JAKARTA - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memperingatkan Israel tidak akan membiarkan serangan rudal terhadap Israel oleh Iran, sementara Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi mengatakan tindakan pembelaan diri Iran sesuai dengan Piagam PBB.

Sedikitnya 181 rudal ditembakan oleh Garda Revolusi Iran (IRGC) pada Selasa malam waktu setempat, sebagai pembalasan atas pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh, Sekretaris Jenderal Hizbullah Seyed Hassan Nasrallah dan jenderal senior IRGC Brigjen Abbas Nilforoushan, seperti mengutip The Times of Israel 2 Oktober.

Mengutip Mehr, IRGC yang pertama kalinya meluncurkan rudal hipersonik jenis Fattah-2 mengklaim, 90 persen rudal dalam serangan kali ini tepat sasaran. 

Menanggapi ini, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memastikan Israel tidak akan tinggal diam.

"Rezim di Iran tidak memahami tekad kami untuk mempertahankan diri dan tekad kami untuk membalas musuh-musuh kami," kata PM Netanyahu.

"(Pemimpin Hamas Yahya) Sinwar dan (panglima militer Hamas Mohammed) Deif tidak memahami ini, (pemimpin Hizbullah Hassan) Nasrallah dan (kepala staf Hizbullah Fuad) Shukr tidak memahami ini, dan mungkin ada orang-orang di Teheran yang tidak memahami ini," urainya.

"Mereka akan mengerti, siapa pun yang menyerang kami, kami akan menyerangnya," ujarnya memperingatkan, menambahkan Israel memerangi "poros kejahatan" di Tepi Barat, Gaza, Lebanon, Yaman, Suriah dan Iran.

Menyerukan agar "kekuatan cahaya di dunia" bersatu melawan Teheran, perdana menteri mendesak mereka untuk "mendukung Israel."

"Pilihan tidak pernah lebih jelas antara tirani dan kebebasan, antara berkat dan kutukan," katanya.

"Israel sedang bergerak, dan poros kejahatan sedang mundur. Kami akan melakukan segala yang diperlukan untuk melanjutkan tren ini, untuk mencapai semua tujuan perang, terutama pengembalian semua sandera kami, dan untuk memastikan keberadaan dan masa depan kami," kata PM Netanyahu.

Terpisah, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan, tindakan Iran terhadap Israel dilakukan setelah melakukan pengekangan yang luar biasa untuk memberikan ruang bagi gencatan senjata di Gaza, dikutip dari Reuters.

"Kami melakukan pembelaan diri berdasarkan Pasal 51 piagam PBB, yang hanya menargetkan lokasi militer dan keamanan yang bertanggung jawab atas genosida di Gaza dan Lebanon," kata Menlu Araghchi  dalam unggahan di akun media sosial X miliknya, dikutip dari IRNA.

"Kami melakukannya setelah menahan diri selama hampir dua bulan, untuk memberi ruang bagi gencatan senjata di Gaza," tambahnya.

Belakang, Menlu Iran menghubungi mitranya dari Inggris, Jerman dan Prancis melalui panggilan telepon, memberi tahu alasan dan kerangka operasi militer terhadap Israel.

Iran hanya menggunakan haknya untuk melegitimasi pertahanan berdasarkan Pasal 51 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hanya menargetkan pangkalan militer dan keamanan rezim Zionis, kata Menlu Araghchi kepada menteri luar negeri Troika yang juga dikenal sebagai E3.

"Tindakan kami telah selesai kecuali rezim Israel memutuskan untuk melakukan pembalasan lebih lanjut. Dalam skenario tersebut, respons kami akan lebih kuat dan lebih kuat," tambah Menlu Araghchi.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)