Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu, 23 April diperkirakan akan bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). 

Untuk diketahui mengutip Bloomberg, pada hari Selasa, 22 April, Kurs rupiah spot di tutup turun 0,32 persen ke level Rp16.860 per dolar AS. Sementara itu, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup melemah 0,32 persen ke level harga Rp16.862 per dolar AS.

Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menyampaikan pasar kembali kecewa dipicu oleh kekhawatiran seputar kebijakan moneter AS, setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana untuk merombak Federal Reserve.

Adapun, Penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump dan timnya terus mempelajari apakah mereka dapat memecat Ketua Fed Jerome Powell.

Trump pada hari Senin menegaskan kembali seruannya kepada Fed untuk menurunkan suku bunga, dengan mengatakan ekonomi AS dapat melambat jika Fed tidak segera memangkas suku bunga. Minggu lalu, Powell mengatakan bahwa bank sentral tidak cenderung memangkas suku bunga dalam waktu dekat, dengan alasan kemungkinan tekanan inflasi dan ketidakpastian ekonomi yang berasal dari tarif baru.

"Perkembangan ini telah memicu kekhawatiran tentang independensi Fed, yang mengirimkan riak ke pasar keuangan," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Rabu, 23 April.

Selain itu, Ibrahim menyampaikan ketegangan perdagangan AS-Tiongkok terus meningkat karena Tiongkok mengeluarkan peringatan keras kepada negara-negara yang mempertimbangkan perjanjian perdagangan dengan AS yang dapat merugikan kepentingan Tiongkok.

Kementerian Perdagangan Tiongkok menuduh Washington menggunakan tarif dan sanksi moneter untuk memaksa negara-negara membatasi perdagangan mereka dengan Tiongkok. Beijing menekankan bahwa perjanjian semacam itu yang merugikan kepentingannya akan mendorong tindakan balasan.

"Peringatan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan dalam konflik perdagangan Tiongkok-AS yang sedang berlangsung, yang telah menyebabkan AS mengenakan tarif hingga 145 persen pada barang-barang Tiongkok, yang menyebabkan Tiongkok mengenakan bea masuk balasan," ujarnya.

Sementara dari dalam negeri, Ibrahim menyampaikan neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus senilai 4,33 miliar dolar AS pada Maret 2025. Kendati demikian, para ekonom memproyeksikan surplus dagang tersebut akan menyusut secara bertahap pada tahun ini karena dampak tarif Trump.

Ibrahim menyatakan neraca perdagangan Indonesia ke depan masih diliputi ketidakpastian terutama akibat meningkatnya risiko pelemahan permintaan ekspor dan pergeseran permintaan domestik.

"Alasannya, terjadi eskalasi perang dagang akibat penerapan tarif resiprokal oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kepada para mitra dagangnya termasuk Indonesia," ujarnya.

Menurutnya tarif Trump tersebut dapat menyebabkan pelemahan permintaan dari mitra dagang utama Indonesia seperti China, AS, dan Uni Eropa sehingga menurunkan volume ekspor, khususnya di sektor manufaktur dan yang berbasis sumber daya alam. 

Selain itu, Ibrahim menyampaikan fluktuasi harga energi dan mineral global dapat memengaruhi nilai ekspor Indonesia. 

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan surplus perdagangan 4,33 miliar dolar AS pada Maret 2025 lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,12 miliar dolar AS.

Sementara itu, secara kumulatif, neraca perdagangan selama Januari hingga Maret 2025 mencapai 10,92 miliar dolar AS, sehingga Indonesia mencatatkan surplus 59 bulan beruntun sejak Mei 2020.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Rabu, 23 April 2025 dalam rentang harga Rp16.840 - Rp16.900 per dolar AS.