Airlangga Ungkap Penerapan PPN 12 Persen untuk Barang Mewah Masih Dalam Tahap Finalisasi
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen pada 2025 untuk barang mewah sedang ditahap finalisasi oleh Pemerintah.
"Iya, mudah-mudahan bisa difinalisasi," ujarnya kepada awak media, Jumat, 13 Desember,
Meski demikian, Airlangga belum dapat memberitahukan detail terkait keputusan barang mewah apa saja yang akan dikenakan kenaikan tarif PPN 12 persen.
'Ya nanti kita bahas di sana, Tunggu rapat dulu. Tidak ada bocoran," ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati akhirnya buka suara terkait kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen di 2025 hanya untuk barang mewah.
Sri Mulyani menegaskan bahwa dalam pelaksanaan Undang-Undang (UU) harus tetap menjaga azas keadilan, termasuk dalam kebijakan pajak yang dijalankan pemerintah. Meskipun pelaksanaannya tidak selalu sempurna, pemerintah berkomitmen untuk terus berupaya menyempurnakannya demi kesejahteraan masyarakat.
Dalam konteks implementasi UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP), Sri Mulyani menjelaskan bahwa kebijakan terkait Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang mencapai 12 persen tetap mengedepankan asas keadilan.
"Kami sedang memformulasikan secara lebih detail karena ini konsekuensi terhadap APBN, terhadap aspek keadilan, daya beli dan dari sisi pertumbuhan ekonomi perlu untuk kita seimbangkan. Beberapa arahan dan dalam hal ini diskusi sedang dan terus kita lakukan, ini dalam tahap finalisasi," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KIta, Rabu, 11 Desember.
Meski demikian, Sri Mulyani memastikan akan segera mengumumkannya bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengenai keseluruhan paketnya, tidak hanya mengenai PPN 12 persen.
SEE ALSO:
"Selama ini pelaksanaan dalam menjalankan UU termasuk untuk PPN itu, pemerintah telah dan terus memberikan pemihakan kepada masyarakat luas terhadap komoditi barang dan jasa yang memberikan dampak kepada masyarakat luas," tuturnya.
Sri Mulyani juga menegaskan bahwa meskipun pelaksanaan UU PPN mengatur tarif 11 persen saat ini, pemerintah terus memberikan perlindungan kepada masyarakat dengan memastikan bahwa sejumlah barang dan jasa kebutuhan pokok tetap bebas dari PPN.
"Banyak barang dan jasa termasuk barang kebutuhan pokok seperti beras daging ikan telur sayur susu segar gula konsumsi jasa pendidikan jasa kesehatan jasa angkutan umum jasa tenaga kerja Jasa Keuangan jasa asuransi, penjualan buku vaksinasi rumah sederhana dan rusunami pemakaian listrik air minum itu semuanya tidak dipungut PPN. Jadi ppn-nya adalah 0 persen," jelas Sri Mulyani.