JAKARTA – Sejarah hari ini, 25 Maret 1979 mencatatkan peristiwa pengiriman pesawat ulang alik pertama, Columbia ke pangkalan Pusat Antariksa John F. Kennedy di Miami, Florida, Amerika Serikat. Pesawat ulang alik yang mendobrak sejarah penelitian antariksa tersebut diproduksi oleh Rockwell International.
Pembahasan soal misi pesawat ulang alik sudah dilakukan sejak 1966. Ketika itu Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) sibuk mencari program pengganti proyek Apollo. Proyek itu mencatatkan kesuksesan terbesar dengan pendaratan Apollo 11 di bulan pada 16 Juli 1969.
Saat dievaluasi setelah melalui beberapa misi pengiriman ke antariksa, proyek Apollo dinilai terlalu mahal. Pemerintah Amerika Serikat harus mengeluarkan dana besar setiap kali misi luar angkasa diluncurkan, karena mereka harus membuat pesawat atau modul baru.
Program pesawat ulang alik yang difungsikan untuk membawa astronot ke stasiun luar angkasa sempat ditolak oleh Presiden Richard Nixon pada 1970. Setelah dilakukan penghitungan ulang, program pesawat ulang alik akhirnya disetujui pemerintahan Nixon. Purwarupa pesawat ulang alik pun untuk kali pertama dibangun pada 4 Juni 1974, dan diberi nama Enterprise.

Enterprise tidak pernah melakukan misi penerbangan ke luar angkasa. Pesawat itu hanya melakukan uji coba penerbangan di bawah lapisan stratosfer, untuk kemudian mendarat kembali.
Setelah dikembangkan dan diuji coba selama hampir setahun, dibuatlah pesawat ulang alik pertama yang akan resmi digunakan untuk menerbangkan astronot ke luar angkasa. Pesawat tersebut diberi nama Columbia, dan mulai dikerjakan pada 27 Maret 1975. Penamaan Columbia didasarkan pada nama kapal Amerika Serikat pertama yang melakukan ekspedisi keliling dunia, Columbia Rediviva, pada 1790.
Misi Penerbangan Pertama
Penerbangan pertama Columbia setelah dikirimkan ke pusat antariksa John F. Kennedy dilakukan pada 12 April 1981. Nama resmi program tersebut dinamai Space Transportation System (STS), sehingga misi Columbia diberi kode STS-1.
Misi tersebut diawaki dua astronot, yaitu John Young dan Robert Crippen. Young adalah seorang astronot veteran, yang sudah melakukan empat kali penerbangan ke luar angkasa bersama modul Gemini 3, Gemini 10, Apollo 10, dan Apollo 16. Sementara Crippen yang merupakan perwira Angkatan Laut AS sekaligus seorang pilot, baru kali pertama melakukan misi penerbangan ke luar angkasa.
Misi perdana Columbia adalah uji coba penerbangan luar angkasa yang sebenarnya. Pesawat tersebut harus mampu berangkat dan kembali ke bumi dengan selamat.

Bagian terpenting Columbia yang menjadi perhatian para ilmuwan dan media di seluruh dunia adalah lapisan ubin keramik di bagian badan pesawat, yang berfungsi sebagai penahan panas saat pesawat menembus atmosfer ketika kembali ke bumi. Ada 30 ribu potongan ubin keramik yang menutupi badan Columbia, yang selalu menjadi fokus pada proses pengerjaan pesawat ulang alik tersebut.
Columbia dengan kode misi STS-1 kembali dengan selamat, dua hari setelah diluncurkan. Pesawat ulang alik tersebut masih menjalani tiga kali lagi misi uji coba, antara 1981 hingga 1982 dengan kode STS-2, STS-3, dan STS-4.
Dalam misi STS-3 yang digelar pada 22 Maret 1982 dengan awak Jack Lousma dan Gordon Fullerton, Columbia sempat mengalami masalah dalam sistem pendaratan otomatisnya sehingga pendaratan harus dilakukan secara manual di White Sand Space Harbor, New Mexico pada 30 Maret 1982.
Operasional Resmi hingga Tragedi Misi Terakhir
Columbia resmi dioperasikan sebagai moda transportasi luar angkasa pada 11 November 1982. Diawaki empat astronot: Vance Brand, Robert Overmyer, Joseph Allen, dan William Lenoir, STS-5 mengusung misi peluncuran dua satelit komunikasi milik Amerika Serikat. Misi ini berlangsung selama lima hari, dan Columbia mendarat dengan selamat di Pangkalan Udara Edwards, California pada 16 November.
Sempat diselingi oleh pesawat ulang alik penerusnya: Challenger, Discovery, Atlantis, dan Endeavour, Columbia terus melakukan misi penerbangan ulang alik luar angkasa sebanyak 28 kali.
Total jam terbang yang dikumpulkan Columbia adalah 7.218 jam. Jam terbang selama itu untuk melakukan 4.808 kali keliling orbit bumi, dengan jarak total 201.497.772 kilometer. Selama dioperasikan, pesawat tersebut menghabisakan waktu 300 hari atau hampir setahun di luar angkasa.

Misi pesawat ulang alik Amerika Serikat sempat dihentikan pada 1986, setelah tragedi kecelakaan menimpa Challenger. Kecelakaan yang terjadi di Pangkalan Udara Cape Canaveral, Florida pada 28 Januari 1986 itu menewaskan seluruh kru Challenger yang berjumlah tujuh orang.
Columbia kembali melakukan penerbangan luar angkasa pada 1989, ketika pesawat itu menjalani misi STS-28 pada 8 Agustus 1989. Misi terakhir Columbia adalah STS-107 pada 16 Januari 2003. Misi selama 16 hari tersebut membawa tujuh awak, termasuk astronot pertama Israel, Ilan Ramon, dan astronot perempuan pertama India, Kalpana Chawla.
Misi terakhir Columbia berakhir tragis, karena meskipun berhasil berada di luar angkasa selama 16 hari namun pesawat tersebut gagal mendarat dengan selamat. Pusat kontrol NASA kehilangan kontak dengan kru saat pesawat tersebut dalam proses pendaratan yang dijadwalkan di Pusat Luar Angkasa John F. Kennedy pada 1 Februari 2003.

Pada 2008 NASA mengeluarkan laporan hasil resmi penelitian tentang kecelakaan Columbia, yang menyebutkan bahwa pesawat mengalami keretakan saat memasuki atmosfer. Columbia meledak di sekitar wilayah udara Texas dan hancur berkeping-keping. Kecelakaan tersebut menewaskan seluruh kru, dan menjadi akhir kisah Columbia dalam penjelajahan luar angkasa selama 22 tahun.
SEE ALSO:
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)