JAKARTA  - Amerika Serikat (AS) tidak memberikan tawaran amnesti kepada Presiden Venezuela Nicolas Maduro setelah sengketa pemilu.

Dilansir Reuters, Kamis, 15 Agustus, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan Amerika Serikat masih ingin melihat data pemilu Venezuela.

Otoritas pemilu menyatakan Maduro memenangkan masa jabatan ketiga dalam pemilu tanggal 28 Juli, sementara penghitungan yang dikumpulkan oleh oposisi menunjukkan kemenangan kandidat oposisi Edmundo Gonzalez.

Sebelumnya, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menyarankan agar pemimpin Venezuela Nicolas Maduro dapat menggelar pemilu ulang dengan pengamat internasional sebagai solusi potensial untuk krisis politik di negara tetangganya itu.

Lula juga mengatakan “pemerintahan koalisi” bisa menjadi solusi lain bagi Venezuela setelah pemilihan presiden tanggal 28 Juli, yang diklaim pihak oposisi telah dimenangkan.

“Jika (Maduro) punya akal sehat, dia bisa menyampaikan hal ini kepada rakyat, mungkin menyerukan pemilu baru dengan komite pemilu non-partisan,” kata Lula dalam wawancara radio dilansir Reuters, Kamis, 15 Agustus.

Presiden Brasil mengatakan dirinya masih tidak mengakui Maduro sebagai pemenang pemilu dan mengatakan pemerintahnya harus mempublikasikan penghitungan suara yang belum dirilis.

“Maduro tahu dia berutang penjelasan pada dunia,” kata Lula.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)