Bank Indonesia: Inflasi karena Kenaikan Harga BBM Masih Bisa Dikendalikan
JAKARTA - Bank Indonesia memprediksi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bakal memicu inflasi tajam di daerah-daerah, seiring membengkaknya biaya angkutan barang dan produksi di hulu hingga hilir namun inflasi tersebut masih bisa dikendalikan asalkan gejolak harga pangan bisa diredam.
Deputi Kepala Bank Indonesia Cabang Kediri, Wihujeng Ayu Rengganis saat mengikuti rapat koordinasi pengendalian inflasi bersama Forkopimda Kabupaten Tulungagung di pendopo Kongas Arum Kusumaningbongso, Tulungagung, Kamis, mengatakan kondisi ini masih bisa dikendalikan asalkan inflasi pada sektor pangan tetap dijaga.
"Kenaikan barang ini merupakan 'multipalyer effect' dari kenaikan biaya angkutan kendaraan bermotor," katanya di hadapan Bupati berikut jajaran forkopimda dan pejabat OPD Tulungagung.
Tarif kendaraan bermotor atau angkutan barang sudah naik pascakenaikan BBM dalam sepekan terakhir.
"(Inflasi) Pasti naik, karena dari BBM sudah tinggi. Tapi tentu kita semua berharap tidak terlalu tinggi dengan berbagai program dari pemerintah," katanya.
Dari perkiraan yang dilakukan, sampai akhir tahun inflasi di Kediri dan sekitarnya antara 6-8 persen.
Angka ini diambil dari data historis perkembangan inflasi di wilayah Kediri dan sekitarnya, termasuk Tulungagung.
"Semoga tetap aman. Itu dengan asumsi gejolak pangan terjaga (stabil)," ujarnya.
Bupati Tulungagung Maryoto Birowo memastikan, kenaikan harga BBM yang pasti memicu inflasi segera antisipasi dengan melakukan berbagai program pengendalian.
"Percepatan khususnya di bidang pangan harus distabilkan," katanya.
Tidak hanya sosial semata, langkah serupa dilakukan untuk masalah keamanan, ketertiban, kesehatan, dan ekonomi.
SEE ALSO:
Kendati saat ini kenaikan harga sembako belum terjadi, Maryoto tak memungkiri jika kenaikan harga BBM bakal memicu kenaikan inflasi.
"Jangan sampai masyarakat ini terpancing oleh isu,” katanya.
Pemerintah secara resmi menyesuaikan harga BBM pada Sabtu (3/9/22).
Harga BBM bersubsidi jenis pertalite naik dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter.
Solar dari Rp5.150 menjadi Rp6.800 per liter.