Eksklusif, Ketua Baznas Noor Achmad: Tak Ada Pertentangan Program Makan Bergizi Gratis dengan Tugas Kami

Tak ada pertentangan antara program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintahan Presiden Prabowo dengan tugas yang dilakukan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Republik Indonesia. Menurut Ketua Baznas, Prof. Dr. KH. Noor Achmad, MA., justru kedua pihak bisa saling mengisi dan berbagi peran.
***
Sejatinya, tak ada yang salah dengan program Makan Bergizi Gratis yang dijanjikan Prabowo Subianto dan tim kampanye sebelum pemilihan umum serentak dilakukan tahun silam. Program yang juga sudah banyak dipraktikkan di berbagai negara itu ditawarkan untuk rakyat Indonesia. Setelah pasangan Prabowo-Gibran terpilih, mereka mencoba merealisasikan janji kampanye tersebut.
Polemik mulai muncul saat wacana digulirkan oleh Ketua DPD RI Sultan B. Najamudin, yang mengusulkan dana MBG diambil dari dana zakat yang dikumpulkan lembaga zakat. Dari sinilah muncul pro dan kontra atas usulan tersebut.
Suara keras muncul dari Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Hukum dan HAM Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH. Ikhsan Abdullah. Ia mengatakan usulan penggunaan dana zakat untuk pembiayaan program MBG sangat tidak tepat karena tidak masuk dalam salah satu asnaf penerima zakat yang sudah digariskan syariat. Ada delapan golongan yang berhak menerima zakat: fakir, miskin, amil, mualaf, gharim, riqab, fi sabilillah, dan ibnu sabil.
Ia melanjutkan, jika Baznas ingin menggunakan zakat untuk membiayai program Makan Bergizi Gratis, maka wajib mendapat persetujuan dari muzakki atau orang yang membayar zakat. “Kalau pun kemudian, misalnya, akan menarik salah satu asnaf dari delapan itu untuk dijadikan salah satu asnaf program makan gratis, maka Baznas harus memperoleh persetujuan dari muzakki. Apakah mereka ridha zakatnya digunakan untuk membantu pemerintah dalam program MBG?" ujar Ikhsan.
Sementara itu, meski tidak sekeras MUI, Ketua PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si., mengatakan pihaknya akan mendiskusikan kembali soal usulan penggunaan dana zakat untuk program Makan Bergizi Gratis. "Sebaiknya dibicarakan dengan Baznas, kemudian lembaga-lembaga zakat yang dikelola oleh organisasi kemasyarakatan (ormas)," katanya saat ditemui wartawan usai menghadiri Tanwir 1 Aisyiyah, Rabu, 15 Januari.
Namun, menurut Prof. Dr. KH. Noor Achmad, MA., tidak ada pertentangan antara program MBG dengan apa yang sudah dilakukan selama ini oleh Baznas. “Jadi, dalam konteks perdebatan penggunaan dana untuk MBG, kami tidak ikut. Fokus kami adalah membagikan zakat yang kami terima dari muzakki kepada delapan asnaf yang berhak menerima,” katanya kepada Edy Suherli, Bambang Eros, dan Irfan Meidianto dari VOI yang menemuinya di kantor Baznas Pusat, Matraman, Jakarta Pusat, Jumat, 17 Januari. Inilah petikan selengkapnya.

Bagaimana pendapat Anda soal program Presiden Prabowo; makan bergizi gratis?
Program ini bagus, karena di beberapa negara sudah pula melaksanakan dan telah menghasilkan anak-anak yang berkualitas. Dalam konteks keagamaan, hal seperti itu amat dianjurkan. “Hendaklah takut orang-orang yang andaikan meninggalkan keturunan yang lemah,” (QS An-Nisa: 9). MBG ini berarti bertujuan untuk meningkatkan kekuatan generasi kita di masa yang akan datang. Artinya, apa yang diprogramkan Pak Prabowo menjadi bagian penting untuk menyiapkan generasi yang baik.
Dalam tataran ini tidak ada perdebatan, cuma yang terjadi sekarang ada yang menentang penggunaan dana zakat untuk program MBG, apa tanggapan Anda?
Baznas dalam bekerja tidak berfokus pada satu per satu orang atau lembaga. Sasaran kami adalah 8 asnaf yang berhak menerima zakat, yang utama adalah fakir dan miskin. Di mana saja ada fakir dan miskin, itu adalah bagian dari tugas Baznas untuk menyantuninya. Mereka inilah yang harus kita entaskan.
Bagaimana dengan anak-anak sekolah? Mungkin mereka tidak masuk dalam kategori fakir dan miskin, tapi masuk dalam sabilillah, orang yang sedang berjuang di jalan Allah.
Kalau nanti ada fatwa MUI yang memperbolehkan penggunaan dana zakat untuk sabilillah, itu bisa saja. Namun, prioritas kami tetap fakir dan miskin. Mereka ada di mana-mana dan tidak tersekat dengan lembaga tertentu.
Bagaimana dengan MBG yang merupakan program yang dijanjikan saat kampanye Presiden Prabowo?
Kalau MBG itu dijalankan oleh lembaga dan di situ banyak orang yang termasuk dalam kategori fakir dan miskin, namun karena alasan tertentu mereka tak tersentuh, kami berdosa. Kami tidak boleh membawa Baznas dalam konteks politik. Padahal, kami tidak terkait dengan urusan politik apa pun.
Jadi, dalam konteks perdebatan tentang penggunaan dana untuk MBG, kami tidak ikut serta. Fokus kami adalah membagikan zakat yang kami terima dari muzakki kepada delapan asnaf yang berhak menerima. Jangan sampai karena persoalan politik, hak-hak kaum fakir dan miskin menjadi terabaikan.
Jika ada yang mengatakan MBG dilarang menerima bantuan dari pihak lain, itu menurut saya salah. Hak fakir dan miskin ada di mana-mana. Kami akan memberi bantuan kepada mereka yang masuk dalam kategori fakir miskin, tetapi ini tidak terkait sama sekali dengan program MBG atau program politik lainnya. Kami hanya mengurus delapan asnaf yang berhak menerima zakat.
Jika nanti ada pihak yang mengajak koordinasi agar fakir miskin yang disantuni Baznas dan yang disantuni program MBG tidak tumpang tindih, apa pendapat Anda?
Selama ini, kami sudah melakukan itu, bahkan sebelum program MBG dicanangkan Presiden Prabowo. Program memberikan makan gratis dan makan bergizi sudah kami lakukan sejak lama. Yang paling banyak terjadi saat COVID-19 melanda negeri ini.
Pesantren masih banyak yang belum tersentuh program pemberian makan bergizi, begitu juga masyarakat di level bawah. Kalau MBG menyasar sekolah-sekolah yang terorganisasi, kami akan menyasar mereka yang belum tersentuh oleh MBG. Jadi, apa yang kami lakukan ini tidak terkait dengan persoalan kelembagaan atau politik.
Silakan kepada siapa saja yang kelaparan dan membutuhkan makanan, datanglah ke Baznas. Kami akan memberi, karena itu sudah menjadi tugas kami menyantuni delapan asnaf yang sudah digariskan dalam ajaran agama. Pernyataan ini sudah saya sampaikan sejak tiga tahun yang lalu. Insya Allah, Baznas akan selalu membantu.
Apakah yang menjadi polemik sekarang ini adalah soal penafsiran yang berbeda pada setiap orang? Anda di Baznas begini, sedangkan MUI berbeda. Lalu apa jalan tengahnya?
Apa yang sudah dilakukan pemerintah dengan MBG dan apa yang diusulkan Ketua DPD Sultan Najamudin untuk menggunakan dana zakat yang terkumpul di Indonesia untuk program MBG harus dikoordinasikan. Namun, kami tidak ikut-ikutan pada hal itu. Kami hanya fokus pada kelompok yang membutuhkan, yaitu fakir dan miskin. Kalau apa yang kami lakukan sekarang dihubungkan dengan MBG, menurut saya, yang salah adalah yang menghubungkannya.
Sekarang ini ada program MBG dari pemerintah, sedangkan dana yang tersedia terbatas. Lalu di sisi pengumpulan zakat ada dana yang bisa dimanfaatkan. Itu yang terjadi saat ini?
Saya tidak tahu kalau dana pemerintah sekarang terbatas. Namun, di sisi kami, Baznas, setiap tahun dana yang terkumpul dari zakat, infak, dan sedekah itu terus meningkat setiap tahunnya. Artinya, para muzakki cukup banyak jumlahnya dan berkembang. Kalau keuangan negara morat-marit, kami tidak ikut-ikutan dalam hal itu.
Berapa besar kenaikan dana zakat dari Baznas?
Kenaikan dari tahun ke tahun sekitar 30%. Tahun 2023, jumlah zakat yang terkumpul di Baznas Pusat mencapai Rp880 miliar. Untuk seluruh Indonesia, di tahun 2023 terkumpul Rp31 triliun. Tahun 2024, dana yang terkumpul mencapai Rp41 triliun. Semua dana yang terkumpul ini kami salurkan kepada yang berhak menerima. Jadi, semua dana yang terkumpul harus dihabiskan, tak ada yang mengendap. Hanya disisihkan sedikit untuk operasional dan untuk disalurkan ke Palestina. Soalnya, untuk ke Palestina, penyalurannya sulit.
Dana zakat, infak, dan sedekah itu potensial sekali. Itu baru dari Baznas, belum lembaga zakat lain. Makanya banyak yang melirik?
Ya, sangat besar. Namun, dari upaya pengumpulan selama ini, baru tahun 2024 menghasilkan Rp41 triliun dalam setahun. Dari potensi yang ada, pengumpulan ini masih sangat jauh dari target. Masih perlu ada upaya untuk mengajak dan mengingatkan muzakki agar menyalurkan zakatnya. Karena itu, kami memberikan rekomendasi kepada lembaga zakat agar potensi zakat bisa diraih.
Selain yang utama untuk fakir miskin, apa lagi program yang dilakukan Baznas? Apakah ada untuk kegiatan produktif?
Sesuai dengan amanat UU (UU No. 23 Tahun 2011 tentang Zakat), kehadiran Baznas itu untuk membantu mengentaskan kemiskinan. Karena itu, program kami mengentaskan masyarakat miskin melalui berbagai skema. Ada beasiswa yang sudah kami salurkan kepada 53.000 siswa yang belajar di dalam maupun di luar negeri, seperti Saudi, Mesir, Malaysia, Rusia, India, dan Inggris. Untuk dalam negeri, kami juga memberikan bantuan kepada siswa kelas III SMA atau Aliyah untuk ikut bimbingan belajar. Tahun lalu, kami salurkan 10.000 beasiswa bimbel, dan mereka semua lulus ke perguruan tinggi.
Kami juga membangun rumah layak huni. Saat ini sudah lebih dari 11.000 rumah yang kami bangun dari dana Baznas. Setiap rumah dananya sekitar Rp25 juta. Ada juga bantuan untuk membangun madrasah layak belajar. Sekitar 1.000 madrasah sudah dibangun dengan dana bantuan sekitar Rp25 juta per madrasah.
Ada juga program Z-Mart, yaitu program membantu warung kecil di desa-desa untuk tumbuh dan berkembang. Kami dampingi dan pantau pembukuannya. Lalu ada Z-Chicken, warung ayam goreng gerobak yang kami sebar ke seluruh Indonesia. Belum banyak, baru 5.000 gerobak yang kami sebar. Ada juga Z-Auto, bantuan untuk bengkel kecil di pinggir jalan. Kami juga punya Z-Coffee, warung kopi kekinian yang disebar di berbagai tempat dan kampus.
SEE ALSO:
Apa lagi yang sudah dilakukan Baznas dalam membantu pengentasan kemiskinan?
Untuk masjid yang memiliki unit usaha, kami memiliki program Baznas Micro Finance berbasis masjid. Program ini ditujukan untuk masjid-masjid yang memiliki UMKM. Saat ini, sekitar 150 masjid telah menerima bantuan, masing-masing mendapatkan dana sebesar Rp150 juta. Dana tersebut kami pantau pengelolaannya dan kami bantu manajemennya.
Untuk sektor peternakan, kami juga hadir melalui Balai Ternak, mulai dari peternakan ayam hingga kambing, yang tersebar di berbagai daerah. Selain itu, kami memberikan bantuan kemanusiaan langsung bagi korban bencana alam.
Semua program ini sudah berjalan dan akan terus kami lakukan. Jadi, jika berbicara tentang MBG yang sedang atau akan dilakukan pemerintah, itu hanyalah bagian kecil dari apa yang telah kami lakukan selama ini. Sebelum adanya MBG, kami sudah terbiasa melaksanakan program-program serupa. Jika ada kaitan dengan MBG, biarkan saja berjalan sesuai porsinya.
Banyak sekali program pengentasan kemiskinan yang dilakukan Baznas. Apa syarat bagi orang atau badan untuk mendapatkan bantuan?
Syarat utamanya adalah mereka harus masuk dalam kategori fakir, miskin, atau asnaf lainnya. Bantuan diberikan dengan dua mekanisme: ada yang memerlukan proposal dan ada yang tidak. Misalnya, bagi mereka yang sangat miskin tetapi malu untuk meminta, kami akan melakukan verifikasi terlebih dahulu.
Verifikasi dilakukan berdasarkan data dari instansi terkait, kemudian kami juga mengecek ulang ke masjid terdekat. Semua ini kami lakukan dengan amanah agar zakat yang terkumpul benar-benar tepat sasaran.
Dengan adanya polemik soal MBG yang diwacanakan menggunakan dana zakat, apa pesan yang ingin Anda sampaikan ke publik?
Pertama, jangan memutarbalikkan fakta sehingga merugikan mustahik (penerima zakat). Misalnya, jika ada seruan agar lembaga zakat tidak memberikan bantuan untuk program MBG, lalu seruan itu diikuti oleh semua lembaga pengelola zakat, apa tidak kasihan kepada kaum fakir dan miskin?
Kedua, jangan memutarbalikkan sesuatu tanpa pemahaman yang cukup. Terkadang, ada pihak yang hanya ingin mendapat nilai plus dari masyarakat tanpa benar-benar memahami substansinya. Apa yang dilakukan wartawan dengan melakukan konfirmasi, saya kira sudah tepat. Informasi yang disampaikan pun harus utuh, tidak dipotong-potong. Jika kami hanya diberitakan mendukung MBG tanpa penjelasan yang cukup, publik bisa salah memahami.
Apa hikmah di balik polemik MBG menggunakan dana zakat ini?
Ya, ada banyak hikmah bisa dipetik di balik polemik ini. Semoga semakin banyak pihak yang peduli pada masa depan generasi mendatang. Akan lebih baik jika program makan bergizi untuk generasi yang akan datang tidak dikaitkan dengan lembaga atau politik.
Baznas telah memikirkan dan melaksanakan program seperti ini sejak lama. Justru dengan adanya program MBG, ini bisa meningkatkan omzet para mustahik (penerima zakat) kami yang ada di desa-desa. Mereka memiliki peternakan ayam, ikan, sayur, dan lain-lain, yang hasilnya bisa dimanfaatkan untuk program MBG. Ekonomi akan bergerak lebih baik jika mereka dilibatkan.
Apakah Anda siap untuk berdialog dan berdiskusi dengan pihak yang tidak setuju dana zakat digunakan untuk MBG?
Kami siap kapan saja dan di mana saja untuk berdialog. Jika tujuannya baik dan tulus, saya yakin kita akan bertemu pada titik yang sama.
Noor Achmad dan Pengabdian Tanpa Batas
Sejak muda, kata Ketua Baznas Prof. Dr. KH. Noor Achmad, MA, ia sudah melakukan pengabdian pada masyarakat. (Fotografer: Bambang Eros, Karisa Aurelia Tukan, DI: Raga Granda VOI)
Sejak masih mahasiswa, Prof. Dr. KH. Noor Achmad, MA., sudah melakoni pengabdian. Dari lingkungan terkecil tempatnya berdomisili hingga dalam skala yang lebih luas saat ia berprofesi sebagai dosen di almamaternya, UIN Walisongo Semarang. Kini, pengabdian Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Republik Indonesia ini terus berlanjut, entah kapan akan berakhir.
“Sejak masih mahasiswa, saya tak hanya sibuk kuliah dan berorganisasi, tetapi juga mengajar baca Al-Qur’an dari rumah ke rumah. Jadi, sejak dulu saya sudah sibuk dengan pengabdian pada masyarakat,” kata pria kelahiran Kudus, 10 Februari 1957.
Setelah menyelesaikan studi di Fakultas Syariah IAIN Walisongo (kini UIN Walisongo), ia ditawari menjadi tenaga pengajar di almamaternya. “Saya melengkapi berkas-berkas yang dibutuhkan, dan sebulan kemudian saya mendapat SK pengangkatan sebagai dosen di IAIN Walisongo,” ujar Noor, yang menuntaskan jenjang pendidikan S2 dan S3 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Tak hanya menjadi dosen di UIN Walisongo, bersama sejumlah rekan dan kolega, ia mendirikan Yayasan Wahid Hasyim, yang kemudian melahirkan perguruan tinggi bernama Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) di Semarang.
Melalui aktivitas pengabdian, mengajar, berdakwah, dan kegiatan lainnya, ia berharap apa yang dilakukannya mendapat keberkahan dari Allah SWT. “Saya tak muluk-muluk. Dengan melakukan semua itu, semoga banyak yang bisa terbantu, dan selanjutnya mereka juga diharapkan akan mendoakan saya, tidak hanya saat saya masih hidup, tetapi juga setelah saya meninggalkan dunia ini. Menjadi amal jariyah untuk saya,” papar Ketua Umum Yayasan Wahid Hasyim ini.
Dukung Pendidikan Anak-anak
Ia bersyukur kelima putra-putrinya kini sudah menuntaskan pendidikan kedokteran. “Meski tidak ada yang mengikuti jejak saya sebagai pengajar, saya senang anak-anak saya juga menekuni bidang pengabdian untuk masyarakat. Alhamdulillah, anak-anak saya semua lulus sebagai dokter dengan predikat cum laude dari kampusnya,” ungkapnya.
Kini, Noor Achmad sudah bersiap-siap untuk mendirikan pesantren di Kota Semarang. Untuk itu, ia telah menyediakan tanah dan bangunan yang akan digunakan untuk pesantren. “Saya sudah berpesan kepada anak-anak, nanti kalau pesantrennya sudah berjalan, keberlangsungan pesantren itu tolong sisihkan dari zakat, infak, dan sedekah kalian semua untuk disalurkan melalui pesantren itu,” tegasnya.
Menurut Noor, pesantren ini khusus untuk anak-anak yatim dan piatu. “Saat ini sudah ada tanah seluas 500 m² dan bangunan bertingkat di atasnya. Pesantren ini sudah bisa menampung sekitar 40 anak,” ungkap Noor Achmad yang mendukung semua anaknya menekuni bidang ilmu yang diminatinya.
Kiat Sukses Jalani Hidup
Pengabdian yang dilakukan Ketua Baznas Prof. Dr. KH. Noor Achmad, MA., terus dilakukan sejak ia muda hingga kini usianya sudah tidak bisa dibilang muda lagi. (Fotografer: Bambang Eros, Karisa Aurelia Tukan, DI: Raga Granda VOI)
Menjalani hidup di dunia ini memang harus dengan perjuangan keras. Namun, kata Prof. Noor Achmad, harus yakin dengan perjuangan yang dilakukan. “Kuncinya, menjalani hidup itu harus tulus dan ikhlas,” ujarnya sembari menambahkan agar tidak memiliki prasangka buruk dan tidak menjelekkan orang lain.
Kunci berikutnya adalah optimis dan yakin dengan apa yang diperjuangkan. “Dengan rasa optimis dalam meraih cita-cita, perjalanan kita akan dimudahkan oleh Allah SWT. Soalnya, orang yang tulus itu banyak teman dan tidak punya beban,” ungkapnya.
Pengalaman hidup yang dijalaninya dengan optimisme membuat perjalanan hidupnya terasa lebih mantap. Tentu saja, hal ini harus disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh dan doa kepada Yang Maha Kuasa tanpa putus. “Jangan takut gagal, karena kegagalan itu adalah keberhasilan yang tertunda. Yakin dan berserah diri pada Allah SWT. Itulah yang saya tanamkan kepada anak-anak saya dan mahasiswa saya di kampus,” tandas Noor Achmad.
"Jangan sampai karena persoalan politik lalu membuat hak-hak kaum fakir dan miskin terabaikan,"