JAKARTA - Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding menyatakan telah menindaklanjuti 19 pekerja migran Indonesia (PMI) korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang dijadikan pekerja seks komersial (PSK) di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Dari belasan orang tersebut, tujuh di antaranya telah dipulangkan ke Tanah Air.
"Dari 19 orang ini, 7 orang telah dipulangkan ke Indonesia dan sisanya 12 orang ini sedang proses hukum di Dubai,” ujar Karding kepada wartawan, Jumat, 11 April.
Belasan PMI yang sedang menjalani proses hukum untuk sementara ditampung oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Dubai.
Mengenai belasan Warga Negara Indonesia (WNI) tersebut bisa menjadi korban TPPO, kata Karding, setelah mereka memutuskan untuk kabur dari majikannya di Dubai. Sebab, tergiur iming-iming gaji besar bekerja di tempat lain.
Bukan untung besar, mereka justru dieksploitasi dan dijadikan PSK untuk memuaskan nafsu para pria hidung belang di Dubai.
“Memang benar apa adanya bahwa ada 19 orang yang kabur, 19 orang yang kabur meninggalkan majikannya, lalu diiming-imingi kerjaan baru, dan di sana mereka dipertemukan muncikari yang ada dan mengalami bekerja sebagai PSK,” sebutnya
SEE ALSO:
Dia memastikan Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (Kemenp2MI) bersama KJRI akan memberikan pelindungan terhadap pekerja migran Indonesia yang menjadi korban TPPO.
Menteri Karding juga meminta kepada masyarakat Indonesia yang bekerja di luar negeri tidak bertindak sekehendaknya dengan kabur dari majikan karena buaian gaji besar di tempat lain.
Dia menegaskan, meninggalkan majikan tempat bekerja tanpa alasan jelas, sama dengan pergi secara ilegal yang berisiko tinggi terjerat kasus eksploitasi di luar negeri .
"KJRI Dubai bersama KBRI Abu Dhabi aktif lakukan sosialisasi kesadaran bahaya TPPO kepada pekerja migran Indonesia, agen penempatan, serta komunitas masyarakat Indonesia," kata Karding.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)