JAKARTA - Langkah Meksiko memerang kartel narkoba telah memakan banyak korban jiwa, termasuk sejumlah wanita. Tercatat, data bulan Juli mengungkap peningkatan jumlah korban tewas wanita. Mereka menyebut pembunuhan kaum wanita ini dengan femisida.

Otoritas Meksiko menyatakan, angka femisida telah meningkat 5,4 persen dalam tujuh bulan pertama tahun ini, khususnya Juli. Tercatat, pembunuhan wanita mencapai 74 orang pada bulan tersebut.

"Juli adalah bulan yang sangat menegangkan. Penyebabnya tak lain karena tindakan yang menggangu keamanan publik di negara bagian Guanajuato, dan diakhiri dengan penangkapan pemimpin kartel Santa Rosa de Lima," kata Menteri Keamanan Meksiko Alfonso Durazo, dikutip Reuters, Kamis, 20 Agustus.

Durazo juga mengatakan peningkatan kekerasan benar berasal dari seputar perburuan dan penangkapan salah seorang pemimpin kartel narkoba bernama Jose Antonio Yepez. Hal itulah yang memicu angka pembunuhan terus meningkat.

Dengan segala catatan, tahun 2020 jadi tahun paling berdarah dalam sejarah Meksiko. Apalagi, pembunuhan sering kali berawal dari aktivitas penculikan dan perampokan yang erat kaitannya dengan peperangan melawan kartel narkoba yang dilakukan Meksiko sejak Desember 2018.

Menurut data resmi, sejak tahun 2006, secara total lebih dari 290 ribu pembunuhan terjadi di Meksiko, sekalipun banyak di antara kasus yang tak terkait dengan kejahatan terorganisir. Pembela hak asasi manusia (HAM) sering kali menghubungkan kekerasan di Meksiko dengan pelibatan militer dalam perang melawan kartel narkoba.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)