bahwa Pak Aguan menggunakan kendaraan berpelat nomor TNI dalam wawancara tersebut. Ini dianggapnya sebagai bukti bahwa Indonesia kini berada di bawah kekuasaan Pak Aguan.

"Tuduhan mengenai mobil berpelat TNI ini sangat tidak substansial dan cenderung berhalusinasi. Menyebutkan ini sebagai bukti negara dalam negara hanya menunjukkan betapa sulitnya bagi Khozinudin untuk menghadapi kenyataan," tegas Muannas.

Bagi Muannas, persoalan kendaraan berpelat TNI ini bukanlah isu yang perlu dipermasalahkan.

"Tentu saja, ada pertimbangan hukum dan protokol dalam penggunaan fasilitas semacam itu, apalagi Pak Aguan memiliki koneksi profesional seperti Letjen Purnawirawan Nono Sampurno, yang juga terlibat dalam Agung Sedayu Group," jelas Muannas.

Muannas juga mengingatkan bahwa penggunaan pengawalan atau patroli polisi—bukan hanya kendaraan TNI—adalah hal yang sah dan biasa di Indonesia.

"Fasilitas ini bisa diberikan kepada siapa saja yang memenuhi persyaratan, termasuk pengusaha besar seperti Pak Aguan yang selama ini menjadi sasaran fitnah," kata Muannas.

Ia menambahkan, serangan yang dilancarkan Khozinudin justru bertujuan untuk mengalihkan perhatian publik dari isu pokok, yaitu fitnah terhadap PSN PIK2.

Menurut Muannas, kelompok HTI lebih banyak menghabiskan waktu untuk menebar kebencian dan fitnah ketimbang memberi kontribusi positif untuk masyarakat.

"Seperti kebanyakan kelompok yang memiliki ideologi sempit, HTI tidak pernah tertarik pada pemberdayaan ekonomi umat atau kegiatan sosial yang bermanfaat. Mereka lebih suka mengadu domba dan menciptakan ketegangan," ujarnya.

Sikap ini terlihat jelas dalam serangan terhadap Pak Aguan yang justru aktif dalam kegiatan filantropi.

"Pak Aguan terlibat aktif dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan melalui Yayasan Buddha Tzu Chi. Ini adalah bukti bahwa meskipun ia seorang pengusaha sukses, ia tidak pernah melupakan tanggung jawab sosialnya," kata Muannas.

Menurutnya, serangan terhadap Pak Aguan adalah bentuk upaya untuk merusak citra seseorang yang sedang berkontribusi positif untuk masyarakat.

Muannas juga mengkritik keras tulisan Khozinudin yang mengaitkan Pak Aguan dengan Bashar al-Assad, Presiden Suriah. Khozinudin berusaha menggambarkan Pak Aguan sebagai sosok yang berkuasa secara tidak sah, namun Muannas menilai perbandingan itu sangat keliru.

"Jika ada yang perlu dipelajari dari Suriah, itu adalah akibat dari konflik dan ketegangan yang mereka ciptakan. Justru HTI lah yang mencoba meniru pola tersebut untuk mengadu domba dan menciptakan ketidakstabilan di Indonesia," ujar Muannas.

Muannas mengingatkan bahwa HTI dan kelompoknya seringkali mempolitisasi proyek-proyek besar seperti PSN PIK2 dengan menebar fitnah.

"Mereka selalu berusaha menciptakan narasi bahwa proyek ini adalah sesuatu yang buruk bagi Indonesia. Mereka memanfaatkan isu SARA dan mencoba menggambarkan bahwa proyek ini akan dikuasai oleh pihak asing, khususnya Cina," kata Muannas.

Ia menegaskan bahwa narasi semacam ini sangat berbahaya karena dapat memecah belah masyarakat Indonesia yang sudah sangat majemuk.

Sikap ini, menurut Muannas, merupakan bagian dari upaya HTI untuk menggagalkan kemajuan dan pembangunan di Indonesia.

"HTI jelas tidak mendukung pembangunan yang melibatkan investasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Mereka lebih suka hidup dalam chaos, menghasut masyarakat dengan narasi kebencian daripada melihat kenyataan bahwa proyek seperti PSN PIK2 akan membawa manfaat besar bagi negara," tambah Muannas.

Tuduhan Khozinudin bahwa Pak Aguan menggunakan wawancara dengan Tempo untuk ‘merias wajahnya’ dan menutupi borok PSN PIK2 juga direspons oleh Muannas dengan kritikan tajam.

"Pak Aguan hanya melakukan klarifikasi terkait fitnah yang sudah beredar tentang PSN PIK2. Tidak ada yang salah dengan menggunakan hak jawab untuk meluruskan pemberitaan yang tidak benar," ujar Muannas.

Ia juga menyebutkan bahwa pihak yang mendukung proyek PSN PIK2, termasuk tokoh-tokoh seperti Senator Yoris Raweyai dan Maruarar Sirait, juga berkomitmen untuk melihat proyek ini selesai demi kepentingan bangsa.

Muannas menegaskan bahwa HTI, sebagai sebuah gerakan politik, tidak pernah memiliki visi untuk memajukan masyarakat atau negara.

"Mereka memanfaatkan isu-isu seperti SARA untuk merusak kedamaian dan keharmonisan yang telah terjalin dalam masyarakat kita. Itulah sebabnya mereka harus diberangus, karena mereka merupakan ancaman terhadap Pancasila dan kemajuan Indonesia," pungkas Muannas.

Muannas menutup komentarnya dengan menyerukan agar masyarakat tidak mudah terjebak dalam narasi kebencian dan fitnah yang terus disebarkan oleh kelompok seperti HTI.

"Masyarakat Indonesia harus cerdas dan bijak dalam menilai setiap informasi yang beredar. Jangan biarkan narasi kebencian menghancurkan persatuan kita. Kita harus fokus pada pembangunan dan kemajuan Indonesia, dan melawan upaya-upaya yang bertujuan untuk memecah belah bangsa ini," tutupnya.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)